Browsing by Author "Titrawani"
Now showing 1 - 19 of 19
Results Per Page
Sort Options
Item ANALISIS ISI LAMBUNG IKAN BAUNG (Mystus nemurus C.V) DI PERAIRAN SUNGAI SIAK KECAMATAN RUMBAI PESISIR PROVINSI RIAU(2014-03-28) Sinaga, I. M.; Titrawani; YusfiatiBaung fish is one of fishery resources, which has significant economic potential in Riau Province. Study on gut content can provide basic information that can be done to preserve the population of baung fish. A study on gut content of baung fish in Siak River of Rumbai Pesisir District, Riau Province has been carried out from July to November 2012 and from March to August 2013. The objective of this study was to know about the diet composition on gut contents of baung fish such as main, suplement, and additional food. The method used in this study was The Index of Preponderance by Natarjan dan Jingran cit. Effendie (2002). The results of this study revealed that baung fish is categorized as a carnivore. The main food of baung fish was Rasbora sp(IP 34, 2%), and additional foods were shrimp (IP 2,1%), Scutigera sp (IP 1,8 %), and Grynidae sp (IP 0,1%)Item ANALISIS ISI LAMBUNG IKAN BAUNG (Mystus nemurus) DARI PERAIRAN SUNGAI SIAK, KECAMATAN RUMBAI PESISIR, PEKANBARU(2013-03-22) Mahatma, Radith; Yusfiati; Elvyra, Roza; TitrawaniPenelitian bertujuan menganalisis pakan pada isi lambung ikan baung, melihat kondisi jaringan pada organ usus ikan baung dan mengidentifikasi parasit (ekto maupun endoparasit) pada ikan baung yang ditemukan di perairan Sungai Siak. Metode penelitian ini adalah metode survei. Sampel untuk analisis isi lambung dan endoparasit sebanyak 30 ekor, 5 ekor untuk pengamatan struktur usus ikan baung. Analisis isi lambung dengan Index of Preponderance (IP), endoparasit di usus ikan dan struktur usus dianalisis secara deskriptif. Hasil analisis isi lambung nilai IP yaitu 95,3% (detritus), 4,0% (udang), 0,5% (kumbang air), dan 0,2% (serasah). Bagian usus mengalami kerusakan yaitu pada tunika mukosa di lapisan epitel nekrosis, lamina propria tunika mukosa menyatu dan pembengkakan, pemendekan vili, vili menyatu, sel epitel menyatu dan penebalan otot polos sirkular. Jumlah sel goblet di usus depan yaitu 34 sel/mm, usus tengah dan belakang 46 sel/mm, luas area sel goblet usus depan ( 0,40%/mm), usus tengah (0,63%/mm) dan usus belakang (0,59%/mm). Jenis parasit yang paling banyak menyerang ikan Baung {M.nemurus C.V.) adalah Trichodina sp, Dactylogyrus sp dan Capillaria sp. Bagian tubuh yang sering diserang adalah insang, sirip, lambung, usus dan anus. Ikan baung yang terinfeksi parasit sebanyak 15 ekor.Item Aspek Biologi Dan Ekologi Organism Bentos Dan Ikan Buntal Mas (Tetraodon Fluviatilis Hb) Di Kawasan Mangrove Pesisir Timur Sumatra kec. Bukit Batu kab.Bengkalis Area Transisi Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu(wahyu sari yeni, 2017-07-22) Yusfiati; Mahatma, Radith; Titrawani; Elvyra, RozaTujuan penelitian adalah mengidentifikasi kelimpahan dan keragaman meiobentos di kawasan mangrove pesisir Timur Sumatra Kec. Bukit Batu, Kabupaten Bengkaslis, Mengidentifikasi struktur komunitas dan kelimpahan makrobentos di kawasan mangrove pesisir Timur Sumatra Kec. Bukit Batu, Kabupaten Bengkaslis dan mengetahui dan menganalisis diferensiasi karakter morfometri dan meristik populasi ikan buntal Mas (T. fluviatilis H.B) di perairan pakning. Total 60 dampel berhasil disamplingkan dari kedua lokasi, desa Tanjung Leban dan Bukit Batu Laut. Sebanyak 50 dari 60 sampel sedimen yang dikoleksi untuk memeriksa meiofauna yang berhasil diisolasi dari sedimen. Sedang sampling makrobentos telah dilakukan 60 sampel berhasil disampling dan sebanyak 50 dari 60 sampel sedimen yang dikoleksi di kedua lokasi. Kisaran panjang total (PT) ikan buntal mas di Muara Pakning pada jantan 43 mm sampai 92 mm dan betina 65 mm sampai 130 mm. Pada Muara Bengkel, panjang total Jantan 40 mm sampai 87 mm dan betina 57 mm sampai 92 mm. Sedangkan panjang total tubuh ikan buntal mas di Muara Jangkang pada jantan 31 mm sampai 87 mm dan betina 35 sampai 95 mm. Karakter morfometrik ikan buntal mas betina dan jantan pada tiga lokasi pengamatan memiliki keeratan hubungan yang sangat kuat, sedang dan lemah, serta status hubungannya allometrik positif, allometrik negatif dan isometrik. Sedangkan karakter meristik ikan buntal mas betina dan jantan adalah sama di ketiga lokasiItem Daya Proteksi Brotowali (Tinospora crispa L Miers) Terhadap Tikus Yang Terpapar Karbon Tetraklorida Ditinjau Dari Kadar Malondialdehid (MDA) Dan Struktur Hisologis Hepar(2013-02-18) TitrawaniPenelitian ini bertujuan untuk menguji kemampuan ekstrak batang brotowali untuk memproteksi sel hepar tikus akibat keracunan CCL4 dilihat dari kadar MDA dan struktur histologis hepar tikus. Untuk pengainatan struktur histologis dan kadar MDA Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan tiga perlakuan dan empat kali ulangan. Koi kelompok kontrol negatif yang tidak mendapat perlakuan apapun. Ki : kelompok kontrol positif yang diberi CCI4 P : Perlakuan yang diberi ekstrak brotowali + CCI4 Data yang diperoleh dari pemeriksaan kadar MDA dianalisa secara statistik Yaitu: 1) Uji t untuk melihat perbedaan yang berarti antara hari ke-2 dan hari keempat pada kelompok Ki dan P. 2) Uji Anava untuk melihat perbedaan antar kelompok perlakuan. Data yang diperoleh dari gambaran histologis kerusakan hepar dibahas secara deskriptif dan kuantitatif. Angka-angka yang didapat diuji secara statistik dengan uji t. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak batang brotowali untuk memproteksi hepar tikus terhadap paparan karbon tetraklorida tidak memberikan perbedaan yang nyata antara kelompok Ki dan P. Sedangkan untuk setiap pengamatan kelompok Ki memberikan perbedaan yang nyata, karena sel hepar sudah mampu beregenerasi selama 4 hari setelah pemaparan CCI4 demikian juga pada kelompok P (CCI4 + ekstrak brotowali).Item DISTRIBUSI DAN KELIMPAHAN KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI KECAMATAN MERBAU KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI(2016-01-28) Maharani, Dewi; Gunawan, Haris; TitrawaniMangrove is a habitat for many species of flora and fauna one of them, is the gastropods. Changes in ecosystem condition is thought to affect the existence of species of gastropods. This study aims to determine the distribution and abundance of gastropod communities and analyze the effect of different mangrove zonation on the distribution and abundance of Gastropods communities in two different locations. This study was conducted from November to December 2014 in two different mangrove areas, ie. natural mangrove and rehabilitation-mangrove area, of Merbau District, Meranti Islands Regency. The method used in this research was survey method. Sampling was conducted only one period, during low tide, using 10m x 10m plot which includes five 1m x 1m subplot. There were 6 and 5 families of Gastropod species found in the natural mangrove and rehabilitation-mangrove area of Merbau District. Analysis data showed that the distribution of gastropods for both observation stations was spreading evenly. Gastropod species richness was highest on the first zonation (Avicennia spp.) with the abundance of Cerithidea obtusa 74 ind. / m2 and the lowest in the second zonation (Rhizophora spp.) with the abundance of Nerita furniculata 0.6 ind / m2. The test of 2 x 3 contingency showed the presence of a significant effect on the distribution and abundance of gastropods.Item DISTRIBUSI SEL MUKUS PADA USUS IKAN BAUNG (Mystus nemurus C.V) DARI PERAIRAN SUNGAI SIAK PROVINSIRIAU(2013-03-22) Mahatma, Radith; Yusfiati; Elvyra, Roza; TitrawaniPenelitian bertujuan menganalisis pakan pada isi lambung ikan baung, melihat kondisi jaringan pada organ usus ikan baung dan mengidentifikasi parasit (ekto maupun endoparasit) pada ikan baung yang ditemukan di perairan Sungai Siak. Metode penelitian ini adalah metode survei. Sampel untuk analisis isi lambung dan endoparasit sebanyak 30 ekor, 5 ekor untuk pengamatan struktur usus ikan baung. Analisis isi lambung dengan Index of Preponderance (IP), endoparasit di usus ikan dan struktur usus dianalisis secara deskriptif. Hasil analisis isi lambung nilai IP yaitu 95,3% (detritus), 4,0% (udang), 0,5% (kumbang air), dan 0,2% (serasah). Bagian usus mengalami kerusakan yaitu pada tunika mukosa di lapisan epitel nekrosis, lamina propria tunika mukosa menyatu dan pembengkakan, pemendekan vili, vili menyatu, sel epitel menyatu dan penebalan otot polos sirkular. Jumlah sel goblet di usus depan yaitu 34 sel/mm, usus tengah dan belakang 46 sel/mm, luas area sel goblet usus depan ( 0,40%/mm), usus tengah (0,63%/mm) dan usus belakang (0,59%/mm). Jenis parasit yang paling banyak menyerang ikan Baung {M.nemurus C.V.) adalah Trichodina sp, Dactylogyrus sp dan Capillaria sp. Bagian tubuh yang sering diserang adalah insang, sirip, lambung, usus dan anus. Ikan baung yang terinfeksi parasit sebanyak 15 ekorItem EFEK EKSTRAK ALAMI DAUN PELAWAN TERHADAP KADAR UREUM PADA Rattus norvegicus Berkenhout, 1769 YANG MENGALAMI UROLITIASIS(2017-01-09) Misrina; Titrawani; Chahyadi, EnnieUrea is toxic in blood. Increased level of urea in blood is one indicator of renal disfunction, one of which is caused by urolithiasis. Urolithiasis treatment with surgery and high-power laser is expensive and has high risk of re-formed kidney stones, so many people turn to use alternative medicine such as herbal medicine. Pelawan (Tristaniopsis obovata R.Br) is one of the plants that have good effectiveness in disintegration of kidney stones. This study was conducted using Complete Random Design (CRD), composed of 3 treatments with 3 replications: (P0) control group, (P1) which was given inducer consisted of ethylene glycol 0.75% and ammonium chloride 0.2%, (P2) which was given inducer and extract of pelawan leaf dose 100 mg/kg. Data were analyzed by ANOVA. The results showed extract of pelawan leaf with a dose of 100 mg/kg body weight did not differ significantly (α> 0.05), but it was able to reduce level of urea from (P1) 45,04mg/dl to (P2) 23,46 mg/dl.Item Efek Ekstrak Etanol Daun Pelawan (Tristanlopsis Obovatar.Br)Terhadap Organ Uterus Ovarium Dan Kondisi Darah Tikus Betina Setelah Melahirkan(wahyu sari yeni, 2017-07-22) Titrawani; Chahyadi, Ennie; Mahatma, RadithDaun pelawan merupakan salah satu jenis tanaman yang memiliki potensi yang dapat dikembangkan sebagai obat tradisional. Namun, tanaman ini masih sedikit dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Hal ini dikarenakan belum banyak penelitian yang dilakukan untuk mengkaji lebih dalam potensi tanaman pelawan sebagai tanaman obat. Hasil uji molekul fitokimia tanaman ini mengandung senyawa falvonoid, terpenoid, tanin, dan saponin. Kandungan senyawa flavonoid diketahui dapat mempengaruhi reproduksi pada tikus bunting. Informasi mengenai efek penggunaan obat herbal dalam penyembuhan suatu penyakit belum banyak dikaji, khususnya ekstrak daun pelawan dalam proses peneyembuhan pasca melahirkan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengkaji efek ekstrak etanol daun pelawan (Tristaniopsis obovata R.Br) terhadap organ uterus, ovarium dan kondisi darah tikus betina setelah melahirkan. Penelitia bersifat eksperimental dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri atas 2 perlakuan. Setiap perlakuan terdiri atas 15 ulangan. Penelitian membuat ekstrak etanol dau pelawan dengan cara pembuatan simplisia dan pembuatan ekstrak etanol. Tiga puluh ekor tikus betina diadaptasikan terlebih dahulu dalam kandang individu. Tikus ditempatkan dalam kandang berukuran 34 x 25 x 12 cm per ekor yang beralaskan sekam dan bertutupkan kawat. Tikus diberi makan secara teratur dengan kebutuhan diet yang terjaga (feed intake diamsumsikan sama), minum ad libitum, dan ditempatkan pada ruangan dengan pencahayaaan selam 12 jam (06.00-18.00), suhu ruangan 20-25oC dengan kelembapan relatif 40-50% sebagai kondisi umumnya. Proses pembuntingan adalah tikus jantan dan betina dimasukkan ke dalam satu kandang. Proses perkawinan biasanya terjadi malam hari. Hewan percobaan terdiri dari 30 ekor tikus betina bunting yang dibagi dalam 2 kelompok perlakuan yaitu control (KK) dan kelompok perlakuan ekstrak etanol daun pelawan (KP). Masing-masing kelompok terdiri dari 15 ekor tikus bunting. Kemudian setiap kelompok perlakuan dibagi lagi menjadi 3 waktu pengambilan sampel yaitu pada hari ke 3 postpartus, hari ke 5 postpartus, dan hari ke 7 pospartus (Roosita et al 2003). Kemudian dilakukan pembedahan untuk megambil uterusnya. Selanjutnya dibuat preparat uterus ovarium dengan bahan fiksatif berupa larutan Bouins dan pewarnaan dengan Hematoxylin dan eosin (Humason 1967). Sedang kondisi darah dihitung jumlah eritrosit, leukosit dan Hematokritnya. Perlakuan dengan pemberian ekstrak etanol daun pelawan pada tikus betina postpartus ternyata menyebabkan perubahan struktur jaringan uterus, terutama pada lapisan endometrium, walaupun dengan uji sidik ragam Anova tidak terjadi perbedaan signifikan. Diduga, kandungan ekstrak etanol daun pelawan yang mengandung steroid mempengaruhi produksi hormon reproduksi tikus betina yaitu hormon estrogen yang menyebabkan proses pemulihan lapisan endometrium lebih cepat. Dengan pemberian ekstrak etanol daun pelawan ternyata dapat memicu perkembangan folikel pada ovarium. Hal ini kemungkinan senyawa steroid yang dikandung ekstrak etanol daun pelawan yang mempengaruhi produksi FSH dan LH yang akan mamicu perkembangan sel-sel folikel di ovarium. Jumlah total eritrosit pada perlakuan menurun jika dibandingkan dengan kontrol, kemungkinan tikus megalami penyakit anemia. Tetapi pada perlakuan ekstrak hari ke tujuh setelah melahirkan jumlah eritrositnya meningkat. Jumlah total leukosit pada perlakuan hari ketiga dan keempat juga menurun jika dibandingkan dengan kontrol. Sedangkan pada perlakuan hari ketujuh yang diberi ekstrak etanol daun pelawan jumlah leukositnya mengalami peningkatan. Jumlah hematokrit dan leukokrit terjadi penurunan dan jenis sel leukosit yang banyak ditemukan yaitu monosit dan limfosit. Peningkatan jumlah sel darah tersebut diduga akibat pengaruh kandungan yang ada pada ekstrak etanol daun pelawan yang dapat membantu proses pembentukan sel-sel darahItem EKTOPARASIT PADA KUCING (Felis Domestica, Linnaeus 1758) DI KOTA PEKANBARU(2016-01-28) Maharani, Riri; Mahatma, Radith; TitrawaniThe present study aimed to know ectoparasites species found in the domestic cat population in Pekanbaru and to asses their prevalence in the population. It also attempted to obtain indications of the influence of cat’s race, sex and raising conditions on ectoparasites prevalence. The prevalence of ectoparasites on the cat was 53%. A total of 53 out of 100 cat were examined with the intensity was 3,1 ectoparasites/cat. A total of five ectoparasites species were found, namely Ctenocephalides felis, Felicola subrostratus, Ixodes ricinus, Otodectes cynotis and Rhipicephalus sanguineus, where the highest prevalence (35,8%) of Ixodes ricinus while the lowest prevalence was found on (1,8%) of Rhipicephalus sanguineus. The finding of this study indicated the importance of raising condition compared to cat race and sex.Key words: Felis domestica, Ektoparasit of cat’s, PekanbaruItem Isolasi Dan Seleksi Rhizobiun Spp Dan Azotobacter Spp Pendegradasi Bahan Aktif Herbisida(wahyu sari yeni, 2017-09-13) Martina, Atria; Lestari, Wahyu; Yus, Yusnarti; Titrawani2,4-D merupakan bahan aktif herbisida yang sering digunakan pada pertanian yang sering mengkontaminasi tanah dan air tanah. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh isolat Rhizobium spp dan Azotobacter spp serta menguji kemampuannya dalam mendegradasi herbisida 2,4-D. Azotobacte sppr diisolasi dari tanah pertanian jagung dan sawah sedangkan Rhizobium sp dari nodul akar tanaman kedelai. Seleksi dilakuan 2 tahap. Tahap pertama meggunakan garam mineral yang mengandung 2,4-D 20 mg/L dengan waktu inkubasi 3 minggu sedangkan tahap kedua dengan konsentrasi 2,4 –D 50 mg/L inkubasi 2 minggu. Pada konsentrasi 2,4-D 20 mg/L terdapat 10 isolat Rhizobium sp dan 8 Azotobacter spp yang mampu tumbuh. Pada konsentrasi 2,4-D 50 mg/l terdapat 7 isolat Rhizobium sp yang tumbuh. Rhizobium sp isolat A 2.2 merupakan isolat yang mempunyai kemampuan tertinggi dengan zona perubahan warna 2,40 cm. Azotobacter spp yang tumbuh pada konsentrasi 2,4-D 50 mg/L hanya 2 isolat dimana isolat B1.2 merupakan mempunyai kemempuan degradasi tertinggi dengan diameter zona 1,53 cm.Item JENIS-JENIS PARASIT PADA I KAN BAUNG (Mystus nemurm) DARI PERAIRAN SUNGAI SIAK, KECAM ATAN RUMBAI PESISIR, PEKANBARU(2013-03-22) Mahatma, Radith; Yusfiati; Elvyra, Roza; TitrawaniPenelitian bertujuan menganalisis pakan pada isi lambung ikan baung, melihat kondisi jaringan pada organ usus ikan baung dan mengidentifikasi parasit (ekto maupun endoparasit) pada ikan baung yang ditemukan di perairan Sungai Siak. Metode penelitian ini adalah metode survei. Sampel untuk analisis isi lambung dan endoparasit sebanyak 30 ekor, 5 ekor untuk pengamatan struktur usus ikan baung. Analisis isi lambung dengan Index of Preponderance (IP), endoparasit di usus ikan dan struktur usus dianalisis secara deskriptif. Hasil analisis isi lambung nilai IP yaitu 95,3% (detritus), 4,0% (udang), 0,5% (kumbang air), dan 0,2% (serasah). Bagian usus mengalami kerusakan yaitu pada tunika mukosa di lapisan epitel nekrosis, lamina propria tunika mukosa menyatu dan pembengkakan, pemendekan vili, vili menyatu, sel epitel menyatu dan penebalan otot polos sirkular. Jumlah sel goblet di usus depan yaitu 34 sel/mm, usus tengah dan belakang 46 sel/mm, luas area sel goblet usus depan ( 0,40%/mm), usus tengah (0,63%/mm) dan usus belakang (0,59%/mm). Jenis parasit yang paling banyak menyerang ikan Baung {M.nemurus C.V.) adalah Trichodina sp, Dactylogyrus sp dan Capillaria sp. Bagian tubuh yang sering diserang adalah insang, sirip, lambung, usus dan anus. Ikan baung yang terinfeksi parasit sebanyak 15 ekor.Item JENIS-JENIS PARASIT PADA IKAN BAUNG (Mystus nemurus C.V.) DARI PERAIRAN SUNGAI SIAK KECAMATAN RUMBAI PESISIR PEKANBARU(2013-07-19) Arpia, Ranti Yuni; Titrawani; Elvyra, RozaThe aim of this research is to identify and to know the prevalency of parasites which are found in Mystus nemurus C.V. from Siak river Rumbai Pesisir Pekanbaru. This research was conducted from November 2012 to March 2013. This research used direct smear and concentration methods. Formalin 4% and eosin 2% were used to preserve and colouring the parasites. The result showed that Mystus nemurus C.V. hosted some parasitic-worms such as Procamallanus sp., Capillaria sp., Heterophyes heterophyes and Pallisentris sp. The prevalency of Procamallanus sp., Capillaria sp., Heterophyes heterophyes and Pallisentris sp. are 46.6%, 3.3%, 6.6% and 13.3%.Item KEANEKARAGAMAN EKTOPARASIT PADA BIAWAK (Varanus salvator, Ziegleri 1999) DIKOTA PEKANBARU, RIAU(2016-01-30) Maharany, Elva; Mahatma, Radith; TitrawaniThis study aimed to identify and to measure the frequency of ectoparasites attendance on lizard in Pekanbaru, Riau. The study was conducted from July to October 2014. As many as 20 of lizard were collected from six districts in Pekanbaru, Riau. Each lizard was examined its ectoparasites. The result indicated that 19 out of 20 lizard were infected by ectoparasite. Frequency of ectoparasites attendance in this study was 95% and intensity was 12,84. Ectoparasites found in this study were Amblyomma sp. and Aponomma sp. Frequency of attendance of ectoparasites found in monitored lizard from six districts in Pekanbaru were range between 50%-100% and the intensity of ectoparasites were range between 5-18. The highest frequency of ectoparasites attendance based on the body part were found on legs (90%) and the lowest frequency were found on tail (45%). Frequency of ectoparasites attendance on monitored lizard in this research were categorized always.Item KEANEKARAGAMAN ORDO ANURA DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU(2014-03-28) Nola, A.; Titrawani; YusfiatiA study on Anura diversity in campus University of Riau Pekanbaru has been conducted from April to June 2013. The objective of this study was to know about the diversity of the Anura in campus University of Riau Pekanbaru. The method used in this study was Visual Ecounter Survey (VES). 13 species of Anura have been obtained which belong to 5 families: Bufonidae (Bufo asper, Bufo melanosticus, Bufo biporcatus), Ranidae (Rana erythraea, Rana hosii, Rana chalconata, Rana baramica, Fejervarya cancrivora, Fejervarya limnocharis), Rhacophoridae (Polypedates leucomystax), Megophryidae (Leptobrachium hendricksonii), and Microhylidae (Kaloula pulchra, Microhyla achatina). The highest diversity of Anura was found in Arboretum, whereas the lowest was in main office. The species most widely found were Bufo asper 60 individual, and Rana erythraea, 34 individualItem PARASIT PADA IKAN GABUS (Channa striata, Bloch 1793) DI DESA SAWAH KECAMATAN KAMPAR UTARA(2016-01-26) Mariani; Titrawani; Mahatma, RadithChanna striata (Gabus fish) is one of the fish that is much prefered by the people. The main source Channa striata is based on the nature and not farmed yet. In order to establish Channa striata farming, there are many things that we should know, one of them is about the parasites in Channa striata. The purpose of this study was to know the types of ectoparasites and endoparasites which infect Channa striata in Sawah Village of North Kampar District. This research was conducted from November 2014 to March 2015 using survey method. Formalin 4% were used to preserve the parasites collected from the specimens. Parasite identification was performed using Bowman (1999) and Lucky (1977). The result showed that Channa striata hosted six parasites genus i.e. Strongyloides, Trichinella, Dactylogyrus, Lamproglena, Camallanus dan Ancylodiscoides. The total frequency of parasite presence (prevalence) was 30% and commonly categorized into “commonly”. The prevalency of each genus of Strongyloides, Trichinella, Dactylogyrus, Lamproglena, Camallanus and Ancylodiscoides 13.3%, 11.7%, 3.3%, 3.3%, 3.3% and 1.7% respectivelyItem PREVALENSI DAN JENIS-JENIS ENDOPARASIT IKAN YANG DITANGKAP DI SUNGAI PEMATANG IBUL KABUPATEN ROKAN HILIR(2016-01-28) Andayani, Mardila; Mahatma, Radith; TitrawaniRokan Hilir Regency is one of regency in Riau Province which has high various types of fish. The type of endoparasites in Rokan Hilir has never been reported investigated nor identified. This study aimed to identify fish species in Pematang Ibul river, Rokan Hilir. The study was conducted from December to February 2015, using survey method. A total of 47 fish samples from eight fish species was observed using a light microscope. The results identified two families of endoparasites in the gastrointestinal tract i.e.Strongyloididae (4.2%) and Anoplocephalidae (6.2%). The total prevalence of endoparasites was 10.63% and categorized to Often. The intensity value of each parasites family were 1 for both Strongyloidide and Anoplocephalidae. The Prevalence of Cork fish and Bujuk fish were (50%) and (100%), respectively. The prevalence Value of infected fish organ was 60% in gastric and 40% in intestine, while the intensity of the infected fish organs in the stomach was 0.6 and the intestinal organs was 0.4.Item PREVALENSI DAN JENIS-JENIS PARASIT PADA IKAN DI SUNGAI KAMPAR DESA SERING KECAMATAN PELALAWAN(2016-01-28) Fatmawati, Arum; Mahatma, Radith; TitrawaniThis study aimed to determine species, prevalency and intensity of parasites in fish from Kampar river, Sering Village, Pelalawan District. This research was conducted from December 2014 to February 2015. A Total of 40 fish samples from 7 species were observed, identified and then analyzed. Endoparasites found in the digestive tract was from the Family of Anoplocephalidae, Trichinellidae, and Strongyloididae with a value of 22.5% prevalence of endoparasites, with the category Often, whereas in scales and gills there were no ectoparasites. The value of the prevalence of endoparasites in each Family were 2.5% (Anoplocephalidae), 5% (Trichinellidae), and 15% (Strongyloididae). Endoparasites prevalence values for each fish species were 71% (Channa striata), 38% (Barbonymus schwanenfeldii), 17% (Osteochilus kelabau). Value prevalence of parasites in each organ of the digestive tract was 30% in stomach and 70% in bowel. Endoparasites intensity value was 1.1 while the value of the intensity of each Family were 1 (Anoplocephalidae), 1 (Trichinellidae) and 1.17 (Strongyloididae).Item Studi Hematologi Lele Dumbo (Clarias gariepinus ) Hasil Budidaya(wahyu sari yeni, 2017-07-22) Titrawani; Windarti; Hidayat, RizkyIkan lele dumbo (Clarias gariepinus ) adalah salah satu ikan air tawar yang banyak dibudidayakan oleh para petani ikan baik di kolam maupun keramba, karena ikan ini mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan digemari masyarakat karena dagingnya yang enak dan gurih. Kondisi kesehatan ikan dapat dilihat dari parameter-parameter hematologi antara lain total eritrosit, total leukosit, hematokrit, leukokrit dan jenis-jenis leukosit. Eritrosit dalam jumlah rendah menunjukkan bahwa ikan mengalami anemia atau kerusakan ginjal dan jumlah eritrosit yang tinggi menunjukka ikan dalam keadaan stress ( Wedeyemer and Yasutake, 1977). Selain itu juga dapat dilihat dari jumlah sel darah putih (leukosit). Meningkatnya jumlah leukosit merupakan suatu indikasi utama adanya infeksi (Anderson and Swicki, 1994). Leukosit sendiri berperan terhadap pertahanan dalam tubuh terhadap penyakit-penyakit yang timbul akibat ikan mengalami gangguan kesehatan/stress. Jumlah leukosit yang tinggi menunjukkan bahwa ikan terserang mikroorganisme patogen atau megalami infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan hematologi ikan lele dumbo (Clarias gariepinus ) yang dilakukan dari bulan Agustus hingga september 2009. Ikan sampel diambil dari 5 kolam budidaya ikan lele dumbo, yaitu Rumbai Pesisir, Tampan, Sukajadi, Bangkinang dan Panam. Dari setiap kolam budidaya, diambil 6 ikan sampel (3 jantan dan 3 betina) yang berukuran sekitar 20-25 cm dari panjang standar ikan. Parameter hematologi yang dihitung yaitu total eritrosit (menurut Schaperclaus, 1992), persentase hematokrit dan leukokrit (menurut Anderson and Siwicki, 1992) dan jenis-jenis leukosit (menurut Blaxshall and Daisley, 1972). Hasil menunjukkan kisaran total eritrosit yaitu 1.500.000-2.800.000 sel/mm3, total leukosit berkisar antara 120.00-370.000 sel/mm3, persentase hematokrit berkisar antara 20-30% dan persentase leukokrit berkisar dari 1-4%. Tipe-tipe leukosit antara lain limfosit (45-72%), trombosit (10-20%), monosit (6-20%), basofil (2-6%), eosinofil (1-9%) dan neutrofil (1-10%).Item VARIASI MORFOMETRIK Fejervarya cancrivora Gravenhorst (1829) DI KAWASAN UNIVERSITAS RIAU(2017-01-03) Ardila, Misna Zaira; Titrawani; Chahyadi, EnnieFejervarya cancrivora dijumpai pada areal persawahan, parit, dan rawa-rawa bakau Perbedaan lokasi ini diduga akan mempengaruhi morfologi F. cancrivora. Penelitian tentang Variasi morfometrik F. cancrivora ini dilakukan di Universitas Riau. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji variasi morfologi yang meliputi pengukuran morfometrik dari F. cancrivora di kawasan Universitas Riau. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 – Januari 2016. Sampel yang diambil sebanyak 30 ekor. Hasil uji T karakter morfometrik didapatkan hasil yang berbeda nyata yaitu, PB, PK, LK, JMT, JMMD, PMD, PKB, PF, PMTJ4, PTJ4, PM, JHT, JMHi, PaB, PT, PJ1KD, PJ4KB, PJ1KB. F. cancrivora betina di Universitas Riau memiliki korelasi sedang (PMTJ4), dan korelasi sangat lemah (PK). F. cancrivora jantan memiliki korelasi sedang (PK), korelasi lemah (JMT), dan korelasi sangat lemah (Pab). Kesimpulan penelitian ini didapatkan 18 karakter morfometrik F. cancrivora yang berbeda nyata.