Browsing by Author "Lestari, Wahyu"
Now showing 1 - 20 of 23
Results Per Page
Sort Options
Item CEKAMAN AIR PADA TANAMAN PADI (Oryza sativa L. var. Batang Piaman)(wahyu sari yeni, 2019-08-15) Subekti, Retno Wahyu; Lestari, WahyuThe utilization of dry land in Riau is still not optimal. Rice variety of Batang Piaman is wetland rice which is one of the effort in utilizing dry land in Riau by means of water stress. The aim of this research was to find out the effect of water stress on rice plants on rice variety of Batang Piaman. Study used Randomized Block Design (RBD) with field capacity (100, 75, 50, 25%), with 3 replications of each treatment. The results were analyzed using ANOVA (Analysis Of Variance). The results of this study indicated that a decrease in field capacity significantly reduced plant height. But morphologically, lower plant produced higher number of tillers. The effect of various field capacity did not significantly reduce root dry weightItem Efek Kascing Terhadap Ketersediaan P Tanah, Serapan P Dan Pertumbuhan Kedelai(2017-10-13) Lestari, WahyuPemanfaatan bahan organik merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan tanaman terhadap pupuk anorganik, di samping itu juga dapat meningkatkan produktivitas lahan. Salah satu bahan organik yang dijadikan alternatif sebagai pupuk organik adalah kascing. Kascing mengandung hampir semua unsur esensial, fitohormon dan mikroba yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Penggunaan kascing yang bertujuan untuk mengetahui kemampuannya dalam menyediakan P tanah, serapannya oleh tanaman dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman kedelai telah dilakukan. Rancangan percobaan yang dilakukan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 4 perlakuan, yaitu P0 (kontrol/tanpa kascing), P1 (100 g kascing), P2 (150 g kascing), P3 ( 200 g kascing ), masing-masing dengan 5 ulangan. Data dianalisis dengan ANOVA dan uji lanjut dengan DMRT taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa P3 memberikan pengaruh yang nyata terhadap P tersedia tanah, berat kering akar dan berat kering tanaman dibanding perlakuan lain. Peningkatan serapan P oleh tanaman seiring dengan peningkatan konsentrasi perlakuan. Perlakuan pemberian kascing berpengaruh nyata terhadap serapan P oleh tanaman dibanding kontrol.Item Induksi Akar Dan Tunas Dari Potongan Akar Adventif Tanaman Ubi Jalar Varietas Lokal(2017-10-13) Lestari, WahyuPenelitian untuk melihat respon potongan akar adventif tanaman ubi jalar varietas lokal pada pemberian zat pengatur tumbuh BA dan NAA telah dilakukan. Medium yang digunakan terdiri atas medium I (A) adalah B5 salt dan MS vitamin, 30 mg/l sukrosa, agar 0,8%. Medium II (B) adalah MS salt dengan penambahan 1,68 mg/l tiamin HCL, 1,23 mg/l asam nikotinad 1,03 mg/l piridoksin HCL, 1,09 mg/l mioinositol, 16 g/l sukrosa agar, 0,8% dan 0,2 mg/l NAA pH medium A dan B adalah 5,6. Konsentrasi BA pada medium A dan B yaitu 0,0; 0,01 ; 0,05 ; 0,10 ; 0,20 dan 0,25 mg/l. Eksplan yang berasal dari potongan akar adventif ditumbuhkan dalam medium A dan B selama 6 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perakaran lebih banyak terbentuk pada kedua medium dari pada tunas. Tanpa perlakuan BA dan NAA ataupun tanpa BA dengan NAA, perakaran tetap dapat terinduksi. Penggunaan konsentrasi BA tanpa NAA pada kedua medium dapat meningkatkan induksi perakaran dan jumlahnya berkurang seiring dengan peningkatan konsentrasi BA. Kombinasi BA dan NAA pada kedua medium dapat meningkatkan induksi perakaran dan berkurang seiring dengan peningkatan konsentrasi BA. Kombinasi BA dan NAA dalam pembentukan pucuk terpacu pada medium B. Kombinasi BA dan NAA yang membentuk perakaran dan tunas yang banyak adalah pada medium B dengan konsentrasi 0,20 mg/l NAA dan 0,15 mg/l BAItem Induksi Tunas Dan Pembentukan Akar Dari Eksplan Kotiledon Jeruk Siam (Citrus Nobilis Lour.) Asal Kampar Secara In Vitro(2017-02-10) Isda, Mayta Novaliza; Fatonah, Siti; Lestari, WahyuTissue culture was an alternative way in micropropagation of siam orange (Citrus nobilis Lour.) from Kampar one of the main commodity in Riau province. Shoot induction as an early stage propagation and the rooting stage were very important parts to produce plantlet in vitro technique. The aim of this study was to determine the best BAP and NAA concentration for shoot induction and rooting of siam orange from Kampar. This study using a randomized block design with faktorial treatment. The results of this study show that the best shoot induction was obtained from cotyledon explant grown on MS medium without BAP. The percentage and the average number of shoot were 91,67% and 1,50 respectively. The combination of MS medium with 1 mg/L NAA was the most optimum concentration in rooting induction of siam orange from Kampar, with the percentage of root growth and the highest average number of root 90% and 6.3 roots respectively.Item INDUKSI TUNAS IN VITRO DARI EKSPLAN TUNAS BUAH ( SLIP) TANAMAN NANAS (Ananas comosus (L.) Merr.) ASAL KAMPAR DENGAN PENAMBAHAN 6-BENZYLAMINOPURINE (BAP)(2014-03-28) Susiyani; Lestari, Wahyu; Fatonah, SitiPineapple ( Ananas comosus (L.) Merr.) is widely cultivated. One of pineapple plantation centers in Riau Province is the Kampar district. The vegetative seedling technique of pineapple is done using tissue culture techniques. Pineapple plant part that used as explants in this s tudy is fruit buds. Explants were cut into whole bud and bud sectioned longitudinally . The growth regulator used was BAP with different concentration, i.e.0.0, 0.5, 1.0, 1.5, 2.0, 2.5 mg/l in Murashige and Skoog (MS )medium. This study aims to determine the optimum concentration of BAP as well as the best explant part and to get the best combination between treatments in shoot induction. The study design used randomized block design ( RBD) factorial. The concentration of 1.0 mg/l BAP on whole bud explants induced 3 buds, while t he bud sectioned longitu dinally induced on ly one shoot on control, and concentration at 0.5 and 1.0 mg/l. Whole bud explants induced shoots in all of the treatments except the control. The interaction between treatment and the combination that could induced the greatest number of shoo t was the whole bud explants with the addition of 1.0 mg/l BAP.Item INDUKSI TUNAS IN VITRO DARI TUNAS BATANG (Sucker ) TANAMAN NANAS (Ananas comosus (L .) Merr.) ASAL KAMPAR DENGAN PENAMBAHAN 6-BENZYLAMINOPURINE (BAP)(2014-03-28) Sari, Risna Manda; Lestari, Wahyu; Fatonah, SitiPineapple (Ananas comosus (L.) Merr.) is a fruit plant that is like d most people . Fruit production and seedling availability have to be balance d in order to provide consumer’s need . This problem can be solved using an in vitro technique . This research used Group Randomized Design ( GRD) Factorial with two factors which are concentration of BAP and explant section. The concentrations of BAP used in this study were 0,0; 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; 2,5 mg/l on MS medium. Explant source was collected from sucker , with two different parts whole bud and bud sectioned longitudinally. The obje ctive s of this research were to get the optimal concentration, the best explant's cut part, and to get the best treatment interaction and combination for in vitro shoot induction. The r esult showed that the whole bud that could give response to BAP was indicated by shoot formation. The shoot was formed in the percentage of 25% with concentration 1,0 mg/l on 12 th day.Item INDUKSI TUNAS JERUK SIAM (Citrus nobilis Lour.) ASAL KAMPAR DENGAN PEMBERIAN BENZIL AMINO PURIN (BAP) SECARA IN VITRO(2013-05-13) Purba, Lamtiur; Fatonah, Siti; Lestari, WahyuShoot induction is an early stage in plant propagation in vitro. The aim this of study was to determine the best BAP concentration and type of explants for shoot induction of siam orange (Citrus nobilis Lour.) from Kampar using in vitro technique. The study had been conducted in the Laboratory of Integrated Biology, Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Science, University of Riau from May to June 2012, using randomized block design with factorial treatment. This experiment used two factors, the first factor was BAP concentration consisted of five levels: 0, 1, 2, 3, 4, 5 mg/l and the second factor was the type of explant (whole seed and cotyledon). The explants were cultured in MS medium with 12 replications. The data was analyzed using Analysis Of Variance (ANOVA) and if the result was significant, this analysis was continued using Duncan Multiple Range Test (DMRT) at the level of 5%. The results of this study showed that the best shoot induction was obtained from whole seed and cotyledon explant grown that on MS medium without BAP. The percentage and the average number of shoot from whole seed explants were 100% and 4,08, respectively. While the percentage and the average number of shoot from cotyledon explants were 91,67% and 1,50, respectively. Therefore the shoot induction from whole seed explant better than cotyledon explant.Item Isolasi Dan Seleksi Rhizobiun Spp Dan Azotobacter Spp Pendegradasi Bahan Aktif Herbisida(wahyu sari yeni, 2017-09-13) Martina, Atria; Lestari, Wahyu; Yus, Yusnarti; Titrawani2,4-D merupakan bahan aktif herbisida yang sering digunakan pada pertanian yang sering mengkontaminasi tanah dan air tanah. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh isolat Rhizobium spp dan Azotobacter spp serta menguji kemampuannya dalam mendegradasi herbisida 2,4-D. Azotobacte sppr diisolasi dari tanah pertanian jagung dan sawah sedangkan Rhizobium sp dari nodul akar tanaman kedelai. Seleksi dilakuan 2 tahap. Tahap pertama meggunakan garam mineral yang mengandung 2,4-D 20 mg/L dengan waktu inkubasi 3 minggu sedangkan tahap kedua dengan konsentrasi 2,4 –D 50 mg/L inkubasi 2 minggu. Pada konsentrasi 2,4-D 20 mg/L terdapat 10 isolat Rhizobium sp dan 8 Azotobacter spp yang mampu tumbuh. Pada konsentrasi 2,4-D 50 mg/l terdapat 7 isolat Rhizobium sp yang tumbuh. Rhizobium sp isolat A 2.2 merupakan isolat yang mempunyai kemampuan tertinggi dengan zona perubahan warna 2,40 cm. Azotobacter spp yang tumbuh pada konsentrasi 2,4-D 50 mg/L hanya 2 isolat dimana isolat B1.2 merupakan mempunyai kemempuan degradasi tertinggi dengan diameter zona 1,53 cm.Item PENGARUH KONSENTRASI DAN INTERVAL WAKTU PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR NASA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Solanum lycopersicum Lam.)(2013-07-19) Zabarti, Ella; Lestari, Wahyu; Isda, Mayta NovalizaTomato plant (Solanum lycopersicum Lam.) is one of the horticultural commodity with high economic value. Based on the tomato production data in Riau, the tomato productivity in 2010 in this province was lower than North Sumatra and West Sumatra, therefore the tomato production in Riau needs to be improved. One of the factors that can improve tomato production by fertilization. The application of fertilizer should be made more effectively with proper concentration and fertilizing time interval. One of liquid organic fertilizers that can be used to support the production of tomato plant is NASA liquid organic fertilizer. This fertilizer can be applied through its leaves. This study aims to determine the concentration and the fertilizing time interval of liquid organic fertilizer for optimum growth and production of tomato plant. This research had been conducted based on a factorial randomized block design, the first factor was the concentration and the second factor was the fertilizing time interval of NASA liquid organic fertilizer. Data were analyzed using ANOVA and followed by Duncan's New Multiple Range Test (DNMRT) at 5% significant level. The results showed that a single factor of concentration and the time interval of NASA liquid organic fertilizer did not gave a significant effect on the tomato growth and production. The interaction of treatments 8 cc/l NASA liquid organic fertilizer with 2 week interval gave a significant effect on the average tomato plant height (132.00 cm), but not on the other parameters, i.e. flowering date, number of flower per plant, number of fruit per plant and fruit weight per plant.Item - Pengembangan Biofertilizer Dan Biokontrol Dari Konsortium Mikroba Untuk Mendukung Budidaya Tanaman Cabe Ramah Lingkungan(2017-10-13) Linda, Tetty Marta; Lestari, WahyuPenelitian ini akan mengembangkan mikroba (bakteri dan aktinomisetes) indigenus asal tanah gambut hasil koleksi dari penelitian sebelumnya sebagai suatu konsortium untuk dikembangkan sebagai biofertilizer dan dan biokontrol terhadap penyakit yang disebabkan oleh jamur untuk budidaya tanaman cabe. Persiapan mikroba sebagai konsortium agen biofertilizer dipilih yang memiliki kemampuan: penghasil senyawa pertumbuhan didasarkan pada produksi asam indol aset (IAA), yaitu hormon yang dapat mendorong pertumbuhan tanaman dan mikroba pelarut fosfat. Selain itu, mikroba memiliki biokontrol karena dapat menghasilkan senyawa anti-jamur. Mikroba tersebut mampu menghambat pertumbuhan R. solani dan S. rolfsii, Fusarium oxysforum dan Coletotricum sp. yang sering menular melalui tanah (soil borne) digunakan sebagai penentuan agen biokontrol. Pada penelitian ini diperoleh hasil semua isolat bakteri penghasil fosfat memiliki kemampuan dalam menghasilkan IAA. Selanjutnya, uji perkecambahan (germination index) terhadap bibit cabe tertinggi dihasilkan oleh pengguna isolat tunggal L421 yaitu 22%. Formulasi konsortium mikroba berupa “Pupuk cair” perlu dilakukan pengujian yang dapat dikembangkan sebagai biofertilizer sekaligus dapat mengontrol serangan jamur patogen terhadap tanaman cabe yang dapat menekan ongkos produksi petani produk pupuk cair ini sebagai alternatif fertilizer yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutanItem Pengembangan Biofertilizer Dan Biokontrol Dari Konsortium Mikroba Untuk Mendukung Budidaya Tanaman Cabe Ramah Lingkungan Tahun 2016(2017-10-13) Linda, Tetty Marta; Lestari, WahyuSalah satu kendala serius bagi petani tanaman cabe adalah penyakit yang disebakan oleh jamur diantaranya : Colletothricum capsisci, Phytophtora capsici, Fusarium sp, Pseudomonas yang mengakibatkan penyakit antraknosa, busuk batang/akar dan layu. Umunya petani sering menggunakan pestisida kimia untuk mengatasinya. Tanaman yang terbiasa diberi pestisida kimia akan sangat rentan terhadap serangan penyakit pada periode tanam berikutnya. Selain dari itu pemakaian pestisida bisa merusak kesehatan manusia dan lingkungan. Penelitian ini mengembangkan konsortium mikroba (bakteri dan aktinomisetes) indigenus asal tanah gambut Riau sebagai suatu konsortium untuk dapat dibuat pupuk cair yang bersifat sebagai biofertilizer dan biokontrol terhadap penyakit yang disebabkan oleh jamur untuk budidaya tanaman cabe. Aktinomisetes memiliki kemampuan melarutkan fosfat (L1.2.1, L2.2.3, SM.1.1) sekaligus mempunyai kemampuan antifungal terhadap Rizhoctonia solani, Fusarium sp, Sclerotium sp, dan Colletothricum capsisci sebagai penyebab penyakit pada cabe. Bakteri yang memiliki kemampuan memproduksi asam indole asetat (IAA) (GGO1 dan GGO2) memberi pengaruh pada laju perkecambahan dan panjang akar. Kelima isolat ini di konsortiumkan untuk dikembangkan sebagai pupuk cair “Actibar” (Actinomisetes bakteri Riau) yang bermanfaat sebagai agen biofertilizer dan biokontrol. Pengujian pupuk cair “Actibar” memberi respon pada perkecambahan cabe. Uji aktivitas Actibar dalam berbagai variasi waktu perendaman pada benih cabe, memberi pengaruh pada panjang benih dan berat kering kecambah yang berbeda nyata dengan kontrol dengan perendaman 6 dan 12 jam perendaman. Actibar dapat mempercepat perkecambahan pada media tanam tanah PMK, gambut, dan mineral. Perlu dilakukan uji lanjut untuk mengetahui waktu dan metode aplikasi pemberian Actibar kepada tanaman sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi cabe. Pupuk cair “Actibar” yang diharapkan dapat sebagai alternatif fertilizer yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutanItem Penggunaan Gen Tcpin Kulit Buah Kakao (Theobroma Cacao L.) Untuk Penanggulangan Hama Penggerek Polong ( Etiella Zinckenella Tr.) Tanaman Kedelai(2015-07-05) Novalizaisda, Mayta; Chaidamsari, Tetty; Lestari, WahyuKedelai {Glycine max (L) Merrill) adaJah merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang penting di Indonesia. Kebutuhan akan kedelai meningkat setiap tahunnya. Komoditas per kapita kedelai saat ini ± 8 kg/kapita/tahun. Diperkirakan setiap tahunnya kebutuhan biji kedelai ± 1,8 juta ton/tahun (Deptan, 2006). Namun usaha peningkatan produksi kedelei di Indonesia terkendala oleh adanya serangan hama penggerek polong. Serangan hama ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya produksi kedelai. Kehilangan produksi dapat mencapai hingga 80%, dan biji kedelai yang terserang mutunya menurun atau bahkan tidak laku dijual. Hingga saat ini belum ada cara pengendalian yang efektif dan efisien terhadap hama yang penyebarannya sangat cepat tersebut. Salah satu pemecahan yang menjadi pusat perhatian saat ini adalah penyediaan bibit tanaman kedelai yang tahan terhadap hama pengerek polong. Untuk hal tersebut telah dilakukan melalui eksplorasi maupun rekayasa genetik tanaman kedelai. Pendekatan pertama telah dilakukan dengan seleksi terhadap varietas yang memiliki daya regenerasi in vitro yang cukup baik dan tahan terhadap penggerek polong. Untuk mencari altematif baru pada tanaman kedelai hasil transgenik yang dapat diterima masyarakat maka perlu memanfaatkan potensi gen ketahanan yang terdapat pada tanaman lain seperti proteinase inhibitor pada tanaman kakao. Peluang pemanfaatan gen ketahanan tersebut memiliki peranan penting dalam sistem pertahanan tanaman terhadap predator dan patogen (Lawrence & Koundal, 2002).Item PENINGKATAN KUALITAS TANAH DAN PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) DENGAN PEMANFAATAN CACING TANAH (Pontoscolex corethrurus Fr. Mull.)(2014-05-22) Lestari, Wahyu; Isda, Mayta NovalizaAbility of earthworm ( Pontoscolex Corethrurus Fr. Mull.) as degrade organic materials organism represent one of the alternative to get peaceful organic manure of environment and yield optimal material content. This research aim to know its ability in changing the nature of chemical physics of land and also see its influence to growth of red chilli (Capsicum annuum L.). As a whole result of research indicate that, earthworm exploiting and giving of livestock dirt at media plant, can denature land chemistry and physics so that can improve growth of red chilli.Item Peningkatan Kualitas Tanah Dan Pertumbuhan Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Dengan Pemanfaatan Cacing Tanah (Pontoscolex corethrurus Fr. Mull.)(2017-10-13) Lestari, Wahyu; Isda, Mayta NovalizaKemampuan cacing tanah (Pontoscolex corethrurus Fr. Mull.) sebagai organisme pengurai bahan organik merupakan salah satu alternatif untuk mendapatkan pupuk organik yang aman lingkungan dan meghasilkan kandungan hara yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuannya dalam merubah sifat fisika kimia tanah serta melihat pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.). Secara keseluruhan hasil penelitian menunjukkan bahwa, pemanfaatan cacing tanah dan pemberian kotoran ternak pada media tanam, dapat mengubah sifat fisika dan kimia tanah sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman cabai merah.Item Peningkatan Pertumbuhan Stek Cabang Tanaman Mawar (Rosa Damascena Mill) Oleh Rootone F(2017-10-13) Lestari, Wahyu; Iriani, Dyah; Rorita, YeniPenelitian tentang penggunaan Rootone F untuk meningkatkan pertumbuhan stek cabang tanaman mawar (Rosa damaccena Mill) telah dilakukan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui konsentrasi Rootone F dan lama perendaman yang optimal untuk pertumbuhan stek cabang tanaman mawar. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap faktorial, faktor pertama dalah tingkatan konsentrasi Rootone F (0, 600, 800, 1000, dan 1200 ppm) dan faktor ke dua adalah lama perendaman bahan stek dalam larutan Rootone F (30, 60, dan 90 menit). Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah perlakuan lama perendaman dan interaksi antara lama perendaman dan tingkatan konsentrasi Rootone F tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada semua parameter, sedangkan untuk perlakuan tingkatan konsentrasi hanya pada parameter saat muncul tunas dan % stek yang tumbuh. Berbeda nyatanya panjang akar, berat basah akar dan berat kering akar disebabkan Rootone F merupakan zat pemicu pertumbuhan yang sangat berperan untuk mempercepat pembentukan akar sehingga perbedaan tingkatan konsentrasi akan memberikan respon yang berbeda terhadap kemampuan Rootone F untuk membantu stek dalam menstimulasi pembentukan akar adventifnya. Pemberian Rootone F dengan konsentrasi 600 ppm adalah konsentrasi optimal untuk meningkatkan pertumbuhan stek tanaman mawar.Item Perbanyakan Jeruk Siam (Citrus Nohilis Lour) Asal Kampar Secara In Vitro : Induksi Tunas Dari Eksplan Biji, Multiplikasi Tunas Dan Pembentukan Planlet(2013-04-18) Novaliza Isda, Mayta; Lestari, Wahyu; Fatonah, SitiKeberadaan jeruk siam di Kabupaten Kampar saat ini semakin berkurang, akibat serangan hama dan penyakit antara lain penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration). Saat ini tanaman jeruk yang masih bertahan merupakan tanaman jeruk yang tahan terhadap penyakit. Perlu upaya mempertahankan tanaman jeruk siam khas kampar yang masih bertahan dan mengembangakannya. Untuk itu perlu pengadaan bibit dalam jumlah banyak. Upaya perbanyakan bibit yang umum dilakukan adalah secara vegetatif dengan memanfaatkan tanaman induk melalui cangkok dan okulasi. Keterbatasan tanaman induk menjadi kendala dalam pengadaan bibit jeruk siam dalam skala besar. Salah satu altematif perbanyakan untuk mendapatkan bibit jeruk dalam jumlah banyak adalah melalui teknik kultur jaringan (kultur in vitro). Ini karena melalui perbanyakan secara in vitro dibutuhkan bahan tanaman dalam jumlah sedikit dan dihasilkan bibit tanaman dalam jumlah banyak. Telah dilakukan Penelitian perbanyakan tanaman jeruk siam(OYrM5 nobilis Lour.) 'Kampar' secara in vitro, yaitu induksi tunas dari eksplan biji dan kotiledon, pembentukan plantlet melalui induksi akar pada tunas in vtro, dan multiplikasi tunas in vitro. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Terpadu, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Riau. Penelitian dilakukan menggunakan percobaan faktorial, dengan rancangan acak kelompok. Pengamatan dilakukan secara fisual, penghitungan dan pengukuran. Data yang didapatkan dianalisis menggunakan ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan, persentase pembentukan tunas, jumlah tunas yang terbentuk, dan tinggi timas lebih tinggi pada eksplan biji utuh dibandingkan kotiledon, namun pembentukan tunas lebih cepat pada eksplan kotiledon. Pemberian BAP cenderung menurunkan persentase pembentukan tunas, jumlah tunas yang terbentuk dan tinggi tunas lebih tinggi pada perlakuan tanpa pemberian BAP, Pemberian BAP cenderung menurunkan, baik pada eksplan biji utuh maupun kotiledon. Pemberian BAP 3 mg/I cenderung menuningkatkan jumlah daun, baik pada eksplan biji utuh maupun kotiledon. Konsentrasi N A A terbaik menginduksi akar jeruk siam (Citrus nobilis Lour.)'Kampar' dengan jumlah akar terbanyak 6,8 buah pada konsentrasi Img/L NAA. Waktu muncul akar tercepat jeruk siam (Citrus nobilis Lour.) yaitu hari ke- 11 hari setelah tanam (HST), pada konsentrasi 0,5 mg/L N A A dan 1 mg/L NAA. Hasil penelitian menunjukkan, perlakuan BAP 3 mg/1 + NAA 0,5 mg/1 memberikan hasil yang terbaik terhadap semua parameter pengamatan yaitu persentase regenerasi tunas, waktu muncul tunas, jumlah timas multiplikasi, dan tinggi tunas multiplikasi.Item POTENSI AKTIBAR PADA VARIASI LAMA PERENDAMAN BENIH (Capsicum annuum L.) SEBAGAI PERKECAMBAHAN, PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN(2019-01-31) Ardianti, Rini; Linda, Tetty Marta; Lestari, WahyuAktibar is a consortium consisting of actinomycetes L 1.2.1, L 2.2.3 and SM 1.1.3 and the bacteria GGO1 and GGO2, which have been known for their ability to dissolve phosphate and produce Indole Acetic Acid. The study determine to the effect of immersion with time variation (6,12,18,24 hours) on germination, growth and production of chili plants (Capsicum annuum L.). This study used a Randomized Block Design (RAK) consisting of five treatments and three replications. The results of this study obtained immersion time of 0, 6, 12, 18 and 24 hours in Aktibar had not the initial appearance of sprouts and the percentage of sprouts. The immersion for 18 and 24 hours in Aktibar gave on plant height. The immersion time for 6, 12. 18 and 24 hours in Aktibar effect to the generative phase, number and weight of fruit. Actibar can be developed for fertilizer in the future.Item Potensi Bakteri Pelarut Fosfat Isolat Lokal Terhadap Pertumbuhan Tanaman KEDELAI (glycine max l. Merrill) Pada Tanah Podzolik Merah Kuning (PMK)(2018-08-23) Lestari, Wahyu; Martina, Atria; Linda, Tetty MartaIsolasi bakterin pelarut fosfat (P) dari tanah gambut asal Sei. Galuh telah diuji potensinya terhadap pertumbuhan tanaman kedelai pada tanah PMK. Hasil isolasi ditemukan 12 isolat, yang memiliki kriteria tinggi dalam melarutka fosfat bedasar Uni Nilai Tengah, ada 3 isolat. Isolat dan campuran ke-3 isolat selanjutnya diuji potensinya dalam penyediaan P pada medium Pikovskaya cair menggunakan RAL dan pada tanah PMK menggunakan RAK Faktorial dengan 2 faktor, yaitu tanah (steril dan tidak steril) serta isolat. Data dianalisis dengan ANOVA dan uji lanjut dengan DMRT taraf 5 %. Isolat tertinggi melarutkan P pada medium pikovskaya cair berturut-turut adalah I1,IC, I2, dan I3. Inokulum juga memiliki kemampuan dalam penyediaan P pada tanah PMK. Hasil menunjukkan ada interaksi antara tanah dan inokulum terhadap penyediaan P tanah yang berpengaruh terhadap % polong bernas, berat kering biji dan serapan P pada tanaman. Inokulum Ic, terbaik dalam penyediaan P tanah. Terdapat korelasi yang sangat erat dan nyata (r= 0,794**) antara kandungan P tersedia tanah dan serapan P.Item Potensi Bakteri Pelarut Fosfat Isolat Lokal Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merrill) Pada Tanah Podzolik Merah Kuning (PMK)(2017-10-13) Lestari, Wahyu; Martina, Atria; Linda, Tetty MartaIsolasi bakterin pelarut fosfat (P) dari tanah gambut asal Sei. Galuh telah diuji potensinya terhadap pertumbuhan tanaman kedelai pada tanah PMK. Hasil isolasi ditemukan 12 isolat, yang memiliki kriteria tinggi dalam melarutka fosfat bedasar Uni Nilai Tengah, ada 3 isolat. Isolat dan campuran ke-3 isolat selanjutnya diuji potensinya dalam penyediaan P pada medium Pikovskaya cair menggunakan RAL dan pada tanah PMK menggunakan RAK Faktorial dengan 2 faktor, yaitu tanah (steril dan tidak steril) serta isolat. Data dianalisis dengan ANOVA dan uji lanjut dengan DMRT taraf 5 %. Isolat tertinggi melarutkan P pada medium pikovskaya cair berturut-turut adalah I1,IC, I2, dan I3. Inokulum juga memiliki kemampuan dalam penyediaan P pada tanah PMK. Hasil menunjukkan ada interaksi antara tanah dan inokulum terhadap penyediaan P tanah yang berpengaruh terhadap % polong bernas, berat kering biji dan serapan P pada tanaman. Inokulum Ic, terbaik dalam penyediaan P tanah. Terdapat korelasi yang sangat erat dan nyata (r= 0,794**) antara kandungan P tersedia tanah dan serapan P.Item Potensi Bakteri Pelarut Fosfat Isolat Lokal Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine Max L. Merrill) Pada Tanah Podzolik Merah Kuning (PMK)(wahyu sari yeni, 2017-09-25) Lestari, Wahyu; Martina, Atria; Linda, Tetty MartaIsolasi bakterin pelarut fosfat (P) dari tanah gambut asal Sei. Galuh telah diuji potensinya terhadap pertumbuhan tanaman kedelai pada tanah PMK. Hasil isolasi ditemukan 12 isolat, yang memiliki kriteria tinggi dalam melarutka fosfat bedasar Uni Nilai Tengah, ada 3 isolat. Isolat dan campuran ke-3 isolat selanjutnya diuji potensinya dalam penyediaan P pada medium Pikovskaya cair menggunakan RAL dan pada tanah PMK menggunakan RAK Faktorial dengan 2 faktor, yaitu tanah (steril dan tidak steril) serta isolat. Data dianalisis dengan ANOVA dan uji lanjut dengan DMRT taraf 5 %. Isolat tertinggi melarutkan P pada medium pikovskaya cair berturut-turut adalah I1,IC, I2, dan I3. Inokulum juga memiliki kemampuan dalam penyediaan P pada tanah PMK. Hasil menunjukkan ada interaksi antara tanah dan inokulum terhadap penyediaan P tanah yang berpengaruh terhadap % polong bernas, berat kering biji dan serapan P pada tanaman. Inokulum Ic, terbaik dalam penyediaan P tanah. Terdapat korelasi yang sangat erat dan nyata (r= 0,794**) antara kandungan P tersedia tanah dan serapan P.