Browsing by Author "Fadli, Ahmad"
Now showing 1 - 20 of 24
Results Per Page
Sort Options
Item 07Sintesis, Kinetika Reaksi dan Aplikasi Kitin dari Cangkang Udang: Review(2017-01-09) Afriani, Yesi; Fadli, Ahmad; Maulana, Subkhan; Karina, IkaKitin merupakan biopolimer yang banyak ditemukanpadacangkang eksoskeleton artropoda (kepiting, dan udang), insekta, alga, dinding sel fungi, danyeast.Sumberbahan baku yang biasa digunakan untuk sintesis kitin adalah cangkang udang dan cangkang kepiting.Kitin berasosiasi dengan mineral dan protein didalam cangkang maupun dinding sel. Oleh karena itu, untuk mendapatkan kitin perlu dilakukan proses demineralisasi dan deproteinasi. Kedua proses isolasi kitin tersebut bisa dilakukan dengan dua macam metode yaitu metode enzimatis dan metode kimiawi. Enzim protease dan fermentasi asam laktat digunakan di dalam metode enzimatis, sedangkan di dalam metode kimiawi digunakan senyawa asam dan basa. Kitin memiliki sifat antibakterial, non-toksik, biokompatibilitas, dan biodegradabilitas sehingga dimanfaatkan dalam berbagai bidang. Pemanfaatan kitin banyak diaplikasikan sebagai adsorben ion logam dalam pengolahan air, pengawet, aditif makanan, pewarna, pigmen dalam rekayasa limbah, imobilisasi enzim,dan anti kolesterol. Kitin juga mudah diolah sebagai gel, membran, fiber dan film. Di bidang biomedis kitin dan turunannya dapat digunakan sebagai drug delivery, pembalut luka, dan pendiagnosis kanker. Selain itu, kitin juga merupakan bahan baku utama untuk membuat kitosan yang memiliki banyak manfaat diberbagai bidang dan memiliki nilai jual yang tinggi. Hal tersebut tentu memerlukan kualitas kitin yang baik sehingga secara tidak langsung akan berdampak terhadap kitin dan produk turunan yang dihasilkannya. Kinetika reaksi merupakan tinjauan untuk mendapatkan produk yang optimal dengan menggunakan konstanta reaksi yang didapat sebagai acuan untuk kondisi proses. Pada sintesis kitin tinjauan kinetika reaksi tentu akan lebih mengoptimalkan proses serta menghasilkan produk dengan kualitas lebih baik sehingga berdampak positif terhadap produk turunan yang akan dihasilkan. Pada makalah ini kami akan memaparkan penelitian terbaru tentang sintesis kitin dari cangkang udang termasuk tinjauan kinetika reaksi yang terjadi serta aplikasi kitin di berbagai bidang kehidupan.Item Effect of Dispersant on Protein Foaming-consolidation Porous Alumina Containing Hydrothermal Derived Hydroxyapatite Nanopowder(2015-12-01) Sopyan, Iis; Fadli, AhmadPresent paper reports the effect of dispersant loading on physical properties of porous aluminahydroxyapatite (HA) composite bodies fabricated using protein foaming-consolidation method. Hydrothermal derived HA powder was used as bioactive ceramic. Alumina and HA powders were mixed with yolk, starch and darvan 821 A at an adjusted mass ratio to make slurry. The slurries were cast into cylindrical shaped molds and then dried for foaming and consolidation process. Subsequently, the dried bodies were burned at 600°C for 1 h, followed by sintering at temperatures of 1400°C for 2 h. The porous alumina-HA composites with pore size in the range of 50-500 μm and densities of 2.23 – 2.83 g cm-3 were obtained. Porosity of bodies decreased from 43.9 to 28.6% when dispersant amount increased from 0 to 7.0 g. The compressive strength of sintered bodies was found in the range of 20.3 to 104.8 MPa showing depends on porosity.Item Effect Of Yolk Addition On Protein Foaming-Consolidation Porous Alumina-Calcium Phosphate Composites(2015-12-01) Sopyan, Iis; Fadli, AhmadPorous alumina-calcium phosphate (CaP) composites have been prepared through protein foaming-consolidation method using egg yolk as the pore creating agent. The effect of yolk addition on physical and mechanical properties of porous bodies was investigated. The slurries were made by mixing alumina and CaP powders with yolk and starch. After drying, green bodies were burned at at 600°C for 1 h, followed by sintering at temperatures of 1400°C for 2 h. The porous alumina-CaP bodies with pore size in the range of 5o – 600 μm was obtained.The both density and shrinkage of sintered bodies increased from 2.23 to 2.78 g/cm3 and 78.8 to 95.6 vol.% respectively when yolk amount increased from 24 to 64 g. The compressive strength was found in the range of 20.3 – 68.5 MPa at 30 - 43.9% porositiesItem Fabrication of porous alumina-hydroxyapatite composites via protein foaming-consolidation method: Effect of sintering temperature(2013-05-15) Fadli, Ahmad; KomalasariIn this study, porous alumina-hydroxyapatite (HA) composite bodies were designed for the use in bone implant via protein foaming-consolidation method and the effect of sintering temperature was investigated. Commercial HA powder was used as a bioactive ceramic. Alumina and HA powders were mixed with yolk at an adjusted mass ratio to make slurry. The slurries were cast into cylindrical shaped molds and then dried for foaming and consolidation process. Subsequently, the dried bodies were burned at 600°C for 1 h, followed by sintering at temperatures of 1200, 1350, 1400 and 1550°C for 2 h, respectively. The results show that the sintered bodies were porous with pore size in the range of 20-250 μm and porosity of 42 – 45 %. Increasing sintering temperature from 1200 to 1550°C improved compressive strength from 1 MPa to 8 MPa. TCP phase was found in sintered bodies.Item Fabrikasi Tri Kalsium Fosfat Menggunakan Wheat Particles sebagai Agen Pembentuk Pori(2015-10-27) Dani, Fitra; Fadli, Ahmad; BahruddinFabrikasi tri kalsium fosfat (TCP) menggunakan wheat particles telah berhasil dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu pengadukan dan temperatur sintering terhadap sifat fisik TCP berpori. Wheat particles dicampur dengan suspensi TCP kemudian diaduk dengan waktu bervariasi selama 1, 2 dan 3 jam. Slurry dikeringkan dalam oven masing-masing pada 80˚C selama 24 jam dan 120˚C selama 8 jam. Green bodies yang dihasilkan menunjukkan terjadinya penyusutan pada rentang 53,22-55,87%. Terhadap green bodies lalu dilakukan proses sintering pada 1000 and 1100˚C. Sifat fisika sintered body yang diperoleh memiliki porositas 59,48–78,40% dan kuat tekan 0,30-2,53 MPaItem The Influence Of Hydroxyapatite Loading On Protein Foaming-Consolidation Porous Alumina Sintered At 1300°C(2015-12-01) Fadli, Ahmad; Sopyan, IisAim of this work is to investigate the effect of hydroxyapatite (HA) on physical properties of porous alumina bodies fabricated through protein foaming-consolidation method using egg yolk as a pore creating agent. Hydrothermal derived HA powder was used as bioactive ceramic. Alumina and HA powders were mixed with yolk, starch and darvan 821 A at an adjusted mass ratio to make slurry. HA-to-alumina mass ratio were in the range of 0.0 to 0.8 w/w. The slurries were cast into cylindrical shaped molds and then dried for foaming and consolidation process. Subsequently, the dried bodies were burned at 600°C for 1 h, followed by sintering at temperatures of 1,300°C for 2 h. The porous alumina-HA composites with pore size in the range of 50-500 μm and densities of 2.7 – 2.9 g cm-3 were obtained. Porosity of bodies decreased from 35.9 to 31.7% when HA-to-alumina mass ratio increased from 0.0 to 0.8 w/w. Compressive strength of sintered body was 0.8 MPa at 35.9% porosity and 2.9 MPa at 31.7% porosity. XRD pattern results show intensity of tricalcium phosphate (TCP) phase in bodies increased with HA loadingsItem INFLUENCE OF YOLK ADDITION ON PROTEIN FOAMINGCONSOLIDATION POROUS ALUMINA CONTAINING HYDROXYAPATITE NANOPOWDER(2014-05-21) Fadli, Ahmad; Komalasari; Alfarisi, Cory DianPresent paper reports the influence of yolk addition on physical properties of porous aluminahydroxyapatite composites prepared using protein foaming-consolidation method. Alumina and hydroxyapatite (HA) powders were mixed with yolk at an adjusted mass ratio to make slurries. The slurries were cast into molds and the dried for foaming- consolidation process. The dried bodies were burned at 600ºC for 1 hour, followed by sintering at temperature of 1550ºC for 2 hours. The addition of yolk into the slurry shifted the rheological properties from shear thinning behavior to a Newtonian fluid and resulted in bigger foaming capacity. The porous alumina-HA composites with shrinkages in the range of 43.3 vol.% – 58.4 vol.% were obtained. The shrinkage of bodies increased with increasing concentration of yolk. The compressive strength was 7.5 MPa at 44.6% porosity 2.6 MPa at 57% porosityItem Integrasi Koating Silika – Tembaga Kobal Oksida Berbasis Nitrat pada Substrat Aluminium yang Disintesis Melalui Rute Sol-gel Dip-coating: Sifat Absorptansi dan Emitansi(2016-11-30) Amri, Amun; Fadli, Ahmad; Zultiniar; Zakiah, WildaTelah berhasil disintesis koating silika - tembaga kobal oksida pada substrat aluminium menggunakan metode sol-gel dip-coating untuk aplikasi solar selektif absorber. Lapisan koating antirefleksi silika yang diperoleh dari proses kalsinasi gel tetraethyl orthosilicate (TEOS) melapisi lapisan underlayer tembaga kobal oksida yang diperoleh dari proses kalsinasi gel tembaga kobal berbasis nitrat. Hasil integrasi selanjutnya dikarakterisasi sifat optisnya berupa absorptansi () dan emitansi () secara berturut-turut menggunakan UV-Vis- Nir yang dilengkapi bola integrasi dan FTIR spectrophotometer. Pengaruh jumlah siklus pencelupan – pengeringan (ketebalan) antirefleksi silika terhadap sifat absorptansi dan emitansi dari lapisan hasil integrasi diperlajari. Secara umum terlihat bahwa nilai absorptansi berfluktuasi terhadap peningkatan jumlah siklus pencelupan – pengeringan, dengan nilai absorptansi tertinggi =86,1% ditunjukkan oleh koating silika dengan 3 kali siklus pencelupan-pengeringan. Meskipun demikian absorptansi optimum =82,4% ditunjukkan oleh koating silika dengan 5 kali siklus pencelupan-pengeringan. Nilai emitansi menurun dengan meningkatnya siklus pencelupan-pengeringan koating silika dengan nilai emitansi terendah =4,8% ditunjukkan oleh koating silika yang disintesis dengan 5 kali siklus pencelupan - pengeringan. Penambahan ketebalan antirefleksi silika berdampak positif menurunkan emitansiItem Investigation of the Effect of Starch Addition on Protein Foaming- Consolidation Porous Alumina Containing Hydroxyapatite Nanopowder(2015-12-01) Fadli, Ahmad; Sopyan, Iis; Syahidah, Nur; Nadia, NurThe object of this study was to produce porous alumina-hydroxyapatite (HA) composite bodies via protein foaming-consolidation method. Egg yolk was used as a pore creating agent. Alumina and HA powders were mixed with yolk, starch and darvan 821 A at an adjusted mass ratio to make slurry. The slurries were cast into cylindrical shaped molds and then dried for foaming and consolidation process. Subsequently, the dried bodies were burned at 600°C for 1 h, followed by sintering at temperature of 1400°C for 2 h. The starch addition was selected as the variable factor. The density of porous bodies increased from 2.40 to 2.81 g cm-3 when starch amount increased from 1.0 to 3.0 g. The compressive strength was found 18.0 MPa at 38.3% porosity and it increased to 102.3 at 29.1% porosity. The pores of 50-600 μm size illustrating the rough enough internal surfaces, were obtained for potential use in hard tissue engineering.Item Kesetimbangan Biosorpsi Logam Berat Pb(Ii) Dengan Biomassa Aspergillus Niger(2015-09-28) Listiarini; Putra, Maeko; Amri, Amun; Fadli, Ahmad; Heltina, Desi; ChairulPenelitian Kesetimbangan Biosorpsi Logam Berat Pb2+ dengan Biomassa Aspergillus Niger dilakukan untuk mendapatkan karakteristik dan parameter kesetimbangan biosorpsi yang berguna bagi perancangan unit operasinya. Percobaan diawali dengan pembiakan biomassa Aspergillus Niger sehingga mencapai jumlah yang cukup untuk percobaan. Sejumlah 1 mg biomassa dikontakkan dengan 25 ml larutan logam Pb2+ pada berbagai konsentrasi larutan awal (Co) di dalam erlenmeyer sampai mencapai waktu kesetimbangan, dan dilakukan pada suhu kamar serta pH 5. Dengan menggunakan AAS sampel dianalisa, kemudian diperoleh sederet pasangan data logam yang tersisa dalam larutan (Ce) dan logam terjerap saat kesetimbangan (qe), yang kemudian diplot membentuk kurva kesetimbangan (isotherm) adsorpsi (biosorpsi). Percobaan yang sama dilakukan untuk mendapatkan kurva isotherm adsorpsi pada berbagai variasi suhu dan pH yang lain, yaitu suhu 40 0C dan 50 0C serta pH 3 dan pH 8. Dari percobaan diperoleh waktu kesetimbangan sekitar 24 jam, data kesetimbangan (isotherm) menunjukkan bahwa proses biosorpsi berlangsung optimal pada pH 5 dan suhu kamar (270C) dan adsorpsi yang terjadi merupakan sistem yang komplek dengan kombinasi dari berbagai mekanisme. Nilai konstanta kesetimbangan Langmuir sebesar KL = 0,0295 l/mg dan nilai panas adsorpsi (ΔH) sebesar –0,73225 kcal/mol oK.Item KRISTALISASI TiO(OH)2 PADA PROSES PEMBUATAN RUTIL (TiOj) SINTETIS DARI MINERAL ILMENIT DENGAN PROSES SULFAT(2013-03-14) Komalasari; Fadli, AhmadKegunaan Titanium Dioksida (TiOi) sangat banyak antara lain sebagai bahan pewama, katalisator, fotokatahtik dll. Salah satu proses untuk membuat Titanium Dioksida (TiOs) adalah dengan kristalisasi TiO(OH)2 menjadi liOz- Bahan baku yang digunakan adalah mineral ilmenit bahan buangan PT Tambang Timah Bangka. Alat proses utama yang dipakai adalah reaktor gelas yang dilengkapi dengan pengaduk, pemanas serta themiometer. Proses dimulai dengan pembentukan TiOS04 dari mineral ilmenit dan asam sulfat yang dilakukan dalam reaktor batch pada suhu 160 °C dan pengadukan 600 rpm. Larutan TiOS04 yang diperoleh proses destruksi selanjutnya dihidrolisis dengan menambahkan aquadest yang dilakukan dalam sebuah tangki berpengaduk. Endapan TiO(OH)2 yang terbentuk selanjutnya dicuci dengan aquadest hingga netral. Selanjutnya dipanaskan dalam oven. Analisa dilakukan dengan menggunakan A A S untuk menentukan fraksi berat Titanium yang terbentuk dalam endapan. Variabel yang dipelajari adalah suhu, konsentrasi tifanyl sulfat dan kecepatan pengadukan. Dari hasil pembahasan diperoleh bahwa proses kristalisasi titanium oxyhidrat (TiO(OH)2) dipengaruhi oleh antara lain: suhu reaksi, konsentrasi titanyl sulfat dan kecepatan pengadukan dimana fraksi titanium terbesar adalah 45% dengan kondisi proses; suhu reaksi WO *^C, konsentrasi titanyl sulfat 0,02983 grmol/mL dan kecepatan pengadukan 96 rpm.Item Pembuatan Cellular Glass dari Fly Ash Pabrik Kelapa Sawit(2016-11-30) Akbar, Fajril; Fadli, Ahmad; Ismawati, Heni; Sihombing, JessicaCellular glass adalah material insulasi termal yang tidak mudah terbakar, memiliki stabilitas termal rendah dan tahan terhadap bahan kimia. Cellular glass dapat dihasilkan menggunakan bahan baku abu terbang (fly ash) dan limbah pecahan kaca dengan penambahan dolomite sebagai foaming agent. Tujuan penelitian ini adalah membuat cellular glass dan menentukan komposisi penambahan foaming agent terbaik pada cellular glass yang dihasilkan. Cellular glass dibuat dengan metode foaming. Tahapan awal, Fly ash pabrik kelapa sawit dikalsinasi dengan suhu 600ºC selama 4 jam. Kemudian limbah pecahan kaca digiling menggunakan crusher sampai berbentuk powder. Selanjutnya fly ash dan limbah pecahan kaca serta dolomite diayak dengan menggunakan ayakan 100 mesh. fly ash 50% massa, glass powder 50% massa dan dolomite dengan variasi 0, 4, 8, 12, 16, dan 20% massa dicampurkan di dalam 32% massa larutan NaOH sampai terbentuk slurry. Slurry diaduk selama 30 menit. Selanjutnya slurry dikeringkan dalam oven pada suhu 105ºC selama 12 jam hingga terbentuk green bodies. Green bodies kemudian disintering pada suhu 900ºC selama 30 menit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil terbaik adalah dengan komposisi fly ash 50% massa, glass powder 45% massa, dan dolomite 8% massa. Karakteristik cellular glass yang dihasilkan adalah Bulk density 1,041 gr/cm3, shrinkage 12,281%, porosity 58,738% dan compressive strength 2,877 MPa.Item Pembuatan Komposit Alumina-Kalsium Phosphat Berpori Untuk Aplikasi Tulang Implan Menggunakan Metode Protein Foamingconsolidation(2015-12-01) Fadli, Ahmad; KomalasariAlumina berpori dianggap bahan yang atraktif digunakan sebagai tulang implan dan mikrokarir untuk kultur sel. Walaupun alumina memiliki sifat mekanik yang tinggi, akan tetapi alumina bersifat bioinert yang membatasinya untuk diaplikasikan sebagai tulang buatan. Sebaliknya, kalsium phosphate sudah berhasil digunakan untuk mengganti tulang yang rusak karena kalsium phosphat memiliki sifat bioaktif dan biokompatibel dalam pertumbuhan sel-sel tulang. Tujuan penelitian tahun pertama adalah membuat komposit alumina-kalsium phosphat menggunakan bahan hidroxyapatit komersial dengan varaibel yang diteliti adalah temperatur sintering dan pengaruh kuning telur terhadap karakter komposit yang diperoleh. Slurry dibuat dengan mencampurkan alumina dan hidroksiapatit dengan kuning telur. Kemudian slurry dituangkan di dalam mold yang berbentuk silinder dan dikeringkan pada temperatur 180ºC selama 1 jam. Green bodi yang diperoleh selanjutnya dibakar dan disinter pada temperatur 1200-1550ºC.Item Pembuatan Microcarrier Keramik Berpori Untuk Aplikasi Kultur Sel(2015-12-01) Aman; Fadli, Ahmad; KomalasariKeramik berpori dianggap bahan yang atraktif digunakan sebagai microcarrrier untuk kultur sel. Hal ini dikarenakan keramik memiliki sifat mekanik yang tinggi dan ukuran pori yang bisa dikontrol untuk meningkatkan laju pertumbuhan sel yang ditanam pada permukaan microcarrrier. Tujuan penelitian adalah membuat microcarrrier berpori dari bahan dasar biokeramik tri calcium phosphate (TCP) menggunakan metode starch consolidation. Pada tahun pertama ini dipelajari pengaruh waktu pengadukan dan temperatur sintering terhadap sifat fisik TCP berpori yang dihasilkan. Starch yang digunakan adalah partikel wheat (tepung gandung) yang berfungsi sebagai agen pembentuk pori pada bodi keramik. Slurry dibuat dengan mencampurkan partikel wheat particles dengan suspensi TCP dan air, kemudian slurry tersebut diaduk selama 1, 2 dan 3 jam. Selanjutnya slurry dituangkan di dalam mold yang berbentuk silinder, dan dikeringkan dalam oven pada 80˚C selama 24 jam dan 120˚C selama 8 jam. Green bodi yang diperoleh selanjutnya dibakar dan disinter pada temperatur 1000 dan 1100ºC. Microcarrrier keramik yang diperoleh mempunyai struktur pori terbuka dengan ukuran pori berkisar antara 300-310 μm dan terdapat interkonektifiti antara pori. ketika temperature sintering naik dari 1000 ke 1100°C, terjadi penyusutan volum pada bodi keramik pada rentang 53- 567%. Setelah proses sintering, diperoleh keramik berpori yang memiliki porositas 59 – 78% dan kuat tekan 0,3 - 2,5 MPa.Item Pengaruh Waktu Sintering terhadap Sifat Mekanik Tricalcium Phosphate (TCP) Berpori yang Dibuat dengan Metode Protein Foaming-Starch Consolidation(2016-11-30) Fadli, Ahmad; Helwani, Zuchra; Pratama, TeddyTricalcium phosphate (TCP) berpori merupakan material sintetik yang dapat digunakan sebagai tulang implan. Pembuatan TCP berpori ini dapat dilakukan dengan metode Protein Foaming-Starch Consolidation yang menggunakan kuning telur sebagai agen pembentuk pori. Tujuan penelitian ini untuk mempelajari pengaruh waktu sintering terhadap sifat mekanik TCP berpori yang dihasilkan serta karakteristik TCP berpori. Penelitian ini dimulai dengan mencampur bubuk TCP, kuning telur, darvan 821A dan starch. Slurry diaduk menggunakan stirrer dengan kecepatan 150 rpm selama 3 jam. Setelah itu, slurry dimasukkan kedalam cetakan dan dipanaskan dalam oven dengan suhu 180oC selama 1 jam. Kemudian sampel dilepas dari cetakan dan dimasukkan kedalam furnace untuk proses burning pada suhu 600oC selama 2 jam dan sintering pada suhu 1100oC selama 1, 2, dan 3 jam. Ukuran pori TCP berpori yang diperoleh sebesar 37-110 μm. Kuat tekan yang diperoleh sebesar 1.72 MPa pada porositas sebesar 71.50% dan kuat tekan turun menjadi sebesar 1.05 MPa pada porositas sebesar 81.7%. Semakin lama waktu sintering maka kuat tekan dari TCP berpori yang dihasilkan semakin besar dan porositas yang dihasilkan semakin kecilItem Pengembangan Kitosan Terkini pada Berbagai Aplikasi Kehidupan: Review(2016-11-30) Thariq, M. Reizal Ath; Fadli, Ahmad; Rahmat, Annisa; Handayani, RaniKitosan merupakan senyawa turunan dari hasil proses deasetilasi kitin yang banyak terkandung didalam hewan laut seperti udang dan kepiting. Kitosanmemiliki banyak manfaat dalam berbagai bidang kehidupan, beberapa diantaranya dalam bidang kesehatan seperti bahan baku dalam pembuatan biomaterial dan dalam bidang lingkungan seperti adsorben sebagai aplikasidalam atom penjerap atau atom pengikat untuk logam-logam berat kemudian dalam bidang ilmu pengetahuan sebagai koleksi data dari pemodelan kinetikareaksi pembuatan kitosan.Bahan baku utama pembuatan kitosan adalah cangkang hewan-hewan laut yang didalamnya mengandung kitin, seperti cangkang udang dan cangkangkepiting. Cangkang hewan laut mengandung senyawa kitin yang saling berikatan dengan mineral dan protein. Kitosan dapat disintesis dengan dua metode. Metode pertama secara enzimatis dengan menggunakan bantuan mikroba dan metode kedua secara kimia dengan bantuan bahan-bahan kimia. Secara garis besar sintesis kitosan dari kedua metode melewati beberapa proses seperti proses deproteinasi yaitu proses penghilangan protein yang ada pada bahan baku, proses demineralisasi yaitu proses pelepasan mineral yang masih terikat dalam bahan baku dan proses deasetilasi yaitu proses penghilangan atau pemutusan gugus asetil. Setiap metode memiliki kelebihan dan keuntungan masing-masing yang akan mempengaruhi kualitas kitosan yang dihasilkan. Aplikasi dari kitosan dalam bidang biomaterial diantaranya sebagai bahan baku pembuatan komposit kitosan- hidroksiapatit yang merupakan senyawa yang digunakan untuk pelapisan tulang.Sedangkan dalam bidang lingkungan, kitosan dapat diaplikasikan sebagai atom penjerap atau pengikat logam-logam berat seperti timbal, tembaga, kromium, dan raksa. Dalam paper ini akan dipaparkan tentang sintesis kitosan dan pemanfaatan kitosan sendiri pada berbagai bidang aplikasi kehidupan serta pemodelan kinetika reaksi.Item Porous Alumina Via Protein Foaming-Consolidation Method(2015-12-01) Sopyan, Iis; Fadli, AhmadWe have succeeded in developing a novel method for preparation of porous alumina using egg yolk both as consolidator and foaming agents. Slurries of alumina powders and yolk were prepared by stirring the mixture with various alumina-to-yolk ratios (1.00, 0.83, 0.75, and 0.65) for 3 h and the resulting slips were poured into cylindrical shaped stainless steel molds and followed by foaming and consolidation through drying at 110, 150, 160, and 180 oC. The dried green bodies of the samples were then burned to remove the pore creating agent at 600 ºC for 1 h, followed by sintering at 1550 oC for 2 h. Alumina porous bodies with volume shrinkage of 29.3-39.9% were obtained. The compressive strength of the 1.00 alumina-to-yolk ratio’s sample was 4.57 MPa at 50.4 % porosity and it decreased significantly to 1.07 MPa at 71.7% porosity with alumina-to-yolk ratio of 0.65. Pore size distribution measurement showed that macropores of the sintered alumina porous bodies increased with the increased alumina-to-yolk ratio and temperature of drying process and were found in the range 50 – 900 μm. These results have opened a novel preparative way for porous ceramics especially alumina-based porous materials designed for biomedical applications.Item Porous Alumina-Hydroxyapatite Composites Via Protein Foaming-Consolidation Method: Effect Of Ha Loading On Physical Properties(2015-12-01) Sopyan, Iis; Fadli, Ahmad; Zulkifli, Nur IzzatiThe porous alumina-hydroxyapatite (HA) composite bodies with good interconnectivity were successfully prepared via protein foaming-consolidation method. The egg yolk was used as a pore creating agent. Alumina and HA powders were mixed with yolk, starch and darvan 821 A at an adjusted mass ratio to make slurry. The slurries were cast into cylindrical shaped molds and then dried for foaming and consolidation process. Subsequently, the dried bodies were burned at 600°C for 1 h, followed by sintering at temperatures of 1,550°C for 2 h. The porous alumina-HA composites with pore size in the range of 50-500 μm with good interconnectivity were obtained. The densities and porosity were in the range of 2.15 – 2.48 g cm-3 and 36.7 – 45.8%, respectively. The increasing HA-to-alumina mass ratio in slurries from 0.4 to 0.6 w/w increased compressive strength of sintered bodies from 2.9 to 24.2 MPa. XRD pattern result shows presence of tricalcium phosphate (TCP) phase in the sintered bodiesItem Preparation Of Porous Alumina-Tri Calcium Phosphate Composite Using Protein Foaming-Consolidation Method For Biomedical Application(2015-12-01) Fadli, Ahmad; Komalasari; Alfarisi, Cory DianPorous alumina-tri calcium phosphate (TCP) composite has been prepared via protein foaming-consolidation method. Sintering temperature was varied to amend performance of the porous composite. The shrinkage of sintered bodies decreased with increasing TCP loading. The decreasing porosity of porous alumina-TCP body from 45.0 to 38.9% improved the compressive strength from 0.3 to 10.6 MPa. Increasing sintering temperature resulted in large grain size among powder particles, thus improving the compressive strength of porous bodies. The macroporous alumina-TCP composite sample produced has been proven to be highly potential for bone implant application.Item Proses Pengendalian Korosi(2013-04-18) Komalasari; Sri Irianty, Rozanna; Fadli, AhmadMetode ekstraksi sokletasi memberikan hasil ekstrak yang lebih tinggi karena adanya pemanasan akan memperbaiki kelarutan ekstrak sehingga hasil ekstrak yang diperoleh lebih tinggi. Tanin merupakan salah satu jenis senyawa yang termasuk kedalam golongan polifenol yang dapat dijumpai pada hampir semua jenis tumbuhan hijau. Daun gambir banyak mengandung kadar tanin. untuk itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui % ekstrak gambir dan menganalisa konsentrasi tanin dalam ekstrak gambir yang diperoleh dengan variabel komposisi pelarut etanol-air. Perlakuan daun gambir untuk mendapatkan tanin meliputi pengeringan, penghalusann (blender), pengayakan, pengekstrakan dengan sokletasi sehingga diperoleh rendemen gambir. Selanjutnya, 5 ml filtrat dari rendemen ditambahkan FeCb untuk analisa kuanlitatif, selebihnya didestilasi untuk memperoleh ekstrak gambir dan dianalisa menggunakan spekrofotometer uv-vis. Dari hasil penelitian diperoleh ekstrak gambir mengandung tanin dan konsentrasi tanin paling tinggi dari variabel komposisi pelarutnya adalah pada perbandingan pelarut etanol-air 1:4 dengan konsentrasi tanin 94,75 ppm.