Repository logo
  • English
  • Català
  • Čeština
  • Deutsch
  • Español
  • Français
  • Gàidhlig
  • Italiano
  • Latviešu
  • Magyar
  • Nederlands
  • Polski
  • Português
  • Português do Brasil
  • Srpski (lat)
  • Suomi
  • Svenska
  • Türkçe
  • Tiếng Việt
  • Қазақ
  • বাংলা
  • हिंदी
  • Ελληνικά
  • Српски
  • Yкраї́нська
  • Log In
    New user? Click here to register. Have you forgotten your password?
  • Communities & Collections
  • All of DSpace
  • English
  • Català
  • Čeština
  • Deutsch
  • Español
  • Français
  • Gàidhlig
  • Italiano
  • Latviešu
  • Magyar
  • Nederlands
  • Polski
  • Português
  • Português do Brasil
  • Srpski (lat)
  • Suomi
  • Svenska
  • Türkçe
  • Tiếng Việt
  • Қазақ
  • বাংলা
  • हिंदी
  • Ελληνικά
  • Српски
  • Yкраї́нська
  • Log In
    New user? Click here to register. Have you forgotten your password?
  1. Home
  2. Browse by Author

Browsing by Author "Hamid, Hamdi"

Now showing 1 - 7 of 7
Results Per Page
Sort Options
  • No Thumbnail Available
    Item
    Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembangunan Perikanan Propinsi Riau
    (2015-04-22) Hamid, Hamdi; Tripanti, Melysa; Yulinda, Eni; Arief, Hazmi; Bathara, Lamun
    This research aims to construct a model of fisheries development in Riau Province. This research focuses specifically on: 1.Analyze the competitiveness and determine the bases sector/non fishery bases in Riau Province. 2. Analyze factors that influence development of fisheries in Riau Province . Based on the LQ analysis, fisheries became the basis sectors in Rokan Hilir, Bengkalis, Dumai, Siak, Indragiri Hilir, Indragiri Hulu and Meranti Islands whereas aquaculture has been the basis sector for the District of Kampar , Pelalawan, Rokan Hulu, Kuansing and Pekanbaru . Based on analysis of competitiveness (shift share) indicates that the fisheries sector Bengkalis, Siak, Indragiri Hilir, Pelalawan, Kampar, Indragiri Hulu, and Pekanbaru is reside in quadrant I, which means that growth is rapid but not relative competitiveness, while Rokan Hilir, Dumai, Rokan Hulu, Kuansing and Meranti Islands reside in quadrant III, which means that the growth of the fisheries sector is relatively slow and not competitive, so it takes effort to improve the provision of supporting the development of fisheries infrastructure. The results of the econometric model analysis, fishing production influenced by wide of public territorial water and existence of TPI and PPI, whereas aquaculture product influenced by amount of aquaculture household and fish seed production have an effect on to fishery product so that required government support for the provision and support society for aquaculture.
  • No Thumbnail Available
    Item
    DAMPAK PERAIRAN LAUT DAN UDARA AKIBAT INDUSTRI KOTA DUMAI
    (2013-05-28) Nurdin, Syafril; Hamid, Hamdi
    Laut merupakan Bahagian dari wilayah lautan yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya, yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek fungsionalnya. Dimana laut yang terbentang sepanjang pantai disebut dengan pesisir. Lebih lanjut yang dimaksud dengan pesisir adalah wilayah, sejauhmana daratan berpengaruh kearah laut dan sebaliknya sejauh mana laut berpengaruh kearah daratan.Baku mutu air (laut dan sungai) merupakan ukuran batas dan kadar atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air laut. Beberapa aktifitas banyak dilakukan d i kawasan pesisir salah satu diantaranya adalah aktifitas pelabuhan. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintah dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar koda sebagai transportasi.
  • No Thumbnail Available
    Item
    KAJIAN SKALA USAHA PUKAT CINCIN DI PERAIRAN BELAWAN SUMATERA UTARA
    (2013-05-28) Hamid, Hamdi
    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besar modal usaha pukat cincin besar dan pukat cincin kecil dan mengetahui keiayakan usaha pukat cincin besar dan pukat cincin kecil dengan menggunakan kriteria investasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Pengambilan responden dengan Simple Random Sampling kapal pukat cincin kecil {mini purse seine) yang ukuran kapal 30 G T responden yang diambil adalah 5 orang yaitu 1 orang nelayan pemilik dan 4 orang nelayan buruh dan kapal pukat cincin besar {big purse seine) yang ukuran kapal 70 G T responden yang diambil adalah 5 orang yaitu 1 orang nelayan pemilik dan 4 orang nelayan buruh. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan criteria investasi seperti NPV, B C R dan IRR dalam jangka waktu 10 tahun. Berdasarkan hasil penelitian yang dilalcsanakan diketaliui biihwa jum.lah modal awal Pukat cincin besar (investasi) yaitu Rp. 1.239.650.000,-, Sedangkan modal awal (investasi) pukat cincin kecil yaitu Rp. 738.295.000,- dan biaya operasional keseluruhan pukat cincin besar berjumlah Rp. 1.373.928.000,- dan pukat cincin kecil berjumlah Rp. 983.912.000,-. Berdasarkan hasil analisis usaha dengan menggunakan kriteria investasi pukat cincin besar N P V didapatkan nilai sebesar Rp. 3.200.193.912,- BCR sebesar 1.38 dan IRR 39.04%. Sedangkan pukat cincin kecil N P V didapatkan nilai sebesar Rp.2.132.702.831,- B C R sebesar 1.37 dan IRR 31.64%. Berarti usaha pukat cincin besar dan usaha pukat cincin kecil layak dikembangkan. Permasalahan yang dihadapi adalah masalah cuaca seperti m.usim angin, arus dan gelombang yang relatif besar pada bulan-bulan tertentu, sehingga nelayan takut untuk melaut dan hal ini berdampak pada penurunan jumlah hasil tangkapan. Berdasarkan uji sensitivitas dengan menaikkan biaya variabel 10% didapatkan pukat cincin kecil N P V sebesar Rp. 1.553.767.034, B C R sebesar 1.24 dan IRR sebesar 40.24% dan penurunan penerimaan sebesar 10% didapatkan N PV sebesar Rp. 1.340.496.751, B C R sebesar 1.23 dan IRR sebesar 39.90%. Sedangkan uji sensitivitas dengan menaikkan biaya variabel 10% didapatkan pukat cincin besar NPV sebesar Rp. 2.733.746.685, B C R sebesar 1.31 dan IRR sebesar 32.81% dan penurunan penerimaan sebesar 10% didapatkan N P V sebesar Rp. 2.053.299.832, BCR sebesar 1.24 dan I RR sebesar 39.27%.
  • No Thumbnail Available
    Item
    Mapping Daerah/Desa Miskin di Sekitar Areal PTPN V
    (2013-05-28) Hamid, Hamdi; Bathara, Lamun; Arief, Hazmi
    Persoalan kemiskinan di Provinsi Riau juga tidak terlepas dari mata pencaharian masyarakat Riau. Bappeda Provinsi Riau (2009), tercatat pada tahun 2009 sebanyak 48,80% masyarakat Riau bermatapencaharian dii sektor pertanian. Hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar masyarakat Riau menggantungkan hidup pada sektor pertanian yang pada umumnya sektor pertanian di daerah pedesaan termasuk disekitar wilayah PTPN-V, sedangkan data BPS Provinsi Riau dalam Komara (2010) menyatakan bahwa lebih dari 70% penduduk miskin Riau berada di pedesaan termasuk di wilayah PTPN-V Kemiskinan adalah suatu situasi di mana pendapatan tahunan individu di suatu kawasan (daerah/desa) tidak dapat memenuhi standar pengeluaran minimum yang dibutuhkan individu untuk dapat hidup layak di kawasan (daerah/desa) tersebut. Individu yang hidup di bawah standar pengeluaran minimum tersebut tergolong miskin. Ketika perekonomian berkembang di suatu daerah/desa, terdapat lebih banyak pendapatan untuk dibelanjakan, yang jika terdistribusi dengan baik di antara penduduk daerah/desa tersebut akan mengurangi kemiskinan. Dengan kata lain, secara teoritis, pertumbuhan ekonomi memainkan peranan penting dalam mengatasi masalah penurunan kemiskinan. Suatu daerah/desa dapat dikatakan miskin atau hidup dalam kemiskinan jika pendapatan atau aksesnya terhadap barang dan jasa relatif rendah dibandingkan rata-rata daerah/desa lain dalam perekonomian tersebut. Secara absolut, daerah/desa dinyatakan miskin apabila tingkat pendapatan atau standar hidup masyarakatnya secara absolut berada di bawah tingkat subsisten. Ukuran subsistensi tersebut dapat diprediksi dengan garis kemiskinan.
  • No Thumbnail Available
    Item
    PERANAN ANGGOTA RUMAH TANGGA DALAM MENUNJANG PENDAPATAN SUAMI
    (2013-05-28) Hamid, Hamdi
    Seperti yang dikatakan Kusnadi (2002) bahwa sebagian besar masyarakat pesisir adalah kantong-kantong kemiskinan. Fenomena yang serupa juga dapat kita temui di Kelurahan Lubuk Gaung ini, dimana tingkat pendapatan nelayan dari sektor perikanan di Kelurahan Lubuk Gaung ini berkisar antara Rp 600.000 – Rp 4.375.000 perbulan. Pendapatan yang diperoleh dari sektor perikanan ini, oleh masyarakat nelayan di Kelurahan Lubuk Gaung kebanyakan hanya dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, walaupun sebenarnya tidaklah terpenuhi sepenuhnya. Sehingga untuk dapat mengimbangi antara pendapatan dan pengeluaran di rumah tangga nelayan, maka sebaiknya nelayan harus dapat mencari penghasilan tambahan dari sektor sampingan lainnya. Untuk itu diharapkan adanya ‘konstribusi anggota rumah tangga nelayan dalam menunjang pendapatan suami’ demi meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat nelayan. Atas dasar inilah peneliti mengangkat topik ini untuk dijadikan judul penelitian.
  • No Thumbnail Available
    Item
    Persepsi Masyarakat Nelayan Terhadap Perairan Kota Dumai
    (2013-05-28) Hamid, Hamdi
    Nelayan telah hidup dalam suatu organisasi kerja secara turun menurun tidak mengalami perubahan berarti sejak dari dahulu sampai sekarang, kelas pemilik sebagai juragan kesejahteraan relatif lebih baik karena menguasai faktor produksi. Kelas lainnya merupakan kelompok mayoritas adalah pekeija dan penerima upah, kelompok inilah yang terus menerus berhadapan dan digeluti dengan kemiskinan. Jika dibanding kelompok miskin lairmya, nelayan buruh atau nelayan tradisional dapat digolongkan sebagai lapisan yg paling miskin ( Winaryu dan Santiasih, 1993 ) Rendahnya tingkat pendidikan nelayan akan selalu menempatkan nelayan berada pada kemiskinan. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Satria (2001) bahwa penyebab kemiskinan pada nelayan tingkat pendidikan yang rendah, sehingga tingkat teknologi, inovasi dan penyerapan informasi menjadi rendah lalu menyebabkan produktifitas rendah. Ditambahkan oleh Kusnadi (2000). penyebab lain terjadi kemiskinan pada masyarakat nelayan adalah tekanan kehidupan yg dihadapi, fluktuasi musim ikan, keterbatasan kemampuan teknologi penangkapan dan konservasi hasil ikan, daya serap pasar lokal yang terbatas, jaringan pemasaran yang dianggap merugikan nelayan sebagai produsen, sistem bagi hasil yang timpang serta oi^anisasi koperasi yang tidak berfungsi dengan baik, sehingga nelayan tradisional dan nelayan buruh merupakan kelompok sosial yang paling terpuruk tingkat kesejahteraannya.
  • No Thumbnail Available
    Item
    Prospek Usaha Pembenihan Ikan Lele Dumbo {Clarias gariepinus) di Kelurahan Lembah Sari Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru Provinsi Riau
    (2013-05-28) Hamid, Hamdi
    Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Lembah Sari Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru Provinsi Riau pada bulan Agustus - September 2009. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggimaan faktor-faktor produksi dalam kegiatan usaha pembenihan ikan Lele Dumbo, mengetahui total biaya produksi dan pendapatan usaha pembenihan ikan Lele Dumbo di Kelurahan Lembah Sari perpanen, mengetahui kelayakan usaha pembenihan ikan Lele Dumbo yang dilakukan petani dari aspek fmansialnya. Metode yang digunakan adalah metode survey dengan jumlah responden sebanyak 6 orang. Kelurahan Lembah Sari memiliki luas 984,96 ha terdiri dari daratan seluas 818,6 ha dan perairan umum (danau) seluas 166,40 ha. Terletak kurang lebih 10 km dari Kota Pekanbaru dengan waktu tempuh kurang lebih 45 menit.

DSpace software copyright © 2002-2025 LYRASIS

  • Cookie settings
  • Privacy policy
  • End User Agreement
  • Send Feedback