Repository logo
  • English
  • Català
  • Čeština
  • Deutsch
  • Español
  • Français
  • Gàidhlig
  • Italiano
  • Latviešu
  • Magyar
  • Nederlands
  • Polski
  • Português
  • Português do Brasil
  • Srpski (lat)
  • Suomi
  • Svenska
  • Türkçe
  • Tiếng Việt
  • Қазақ
  • বাংলা
  • हिंदी
  • Ελληνικά
  • Српски
  • Yкраї́нська
  • Log In
    New user? Click here to register. Have you forgotten your password?
  • Communities & Collections
  • All of DSpace
  • English
  • Català
  • Čeština
  • Deutsch
  • Español
  • Français
  • Gàidhlig
  • Italiano
  • Latviešu
  • Magyar
  • Nederlands
  • Polski
  • Português
  • Português do Brasil
  • Srpski (lat)
  • Suomi
  • Svenska
  • Türkçe
  • Tiếng Việt
  • Қазақ
  • বাংলা
  • हिंदी
  • Ελληνικά
  • Српски
  • Yкраї́нська
  • Log In
    New user? Click here to register. Have you forgotten your password?
  1. Home
  2. Browse by Author

Browsing by Author "Nazriati, Elda"

Now showing 1 - 3 of 3
Results Per Page
Sort Options
  • No Thumbnail Available
    Item
    ANALISIS FAKTOR RISIKO MYOPIA PADA MURID SEKOLAH DI BEBERAPA SEKOLAH DASAR NEGERI Dl PEKANBARU
    (2013-03-05) Nazriati, Elda; Widjaya, Chandra
    Myopia atau rabun jauh merupakan kelainan refraksi di mana obyek jauh difokuskan di depan retina pada keadaan otot siliaris relaksasi. Hongkong dan Singapore merupakan negara dengan myopia tertinggi di Asia. Di Indonesia gangguan penglihatan akibat kelainan refraksi sebesar 22,1 %, sementara angka pemakaian kacamata koreksi masih rendah yaitu 12,5 % dari kebutuhan (Ilyas, 2007). Myopia yang tidak dikoreksi akan menurunkan produktifitas dan menimbulkan keluhan seperti sakit kepala dan menghambat kelancaran aktifitas sehari-hari. Hal ini akan mempengaruhi prestasi belajar dan aktifitas fisik terutama pada anak-anak. Telah lama diamati di beberapa Negara seperti Israel, Amerika, dan New Zealand bahwa myopia sering terjadi pada anak yang mempunyai intelligence Quotient (IQ) yang tinggi. Faktor lain yang diduga berperan terhadap myopia adalah tinggi badan. Myopia ditemukan lebih banyak pada anak yang bertubuh tinggi. Panjang bola mata di duga berhubungan dengan tinggi badan (Saw et al. 2002). Beberapa penelitian telah menyebutkan bahwa anak-anak yang sering menggunakan mata untuk melihat dalam jarak dekat lebih sering menderita myopia. Waktu belajar yang lama di sekolahsekolah terbukti mempertinggi angka myopiadi Asia. Dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk meneliti faktor risiko myopia pada murid beberapa Sekolah Dasar negeri di Pekanbaru. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional untuk mencari faktor risiko myopia pada murid sekolah dasar serta menilai seberapa kuat faktor risiko tersebut terhadap terjadinya myopia di beberapa sekolah dasar di Pekanbaru. Dari populasi penelitian terdapat 64 murid SD yang menderita Myopia yang selanjutnya dijadikan sampel kelompok kasus. Kemudian diambil 64 orang kelompok kontrol. Sampel diberi kuesioner untuk diisi dengan bantuan orang tuanya . Karakteristik myopia pada responden penelitian adalah lebih banyak pada wanita (78%) , sebagian besar (83%) berupa myopia ringan, dan mulai terjadi peningkatan drastis pemakaian kacamata koreksi terbanyak pada usia 9 tahun. Hasil uji statistik perbedaan rerata skor pola melihat dekat antara kelompok kasus (6,86) lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol (5,77) dengan nilai p 0,001 (p< 0,05 ). Uji statistik perbedaan rerata skor faktor risiko pribadi dan keluarga pada menunjukkan rerata skor faktor pribadi dan keluarga pada kelompok kasus ( 3,59) lebih tinggi secara bermakna dibandingkan rerata kelompok kontrol (2,97) dengan nilai p 0,002 (p< 0,05). Terdapat hubungan yang signifikan antara pola melihat dekat dengan terjadinya myopia dengan nilai p=0,000 (P< 0,05). Nilai Odds Ratio (OR) yang diperoleh adalah 4,048 yang berarti bahwa responden yang mempimyai skor melihat dekat risiko tinggi mempunyai kecenderungan 4,048 kali lebih besar untuk menderita myopia. Terdapat hubungan antara faktor pribadi dan keluarga dengan terjadinya myopia menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai p = 0,021 ( nilai p < 0,05). Nilai OR yang didapatkan adalah 2,984 hal ini berarti bahwa murid yang memiliki faktor pribadi dan keluarga risiko tinggi cenderung menderita myopia sebanyak 2,984 kali lebih besar dibandingkan murid dengan faktor pribadi dan keluarga risiko rendah
  • No Thumbnail Available
    Item
    HUBUNGAN KELAINAN REFRAKSI DENGAN PRESTASI AKADEMIK DAN POLA KEBIASAAN MEMBACA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
    (2012-11-12) Nazriati, Elda; Chandra Wijaya, Chandra
    Refractive errors is general term used to describe the glasses prescription of eye. Refractive errors are becoming more of problem in many societies, with prevalence rates of myopia in many Asian urban countries reaching epidemic proportion. This study aims to determine the prevalence rates of various refractive errors and to quantify the association refractive errors with school achievement and near work in Riau University medical students. Refractive error measurements were determined with Snellen eye chart and trial lens set. Near work profile and additional demographical data was obtained via questionnaires filed in by the students. School achievement were determined with student's GPA. 242 second, three*, and four* year medical students of Riau University were examinated, the prevalence rate of refractive errors in Riau University medical students was 33,9 % (82 students), consist of myopia 92,8 % (76 students), hyperopia 1, 22% (1 student), and astigmatism 6,09 % (5 students). 82 refractive error students as cases group compare to 82 emmetropic students as control group. This study showed that high significant association refractive errors with near work profile and no significant association refractive errors with school achievement. Students with refractive errors more likely to have risk near work profile than emmetropic students (x^test P < 0,001) with odds ratio 5,26. Students with refractive errors more likely to have high GPA than emmetropic students (OR 1,34) but interaction between refractive errors and school achievement were not significant (x^ test p< 0,05).
  • No Thumbnail Available
    Item
    Komposisi Tubuh Dan Sindroma Metabolik PAda Mahasiswa Baru Universitas Riau Yang Mengalami Obesitas
    (2013-03-05) Nazriati, Elda
    Obesitas pada remaja sering hanya dilihat dari sisi kosmetik dan psikologis. Meskipun obesitas pada remaja jarang disertai oleh gejala penyakit, dari berbagai penelitian didapatkan bahwa obesitas pada masa anak-anak meningkatkan risiko obesitas pada masa dewasa. Sindroma metabolik merupakan gejala gangguan metaboiik yang berhubungan dengan penyakit diabetes dan ka^dio^'askuler. Pengenalan sindroma metabolik bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin gejala gangguan metabolik sebelum seseorang jatiih pada keadaan sakit. Pandemi sindrom.a metabolik berkemb?.ng seiring dengan meningkatnya prevaiensi obesitas pada populasi Asia. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif cross sectional. Tujuan penelitian ini adalah untuk Untuk mengumpulkan data tentang komposisi tubuh dan sindroma metabolik pada mahasiswa baru Universitas Riau yang mengalami obesitas. Subyek penelitian adalah mahasiswa Unri Angkatan 2006 yang mengalami kelebihan berat badan yang berjumlah 27 orang. Variabel penelitian ini adalah komposisi tubuh, Profil Lipid darah, gula darah puasa dan profil sindroma metabolik . Dari hasil penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu Dari data komposisi tubuh 15 subyek (55,5 %) diklasifikasikan obesitas tingkat II yaitu IMT > 30. Obes tingkat II mempunyai risiko Ko-morbiditas berat sampai sangat berat. Pada lingkar abdomen 100 % subyek penelitian digolongkan obesitas sentral yaitu dengan lingkar perut > 90 cm untuk pria dan > 80 cm untuk wanita. Dari profil lipid darah terdapat 12 subyek (44,4 %) mempunyai kadar kolesterol total >200 mg/dL, 3 subyek (11,1 %) dengan kadar trigliserida >150 mg/dL, 3 subyek ( 11,1%) dengan kadar LDL-C < 160 mg/dL, dan 9 subyek(37%) dengan kadar HDL-C yang rendah (< 40 mg/dL pada pria dan < 50 mg/dL pada wanita). Berdasarkan tingkat hipertensi 15 subyek (56%) tergolong prahipertensi, 7 subyek (26%)hipertensi tingkat I, dan 2 subyek (7%) hipertensi tingkat II. Dari hasil penelitian di dapatkan 7 (26 %) subyek dengan gula darah puasa > 100 mg/dl yang merupakan salah satu faktor sindroma metabolik. Pada penelitian ini subyek penelitian yang digolongkan mengalami sindroma metabolik adalah 9 orang (33 %>). Dilihat dari distribusi faktor sindroma metabolik pada subyek penelitian didapatkan bahwa faktor terbanyak adalah obesitas sentral , disusul oleh tekanan darah > 130^85 mmHg, dan rendahnya kadar HDL-C pada 37,7 % subyek.

DSpace software copyright © 2002-2025 LYRASIS

  • Cookie settings
  • Privacy policy
  • End User Agreement
  • Send Feedback