UR e-Research
Permanent URI for this community
Browse
Browsing UR e-Research by Author "Akbar, Fajril"
Now showing 1 - 3 of 3
Results Per Page
Sort Options
Item Pembuatan Serbuk Hidroksiapatit Dan Komposit Alumina-Hidroksiapatit Berpori Untuk Aplikasi Orthopedik(2015-12-01) Fadli, Ahmad; Akbar, Fajril; KomalasariKeramik alumina berpori dianggap bahan yang atraktif digunakan untuk implan tulang. Walaupun alumina berpori memiliki sifat mekanik yang tinggi, akan tetapi sifat bioinert alumina telah membatasi aplikasinya untuk bone implant. Sebaliknya, hidroksiapatit (HA) sudah berhasil digunakan didalam operasi tulang karena karena ia memiliki sifat bioaktif, biokompatibel dan mampu menumbuhkan tulang. Akan tetapi, kekuatan bahan HA tersebut adalah rendah. Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah membuat keramik alumina-HA untuk aplikasi biomedik. Strategi ini bertujuan mengkombinasikan sifat mekanik alumina yang tinggi dengan sifat bioaktif dari hidroksiapatit. Penelitian ini akan dilakukan selama dua tahun. Tujuan riset pada tahun pertama adalah membuat hidroksiapatit dengan menggunakan proses hidrothermal dan akan diteliti pengaruh komposisi bahan baku (rasio Ca/P), kondisi proses (pH, suhu reaksi, kecepatan pengadukan, suhu dan waktu tinggal kalsinasi) terhadap karakter hidroksiapatit yang dihasilkan. Karakter yang akan diamati adalah kristaliniti, fase, morphologi dan ukuran partikel. Sumber kalsium (Ca) yang digunakan adalah kulit kerang darah yang telah dikalsinasi terlebih dahulu menjadi CaO, sedangkan ammonium dihidrogen fospat digunakan sebagai sumber fospat. Sintesis hidroksiapatit dilakukan menggunakan metode hidrotermal suhu rendah. Proses diawali dengan cara mencampurkan CaO dari kulit kerang, ammonium dihidrogen fospat dengan perbandingan rasio Ca/P tertentu serta aquades sebanyak 600 mL. Campuran tersebut dipanaskan pada suhu 70-90°C sambil diaduk dengan kecepatan tertentu. Hasil sintesis berupa slurry, selanjutnya dikeringkan di dalam oven pada suhu 120°C selama 15 jam. Sampel kering selanjutnya dihancurkan hingga halus dan dikalsinasi pada suhu 700-900°C dengan laju pemanasan 10°C/menit selama 1 jam. Serbuk hidroksiapatit hasil sintesis yang telah dikalinasi selanjutnya diuji menggunakan XRD, FTIR dan SEM. Ukuran diameter kristal hidroksiapatit yang diperoleh dengan variasi suhu reaksi 70 oC,80 oC dan 90 oC pada kecepatan pengadukan 300 rpm adalah 63,43 nm, 52,85 nm dan 52,48 nm. Sedangkan dengan variasi kecepatan pengadukan 200 rpm, 250 dan 300 rpm pada suhu reaksi 90 oC adalah 62,92 nm, 52,59 nm dan 52,48 nm. Semakin besar rasio Ca/P maka diameter kristal hidroksiapatit semakin kecil berturut – turut dari rasio Ca/P 0,67, 1,67 dan 2,67 adalah 54,38, 52,37 dan 52,32. Dan diameter kristal hidroksiapatit semakin kecil dengan semakin besarnya pH awal reaksi, berturut – turut dari pH awal reaksi 4, 6 dan 9 adalah 62,98, 62,92 dan 52,32. Semakin besar rasio Ca/P maka tidak ada senyawa fosfat lain yang terbentuk, terlihat pada rasio Ca/P 0,67 dan 1,67 terbentuk senyawa fosfat lain berupa TCP dan CP sedangkan rasio Ca/P 2,67 tidak terdapat senyawa fosfat lain. Dan semakin besar pH awal reaksi maka tidak ada senyawa fosfat lain yang terbentuk, terlihat pH 4 dan 6 terbentuk senyawa fosfat lain berupa DCPA dan CP sedangkan pH 9 tidak terdapat senyawa fosfat lainItem PRODUKSI BIOFUEL DARI ASAM LEMAK SAWIT DISTILAT(2013-04-01) Akbar, Fajril; Zahrina, Ida; YelmidaPengolahan CPO (Crude Palm Oil) sebagai bahan baku industri hilir berbasis oleokimia diawali dengan proses pemurnian CPO sehingga diperoleh RBDPO (refined bleached deodorized palm oil). Pada proses ini akan terpisah asam lemak sawit distilat sebagai limbah. Asam lemak sawit distilat merupakan hidrokarbon rantai panjang sehingga dapat direngkah menjadi biofuel. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa asam lemak sawit distilat dapat direngkah menjadi biofuel menggunakan katalis zeolit sintesis (dipreparasi dari fly ash sawit) dengan konversi reaksi mencapai 98,7% pada temperatur 280oC. namun selektivitas reaksi ke arah pembentukan biofuel masih rendah (masih terbentuk senyawa kimia lain). Penelitian ini bertujuan merengkah asam lemak sawit distilat sebagai bahan baku untuk produksi biofuel dengan menggunakan katalis zeolit alam yang dikombinasi dengan logam transisi (Ni, Mo, Co, Fe dan Cu). Hasil yang dicapai adalah untuk mendapatkan data kondisi proses yang optimum dari reaktor perengkahan katalitik skala laboratorium yang selanjutnya dapat dijadikan data untuk teknologi tepat guna, publikasi artikel di jurnal nasional terakreditasi serta HKI. Teknologi pengolahan biofuel dari asam lemak sawit distilat akan dapat dimanfaatkan oleh industri pengolahan dan pemurnian minyak sawit maupun industri hilirnya untuk bahan bakar mesin-mesin produksi maupun alat transportasi buah sawit dari kebun ke lokasi pengolahan. Selain itu, masyarakat di sekitar industri pengolahan sawit yang umumnya berlokasi jauh dari sumber bahan bakar minyak, dapat mengaplikasikan teknologi ini untuk memproduksi bahan bakar sendiri. Akibat lokasinya yang jauh dari sumber bahan bakar minyak, menyebabkan daerah-daerah ini sering mengalami kekurangan pasokan bahan bakar dan harganya juga lebih tinggi akibat biaya transportasi bahan bakar. Masyarakat pedesaan dapat memanfaatkan bahan bakar ini sebagai bahan bakar kompor. Oleh karena itu, penting diupayakan pemanfaatan limbah asam lemak sawit distilat sebagai sumber bahan bakar alternatif guna mewujudkan industri ataupun desa mandiri energi, yang selanjutnya akan bermuara pada peningkatan perekonomian masyarakat. Yield tertinggi diperoleh sebesar 52% menggunakan katalis Zeolit Aktif pada konsentrasi asam 3 N pada temperatur 380oC. Senyawa utama yang diperoleh yaitu pentadecane sebanyak 32,22% dan asam palmitat sisa sebesar 6,17%. Perengkahan asam lemak sawit distilat menggunakan katalis Cu/Zeolit, Fe/Zeolit, FeMo/Zeolit, Ni/ Zeolit dan NiMo/Zeolit tidak memberi yield biofuel yang lebih tinggi dari katalis Zeolit Aktif pada konsentrasi asam 3 N. Proses perengkahan asam lemak sawit distilat dengan berbagai katalis menghasilkan senyawa utama berupa pentadecane. Senyawa lainnya yaitu hexane, octane, tridecane, octadecane, pentadecane serta heptadecane.Item SlNTESIS ZEOLIT PEMBENTUK DETERJEN DARI BAHAN DASAR KAOLIN(2013-03-07) Akbar, Fajril; Zultiniar; Reni Yenti, SilviaTelah dilakukan dilakukan sintesis zeolit pembentuk deterjen dari bahan dasar kaolin. Sintesis zeolit pembentuk deterjen dilakukan dengan cara mengaduk kaolin dan natrium hidroksida dalam larutan air selama 8 jam, kemudian campuran dipanaskan pada suhu 100"C selama 8 jam. Selanjutnya padatan yang didapat dikeringkan pada suhu 120"C selama 3 jam. Zeolit hasil sintesis dikaraktensasi dengan menggunakan spektrofotometer Inframerah dan difraktometer sinar-x, Dalam penelitian ini telah dipelajari beberapa parameter fisika dari reaksi sintesis, yaitu jumlah natrium hidroksida, waktu pembentukan gel dan ukuran partikel kaolin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan natrium hidroksida dan kaolin 12:10 bisa menghasilkan zeolit pembentuk deterjen