Repository logo
  • English
  • Català
  • Čeština
  • Deutsch
  • Español
  • Français
  • Gàidhlig
  • Italiano
  • Latviešu
  • Magyar
  • Nederlands
  • Polski
  • Português
  • Português do Brasil
  • Srpski (lat)
  • Suomi
  • Svenska
  • Türkçe
  • Tiếng Việt
  • Қазақ
  • বাংলা
  • हिंदी
  • Ελληνικά
  • Српски
  • Yкраї́нська
  • Log In
    New user? Click here to register. Have you forgotten your password?
  • Communities & Collections
  • All of DSpace
  • English
  • Català
  • Čeština
  • Deutsch
  • Español
  • Français
  • Gàidhlig
  • Italiano
  • Latviešu
  • Magyar
  • Nederlands
  • Polski
  • Português
  • Português do Brasil
  • Srpski (lat)
  • Suomi
  • Svenska
  • Türkçe
  • Tiếng Việt
  • Қазақ
  • বাংলা
  • हिंदी
  • Ελληνικά
  • Српски
  • Yкраї́нська
  • Log In
    New user? Click here to register. Have you forgotten your password?
  1. Home
  2. Browse by Author

Browsing by Author "Komalasari"

Now showing 1 - 16 of 16
Results Per Page
Sort Options
  • No Thumbnail Available
    Item
    Biocompatibility of Porous Alumina-Hydroxyapatite Microcarriers in Stirred Tank Bioreactor for Cell Culture
    (2015-12-01) Fadli, Ahmad; Komalasari
    The biocompatibility study on porous alumina-hydroxyapatite (HA) microcarriers has conducted in a spinner vessel bioreactor using Vero cells. The effect of HA-to-alumina mass ratios on the cell attachment and growth rate of cell was investigated. When HA content in samples was increased, the cells number attached on surface samples increased as well. A good compatibility of the Vero cells to all the porous microcarriers, since the cells were observed already attached at the surface of microcarriers at hours 8 and 120 of incubation time. The cell growth rates of microcarrier containing 0.0, 0.3 and 1.0 w/w were 0.015, 0.019 and 0.017 hour-1, respectively. Carbon content on porous alumina bodies without HA addition was 36.03%, it significantly increased 46.14% when 1.0 w/w HA-to-alumina mass ratio was added.
  • No Thumbnail Available
    Item
    Ekstraksi Daun Gambir Menggunakan Pelarut Etanol-Air
    (2015-07-04) Komalasari
    Pada saat ini kelompok industri masih dihadapi oleh masalah korosi, Peralatan industri minyak bumi (misalnya anjungan produksi, kilang minyak, tangki timbun, sistem perpipaan, kapal tanker) umumnya berada di daerah industri atau laut atau gabungan keduanya, di mana kondisi atmosfer mengandung polutan-polutan yang korosif berupa sulfur dan klorida, sehingga peralatan tersebut sangat rawan terhadap serangan korosi atmosferik. Apabila tidak dilakukan tindakan yang tepat, dampak korosi atmosferik dapat berakibat mulai dari kegagalan peralatan hingga membahayakan keselamatan pekerja, misalnya tiang anjungan produksi lepas pantai yang keropos, atau tangga tangki timbun yang berkarat. Secara awam korosi dikenal sebagai pengkaratan, merupakan suatu peristiwa kerusakan atau penurunan kualitas suatu logam yang disebabkan terjadinya reaksi dengan lingkungan. Proses korosi logam berlangsung secara elektrokimia yang terjadi secara simultan pada daerah anoda dan katoda yang membentuk rangkaian arus listrik tertutup.
  • No Thumbnail Available
    Item
    Fabrication of porous alumina-hydroxyapatite composites via protein foaming-consolidation method: Effect of sintering temperature
    (2013-05-15) Fadli, Ahmad; Komalasari
    In this study, porous alumina-hydroxyapatite (HA) composite bodies were designed for the use in bone implant via protein foaming-consolidation method and the effect of sintering temperature was investigated. Commercial HA powder was used as a bioactive ceramic. Alumina and HA powders were mixed with yolk at an adjusted mass ratio to make slurry. The slurries were cast into cylindrical shaped molds and then dried for foaming and consolidation process. Subsequently, the dried bodies were burned at 600°C for 1 h, followed by sintering at temperatures of 1200, 1350, 1400 and 1550°C for 2 h, respectively. The results show that the sintered bodies were porous with pore size in the range of 20-250 μm and porosity of 42 – 45 %. Increasing sintering temperature from 1200 to 1550°C improved compressive strength from 1 MPa to 8 MPa. TCP phase was found in sintered bodies.
  • No Thumbnail Available
    Item
    INFLUENCE OF YOLK ADDITION ON PROTEIN FOAMINGCONSOLIDATION POROUS ALUMINA CONTAINING HYDROXYAPATITE NANOPOWDER
    (2014-05-21) Fadli, Ahmad; Komalasari; Alfarisi, Cory Dian
    Present paper reports the influence of yolk addition on physical properties of porous aluminahydroxyapatite composites prepared using protein foaming-consolidation method. Alumina and hydroxyapatite (HA) powders were mixed with yolk at an adjusted mass ratio to make slurries. The slurries were cast into molds and the dried for foaming- consolidation process. The dried bodies were burned at 600ºC for 1 hour, followed by sintering at temperature of 1550ºC for 2 hours. The addition of yolk into the slurry shifted the rheological properties from shear thinning behavior to a Newtonian fluid and resulted in bigger foaming capacity. The porous alumina-HA composites with shrinkages in the range of 43.3 vol.% – 58.4 vol.% were obtained. The shrinkage of bodies increased with increasing concentration of yolk. The compressive strength was 7.5 MPa at 44.6% porosity 2.6 MPa at 57% porosity
  • No Thumbnail Available
    Item
    KRISTALISASI TiO(OH)2 PADA PROSES PEMBUATAN RUTIL (TiOj) SINTETIS DARI MINERAL ILMENIT DENGAN PROSES SULFAT
    (2013-03-14) Komalasari; Fadli, Ahmad
    Kegunaan Titanium Dioksida (TiOi) sangat banyak antara lain sebagai bahan pewama, katalisator, fotokatahtik dll. Salah satu proses untuk membuat Titanium Dioksida (TiOs) adalah dengan kristalisasi TiO(OH)2 menjadi liOz- Bahan baku yang digunakan adalah mineral ilmenit bahan buangan PT Tambang Timah Bangka. Alat proses utama yang dipakai adalah reaktor gelas yang dilengkapi dengan pengaduk, pemanas serta themiometer. Proses dimulai dengan pembentukan TiOS04 dari mineral ilmenit dan asam sulfat yang dilakukan dalam reaktor batch pada suhu 160 °C dan pengadukan 600 rpm. Larutan TiOS04 yang diperoleh proses destruksi selanjutnya dihidrolisis dengan menambahkan aquadest yang dilakukan dalam sebuah tangki berpengaduk. Endapan TiO(OH)2 yang terbentuk selanjutnya dicuci dengan aquadest hingga netral. Selanjutnya dipanaskan dalam oven. Analisa dilakukan dengan menggunakan A A S untuk menentukan fraksi berat Titanium yang terbentuk dalam endapan. Variabel yang dipelajari adalah suhu, konsentrasi tifanyl sulfat dan kecepatan pengadukan. Dari hasil pembahasan diperoleh bahwa proses kristalisasi titanium oxyhidrat (TiO(OH)2) dipengaruhi oleh antara lain: suhu reaksi, konsentrasi titanyl sulfat dan kecepatan pengadukan dimana fraksi titanium terbesar adalah 45% dengan kondisi proses; suhu reaksi WO *^C, konsentrasi titanyl sulfat 0,02983 grmol/mL dan kecepatan pengadukan 96 rpm.
  • No Thumbnail Available
    Item
    PEMBUATAN KOMPOS DARI SAMPAH SAYURAN : PARAMETER SUHU DAN WAKTU PEMBALIKAN
    (2013-05-08) Yenie, Elvi; Komalasari
    Kompos adalah hasil dekomposisi parsial atau tidak lengkap, dipercepat secara artifisial dari campuran bahan-bahan oleh mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab dan aerobik. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan temperatur yang baik selama proses pengomposan sampah sayuran, sehingga menghasilkan kompos yang baik dan bermutu. Penelitian ini memvariasikan pembalikan setiap 4 hari sekali, 7 hari sekali dan 10 hari sekali selama 30 hari pengomposan dengan menggunakan orgadec sebagai bioaktivator. Selama proses pengomposan dilakukan pengamatan suhu harian, kadar kelembaban setiap pembalikan, pH awal dan akhir dan rasio C/N awal dan akhir. Pada pembalikan 4 hari sekali diperoleh temperatur tertinggi adalah 41.4oC, pembalikan 7 hari sekali 42.6 oC, dan pembalikan 10 hari sekali 46.6 oC dengan kelembaban akhir masing-masing perlakuan adalah 48.6%, 47.05% dan 46.09%. Kelembaban yang ideal pada proses pengomposan adalah antara 40 – 60% dan nilai rasio C/N yang diperoleh mendekati rasio C/N tanah pada perlakuan pembalikan 7 hari sekali yaitu 20.21, sedangkan rasio C/N tanah berkisar antara 12 – 20:1 C/N.
  • No Thumbnail Available
    Item
    Pembuatan Komposit Alumina-Kalsium Phosphat Berpori Untuk Aplikasi Tulang Implan Menggunakan Metode Protein Foamingconsolidation
    (2015-12-01) Fadli, Ahmad; Komalasari
    Alumina berpori dianggap bahan yang atraktif digunakan sebagai tulang implan dan mikrokarir untuk kultur sel. Walaupun alumina memiliki sifat mekanik yang tinggi, akan tetapi alumina bersifat bioinert yang membatasinya untuk diaplikasikan sebagai tulang buatan. Sebaliknya, kalsium phosphate sudah berhasil digunakan untuk mengganti tulang yang rusak karena kalsium phosphat memiliki sifat bioaktif dan biokompatibel dalam pertumbuhan sel-sel tulang. Tujuan penelitian tahun pertama adalah membuat komposit alumina-kalsium phosphat menggunakan bahan hidroxyapatit komersial dengan varaibel yang diteliti adalah temperatur sintering dan pengaruh kuning telur terhadap karakter komposit yang diperoleh. Slurry dibuat dengan mencampurkan alumina dan hidroksiapatit dengan kuning telur. Kemudian slurry dituangkan di dalam mold yang berbentuk silinder dan dikeringkan pada temperatur 180ºC selama 1 jam. Green bodi yang diperoleh selanjutnya dibakar dan disinter pada temperatur 1200-1550ºC.
  • No Thumbnail Available
    Item
    Pembuatan Microcarrier Keramik Berpori Untuk Aplikasi Kultur Sel
    (2015-12-01) Aman; Fadli, Ahmad; Komalasari
    Keramik berpori dianggap bahan yang atraktif digunakan sebagai microcarrrier untuk kultur sel. Hal ini dikarenakan keramik memiliki sifat mekanik yang tinggi dan ukuran pori yang bisa dikontrol untuk meningkatkan laju pertumbuhan sel yang ditanam pada permukaan microcarrrier. Tujuan penelitian adalah membuat microcarrrier berpori dari bahan dasar biokeramik tri calcium phosphate (TCP) menggunakan metode starch consolidation. Pada tahun pertama ini dipelajari pengaruh waktu pengadukan dan temperatur sintering terhadap sifat fisik TCP berpori yang dihasilkan. Starch yang digunakan adalah partikel wheat (tepung gandung) yang berfungsi sebagai agen pembentuk pori pada bodi keramik. Slurry dibuat dengan mencampurkan partikel wheat particles dengan suspensi TCP dan air, kemudian slurry tersebut diaduk selama 1, 2 dan 3 jam. Selanjutnya slurry dituangkan di dalam mold yang berbentuk silinder, dan dikeringkan dalam oven pada 80˚C selama 24 jam dan 120˚C selama 8 jam. Green bodi yang diperoleh selanjutnya dibakar dan disinter pada temperatur 1000 dan 1100ºC. Microcarrrier keramik yang diperoleh mempunyai struktur pori terbuka dengan ukuran pori berkisar antara 300-310 μm dan terdapat interkonektifiti antara pori. ketika temperature sintering naik dari 1000 ke 1100°C, terjadi penyusutan volum pada bodi keramik pada rentang 53- 567%. Setelah proses sintering, diperoleh keramik berpori yang memiliki porositas 59 – 78% dan kuat tekan 0,3 - 2,5 MPa.
  • No Thumbnail Available
    Item
    Pembuatan Serbuk Hidroksiapatit Dan Komposit Alumina-Hidroksiapatit Berpori Untuk Aplikasi Orthopedik
    (2015-12-01) Fadli, Ahmad; Akbar, Fajril; Komalasari
    Keramik alumina berpori dianggap bahan yang atraktif digunakan untuk implan tulang. Walaupun alumina berpori memiliki sifat mekanik yang tinggi, akan tetapi sifat bioinert alumina telah membatasi aplikasinya untuk bone implant. Sebaliknya, hidroksiapatit (HA) sudah berhasil digunakan didalam operasi tulang karena karena ia memiliki sifat bioaktif, biokompatibel dan mampu menumbuhkan tulang. Akan tetapi, kekuatan bahan HA tersebut adalah rendah. Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah membuat keramik alumina-HA untuk aplikasi biomedik. Strategi ini bertujuan mengkombinasikan sifat mekanik alumina yang tinggi dengan sifat bioaktif dari hidroksiapatit. Penelitian ini akan dilakukan selama dua tahun. Tujuan riset pada tahun pertama adalah membuat hidroksiapatit dengan menggunakan proses hidrothermal dan akan diteliti pengaruh komposisi bahan baku (rasio Ca/P), kondisi proses (pH, suhu reaksi, kecepatan pengadukan, suhu dan waktu tinggal kalsinasi) terhadap karakter hidroksiapatit yang dihasilkan. Karakter yang akan diamati adalah kristaliniti, fase, morphologi dan ukuran partikel. Sumber kalsium (Ca) yang digunakan adalah kulit kerang darah yang telah dikalsinasi terlebih dahulu menjadi CaO, sedangkan ammonium dihidrogen fospat digunakan sebagai sumber fospat. Sintesis hidroksiapatit dilakukan menggunakan metode hidrotermal suhu rendah. Proses diawali dengan cara mencampurkan CaO dari kulit kerang, ammonium dihidrogen fospat dengan perbandingan rasio Ca/P tertentu serta aquades sebanyak 600 mL. Campuran tersebut dipanaskan pada suhu 70-90°C sambil diaduk dengan kecepatan tertentu. Hasil sintesis berupa slurry, selanjutnya dikeringkan di dalam oven pada suhu 120°C selama 15 jam. Sampel kering selanjutnya dihancurkan hingga halus dan dikalsinasi pada suhu 700-900°C dengan laju pemanasan 10°C/menit selama 1 jam. Serbuk hidroksiapatit hasil sintesis yang telah dikalinasi selanjutnya diuji menggunakan XRD, FTIR dan SEM. Ukuran diameter kristal hidroksiapatit yang diperoleh dengan variasi suhu reaksi 70 oC,80 oC dan 90 oC pada kecepatan pengadukan 300 rpm adalah 63,43 nm, 52,85 nm dan 52,48 nm. Sedangkan dengan variasi kecepatan pengadukan 200 rpm, 250 dan 300 rpm pada suhu reaksi 90 oC adalah 62,92 nm, 52,59 nm dan 52,48 nm. Semakin besar rasio Ca/P maka diameter kristal hidroksiapatit semakin kecil berturut – turut dari rasio Ca/P 0,67, 1,67 dan 2,67 adalah 54,38, 52,37 dan 52,32. Dan diameter kristal hidroksiapatit semakin kecil dengan semakin besarnya pH awal reaksi, berturut – turut dari pH awal reaksi 4, 6 dan 9 adalah 62,98, 62,92 dan 52,32. Semakin besar rasio Ca/P maka tidak ada senyawa fosfat lain yang terbentuk, terlihat pada rasio Ca/P 0,67 dan 1,67 terbentuk senyawa fosfat lain berupa TCP dan CP sedangkan rasio Ca/P 2,67 tidak terdapat senyawa fosfat lain. Dan semakin besar pH awal reaksi maka tidak ada senyawa fosfat lain yang terbentuk, terlihat pH 4 dan 6 terbentuk senyawa fosfat lain berupa DCPA dan CP sedangkan pH 9 tidak terdapat senyawa fosfat lain
  • No Thumbnail Available
    Item
    Pengaruh Rasio Molar Minyak Goreng Bekas dan Methanol dalam produksi Biodisel dengan Menggunakan Katalis Heterogen Na2O/Fe3O4
    (2017-01-09) Irianty, Rozanna Sri; Komalasari; Edy Saputra
    Pada penelitian ini telah berhasil mensitesis katalis basa heterogen Na2O/Fe3O4 dengan metode impregnasi basa. Katalis basa heterogen tersebut diaplikasikan untuk proses memproduksi biodiesel dari minyak goreng bekas. Katalis tersebut juga di karekterisasi dengan menggunakan XRD dan juga uji kebasaan dengan menggunakan indikator phenolphthalein. Dari hasil penelitian terlihat bahwa dengan variasi molar minyak goreng bekas dan methanol yaitu 1:10 dengan berat katalis 3%, suhu 60 oC, kecepatan putaran pengaduk 400 rpm. di dapatkan yield crude biodiesel lebih tinggi yaitu 95,45% di bandingkan dengan rasio 1:6 dan 1:8 yaitu sebesar 92,16 % dan 93,96 %. Sedangkan karakterisasi crude biodiesel yang didapat memiliki densitas (40°C) 866 kg/m3, viskositas kinematik (40°C) 4,401 mm2/s, titik nyala 170°C, angka asam 0,63 mg-KOH/g-biodiesel
  • No Thumbnail Available
    Item
    PENGENDALIAN KOROSI PIPA PERMINYAKAN DENGAN MENGGUNAKAN INHIBITOR KOROSI
    (2013-08-26) Hassan, Teuku Azhari; Komalasari
    Addition of corrosion inhibitor volume into mixing produce oil and water is the methode to protect the inner pipe that can support reliability of the system. The used inhibitor is a kind of organic inhibitor which is generally contain of amin and used to resist corrosion rate for carbon steel which is a pipe material to distribute mixing produce oil and water. The relationship of fluide flow rate and addition of inhibitor volume is very important to understand. One of its parameter is corrosion rate measurement using corrosion coupon. The purpose of this study is to understand the effect of fluide flow rate and addition of inhibitor volume and to find the best condition of corrosion rate in the system. From the experimental results can be concluded that the highest fluide flow rate can increase the corrosion rate. The addition of corrosion inhibitor volume can resist the corrosion rate. The 2,5 gal/day inhibitor was the best inhibitor volume to resist the corrosion rate at variant fluide floe rate, which is 0,3 MPY for 40.000 bbl/day, 0,44 MPY for 60.000 bbl/day, 0,7 MPY for 80.000 bbl/day.
  • No Thumbnail Available
    Item
    Pengolahan Air Bersih dengan Proses Saringan Pasir Lambat UP FLOW di Kelurahan Muara Fajar Kecamatan Rumbai Pekanbaru
    (2013-04-26) Heltina, Desi; Komalasari; Sukmiwati, Mery
    Penggunaan air sangat dipengaruhi oleh tempat dimana masyarakat itu tinggal, ini menyebabkan tingkat penggunaan air bersih sangat berbeda tiap-tiap tempat. Persentase layanan air bersih pada daerah perkotaan masih sangat rendah dan tergantung pada pelayanan perusahaan air minum. Fakta ini menyebabkan penggunaan air bersih masih sangat kurang sehingga berdampak pada kesehatan masyarakat. Penduduk pada daerah-daerah yang belum mendapatkan pelayanan air bersih biasanya menggunakan air sumur galian maupun air sungai yang digunakan kurang memenuhi standar air minum yang sehat. Bahkan untuk daerah yang sangat buruk kualitas air tanah maupun air sungainya, penduduk hanya menggunakan air hujan untuk memenuhi kebutuhan air minum. Oleh karena itu, persentase penderita penyakit pada daerah yang masih menggunakan air minum yang kurang memenuhi syarat kesehatan masih tergolong tinggi. Pekanbaru khususnya daerah Rumbai, kualitas airnya masih belum memenuhi standar air bersih . Air yang digunakan berasal dari air tanah, berupa sumur galian dan air sungai. Jika air sungai naik akan menyebabkan daerah ini akan tergenang air, sehingga air tanah tercemar. Oleh karena itu, persentase penderita penyakit yang disebabkan akibat penggunaan air minum yang kurang bersih atau kurang memenuhi syarat kesehatan masih sangat tinggi.
  • No Thumbnail Available
    Item
    PIROLISIS CANGKANG SAWIT MENJADI ASAP CAIR DENGAN KATALIS BENTONIT: VARIABEL WAKTU PIROLISIS DAN RASIO KATALIS/CANGKANG SAWIT
    (2013-05-07) Padil; Sunarno; Komalasari; Widyandra, Yoppy
    Perkebunan kelapa sawit setiap tahunnya mengalami peningkatan, begitu juga dengan produksi CPO yang terus meningkat seiring bertambahnya luas perkebunan sawit. Hal ini berdampak pada timbulan limbah padat sawit diantaranya adalah cangkang sawit. Pada penelitian ini digunakan cangkang sawit sebagai bahan baku pembuatan asap cair dan bentonit sebagai katalisnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pirolisis dan kondensasi. Mula-mula bentonit dipreparasi kemudian diaktivasi secara asam, cangkang sawit dijemur atau dipanaskan dibawah sinar matahari. Kemudian cangkang sawit di masukkan ke dalam reaktor sebanyak 250 gram dan katalis yang digunakan tetap sebanyak 36 gram (14,4%), suhu pirolisis 300 °C dengan waktu 0-180 menit. Asap yang keluar dari reaktor akan mengalir ke kondensor dan keluar menjadi asap cair. Langkah selanjutnya yaitu melakukan variasi terhadap rasio katalis terhadap cangkang sawit dengan waktu optimum yang diperoleh dari variasi waktu pirolisis sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimum pembuatan asap cair menggunakan katalis bentonit yaitu waktu pirolisis 60 menit dengan rasio katalis 11% (% berat). Pada kondisi ini, kadar asam asetat sebesar 21,767% dan kadar fenol 5,532%. Rendemen asap cair pada permulaan waktu pirolisis mengalami peningkatan kemudian mengalami penurunan seiring dengan meningkatnya waktu pirolisis.
  • No Thumbnail Available
    Item
    Preparation Of Porous Alumina-Tri Calcium Phosphate Composite Using Protein Foaming-Consolidation Method For Biomedical Application
    (2015-12-01) Fadli, Ahmad; Komalasari; Alfarisi, Cory Dian
    Porous alumina-tri calcium phosphate (TCP) composite has been prepared via protein foaming-consolidation method. Sintering temperature was varied to amend performance of the porous composite. The shrinkage of sintered bodies decreased with increasing TCP loading. The decreasing porosity of porous alumina-TCP body from 45.0 to 38.9% improved the compressive strength from 0.3 to 10.6 MPa. Increasing sintering temperature resulted in large grain size among powder particles, thus improving the compressive strength of porous bodies. The macroporous alumina-TCP composite sample produced has been proven to be highly potential for bone implant application.
  • No Thumbnail Available
    Item
    Proses Pengendalian Korosi
    (2013-04-18) Komalasari; Sri Irianty, Rozanna; Fadli, Ahmad
    Metode ekstraksi sokletasi memberikan hasil ekstrak yang lebih tinggi karena adanya pemanasan akan memperbaiki kelarutan ekstrak sehingga hasil ekstrak yang diperoleh lebih tinggi. Tanin merupakan salah satu jenis senyawa yang termasuk kedalam golongan polifenol yang dapat dijumpai pada hampir semua jenis tumbuhan hijau. Daun gambir banyak mengandung kadar tanin. untuk itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui % ekstrak gambir dan menganalisa konsentrasi tanin dalam ekstrak gambir yang diperoleh dengan variabel komposisi pelarut etanol-air. Perlakuan daun gambir untuk mendapatkan tanin meliputi pengeringan, penghalusann (blender), pengayakan, pengekstrakan dengan sokletasi sehingga diperoleh rendemen gambir. Selanjutnya, 5 ml filtrat dari rendemen ditambahkan FeCb untuk analisa kuanlitatif, selebihnya didestilasi untuk memperoleh ekstrak gambir dan dianalisa menggunakan spekrofotometer uv-vis. Dari hasil penelitian diperoleh ekstrak gambir mengandung tanin dan konsentrasi tanin paling tinggi dari variabel komposisi pelarutnya adalah pada perbandingan pelarut etanol-air 1:4 dengan konsentrasi tanin 94,75 ppm.
  • No Thumbnail Available
    Item
    Recent Research and Development in Porous Alumina Ceramics for Biomedical Applications
    (2015-12-01) Fadli, Ahmad; Komalasari; Alfarisi, Cory Dian
    Alumina is a bioinert ceramic with adequate mechanical properties for manufacturing of medical devices. In biomedical field, porous alumina scaffold is used for cell loading and bone grafts due to their good biocompatibility, inertness and chemical stability. Porous alumina can be prepared by a variety of methods involving starch consolidation, extrusion, fused deposition modeling (FDM), freeze drying, gel casting, magnetron sputtering and protein foaming. These techniques will produce porous alumina bodies that closely mimic with the structures of trabecular bone. Calcium phosphate coatings are an effective way to enhance the bioactivity ability of the porous alumina. The present paper gives an overview of various recent synthetic methods used to prepare porous alumina and their applications, especially for bone regeneration

DSpace software copyright © 2002-2025 LYRASIS

  • Cookie settings
  • Privacy policy
  • End User Agreement
  • Send Feedback