SWL-Mathematics and Natural Sciences
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing SWL-Mathematics and Natural Sciences by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 249
Results Per Page
Sort Options
Item ANALISIS KANDUNGAN FORMALDEHID DALAM MINUMAN YOGHURT PADA KEMASAN PLASTIK POLYETHYLEN TEREFTALATE (PET) DAN HIGH DENSITY POLYETHYLEN (HDPE)(2013-07-01) Bali, Subardi; Hilda Sari, Amelia; Hanifah, AbuPolyethylene tereftalate (PET) dan high density polyethylene (HDPE) merupakan bahan kemasan yang biasa digunakan untuk minuman yoghurt. Kemasan ini memiliki kelemahan, karena terjadinya migrasi zat monomer pada plastik ke dalam minuman selama penyimpanan. Salah satu kemungkinan monomer yang dapat terbentuk adalah formaldehid akibat aktivitas mikroorganisme dan asam yang tinggi selama waktu penyimpanan. Konsumsi makanan yang terkontaminasi formaldehid secara terus menerus dapat mengakibatkan kerusakan hati, ginjal, jantung dan berpeluang terkena penyakit kanker. Penelitian bertujuan untuk menentukan kandungan formaldehid dalam minuman yoghurt yang dikemas dengan plastik PET dan HDPE berdasarkan variasi waktu penyimpanan. Analisis kandungan formaldehid dilakukan berdasarkan variasi waktu penyimpanan (dalam kulkas bersuhu 40C) mulai awal waktu pemasaran 0 hari sampai 70 hari. Penentuan kandungan formaldehid dilakukan dengan spektrofotometer UV-Vis (570 nm) dengan menggunakan Reagen Schiff’s. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama penyimpanan berpengaruh terhadap kandungan formaldehid dalam minuman yoghurt. Kandungan formaldehid dalam minuman yoghurt yang disimpan selama 70 hari menunjukkan hasil yang tertinggi kemasan plastik PET (1,488 mg/L) dan HDPE (3,250 mg/L). Nilai ambang batas (NAB) kandungan formaldehid dalam bahan makanan dan minuman yang diperbolehkan berdasarkan IPCS (International Programme on Chemical Safety) dan tiga lembaga organisasi di PBB (ILO, UNEP dan WHO) adalah 1 mg/L. Dengan demikian, kadungan formaldehid yoghurt pada kemasan PET telah melebihi NAB setelah penyimpanan lebih dari 60 hari. Kandungan formaldehid dalam minuman yoghurt pada kemasan HDPE telah melebihi NAB setelah penyimpanan lebih dari 30 hari.Item KANDUNGAN LOGAM BERAT (TIMBAL, KADMIUM), AMONIAK, NITRIT DALAM AIR MINUM ISI ULANG DI PEKANBARU(2013-07-01) Bali, SubardiTelah dilakukan penelitian sifat fi sis dan sifat kimia logam berat (Pb dan Cd), amoniak, dan nitrit dari sampel air baku dan air minum isi ulang (AMIU) di depot AMIU Pekanbaru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air baku dan AMIU yang dihasilkan, secara kimia masih bersifat asam. Air baku dan AMIU mengandung logam berat yang sangat tinggi untuk logam Pb berkisar antara 0,11-0,55 ppm untuk air baku dan 0,11-1,87 ppm untuk air minum isi ulang. Sedangkan untuk logam Cd berkisar antara 0,22-0,52 ppm untuk air baku dan 0,44-0,54 ppm untuk AMIU. Untuk kadar amoniak baik untuk air baku maupun untuk AMIU tidak terdeteksi, sedangkan untuk nitrit untuk air baku dan AMIU secara berturut-turut 0,18-0,28 ppm dan 0,04-0,28 ppm. Hasil ini menunjukkan bahwa kandungan logam Pb dan Cd dalam AMIU melebihi standar dan amoniak dan nitrit masih berada dibawah standar yang ditetapkan oleh KEPMENKES RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002.Item ANALISIS TEMBAGA, SENG DAN pH DALAM AIR MINUM PDAM CABANG BENGKALIS(2013-07-01) Itnawita; Bali, SubardiUntuk memenuhi kebutuhan akan air minum Pemerintah Kabupaten Bengkalis mendirikan Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) yang sumber air bakunya adalah air gambut yang terletak di Desa Wonosari Timur, Kecamatan Bengkalis. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa belum adanya pemeriksaan secara kontinyu terhadap kualitas air yang dihasilkan oleh PDAM Cabang Bengkalis. Penentuan kandungan tembaga dan seng menggunakan spektrofotometer UV-Vis, untuk tembaga menggunakan metoda neokuproin sedangkan seng dengan metoda ditizon. Hasil analisis menunjukkan kandungan tembaga dan seng dalam air baku secara berturut-turut 0,0120 mg/L dan 0,0483 mg/L, dalam air produksi tidak terdeteksi dan 0,0193 mg/L dan dalam air distribusi tidak terdeteksi dan berkisar 0,0096-0,0193 mg/L. Hasil ini menunjukkan kandungan tembaga dan seng dalam air minum PDAM Cabang Bengkalis masih berada dibawah kadar maksimum yang diperbolehkan berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun 2001tentang kriteria mutu air dan KEPMENKES RI No. 907/ MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum, sedangkan pHnya berada dalam rentang pH yang ditetapkan.Item KORELASI KADAR ERITROMISIN YANG DITENTUKAN SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI DENGAN POTENSI HAYATI(2013-07-01) Bali, SubardiTelah diteliti korelasi penentuan kadar eritromisin secara kromatografi cair kinerja tinggi dibandingkan dengan penentuan potensi hayati secara mikrobiologi. Penentuan secara kromatografi cair kinerja tinggi dengan kolom Capcell Pak C18 UG120 ukuran diameter 4,6 mm dan panjang 250 mm, dan fase gerak campuran dapar kalium fosfat dibasa 0,02 M pH 9,0 : asetonitril (50 : 50), kecepatan alir 1 ml/menit dan detektor UV-Vis pada λ 205 nm dan temperatur 50°C. Sedangkan potensi hayati diuji terhadap bakteri Micrococcus luteus ATCC 9341 dengan metode difusi. Setelah dilakukan validasi untuk ketepatan, presisi dan linieritas untuk metode KCKT rata-rata peroleban kembali (recovery) 99,77 %, rata-rata basil analisis dengan hasil sebenarnya 0,2236 %, rata-rata selisih secara statistik 0,1814 %, SD 0,5111, RSD 0.6125 % dan r = 0,9993 dan Potensi Hayati rata-rata recovery 101,16 %. rata-rata hasil analisis dengan basil sebenarnya 0,9617 %, rata-rata selisih secara statistik 0,2920 %, SD 1,554, RSD 1,5361 % dan r = 0,9994. Dari uji t-student tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara koefisien korelasi luas kromatogram KCKT dengan koefisien korelasi diameter hambatan Potensi Hayati. Ketervariasian dari hasil penentuan kadar eritromisin dengan metode KCKT dengan nasil yang diperoleh menggunakan Potensi Hayati tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hasil percobaan menunjukkan ternyata terdapat korelasi antara kadar eritromisin dengan KCKT dan Potensi Hayati yaitu dengan naiknya kadar eritromisin akan menyebabkan baik luas kromatogram maupun diameter daerah hambatan akan bertambah dengan koefisien korelasi r = 0,9976. Dari basil penelitian ini menunjukkan hahwa ternyata penentuan kadar eritromisin dengan metode KCKT memberikan hasil yang ketepatan dan presisinya baik.Item METODE ANALISIS KUANTITAF ERITROMISIN STEARAT SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS SETELAH PENAMBAHAN GENTIAN VIOLET(2013-07-01) Bali, Subardi; WestiThe research about validation of quantitative analysis method of erythromycin stearate using spectrophotometry UVVis after added of gentian violet has been carried out. The measurement was done at wavelength 637 nm in methanolborate buffer (40:60). Result show that the mean of recovery was 100,826% (w/w), the difference of level after several measurement was 0,637% and difference mean statistically was 0,159%, SD 1,751 and KV 1,736%, the regression equalization y = -0,0456 + 0,001347; regression (r) 0,999, Sy/x 0,0099, limit of detection was 20,668 μg/ml and limit of quantitative was 68,894 pg/ml. The quantitative analysis of erythromycin stearate tablet observed that the mean of recovery was 99,176% (w/w), SD 0,958 and KV 1,736%. The result of the experiment showed that this method was valid as quantitative analysis method for erythromycin stearate.Item OPTICAL STUDY ON SPUN FILMS LEAD PHTHALOCYANINE (PbPe)(2014-02-14) Yanuar; AndiwantonoFilm nano-komposit lead phthalocyanine (pbpc) pertama dibuat dengan mengekspose gas h.s pada film turunan lipophilic lead phthalocyanine yang dibuat dengan teknik spincoating, terbentuknya lead Sulphide dikonformasi dengan pengukuran spektroskopi raman dan uv-vis. Perubahan spektrum pada 62.5-6.50cm-1 dan 1000-1400cm masing-masing berkaitan dengan vibrasi bending dan stretchin dan Phthalocyanine. Tampak bahwa terjadi perubahan spektrum yang cukup signifikan akibat eksposure gas h.s Tampak terjadi pergeseran puncak ganda q-band ke arah panjang gelombang pendek (680/745nm) dari Pergeseran pita absorbsi tersebut diperkirakan ukuran dari kluster pbs sekitar 2.24 nm.Item EVALUASI NILAI TAHANAN INTERNAL MODUL PANEL FOTOVOLTAIK (PV) BERDASARKAN PEMODELAN KURVA I(V) NORMAL LIGHT DAN DARK CURRENT(2014-02-14) Yanuar; Umar, Lazuardi; Rahmondia; SetiadiPeneliiian ini beriujuan mengevaluasi nilai tahanan internal seri dari modul fotovoltaik (PV) polikristal silicon Hooray MCP-2 berdasarkan pemodelan kurva arus dan tegangan l(V)- Penentuan tahanan internal modul fotovoltaik (solar sel) dilakukan untuk mengetahui kualitas dan unjuk kerjanya. yang diukur pada dua kondisi yaitu pada kondisi normal light dan kondisi dark current. Arus dan tegangan diperoleh dengan memvariasikan tahanan beban pada penyinaran dan suhu konstan, yang menghasilkan kurva l(V) pada normal light dan dark current. Berdasarkan pemodelan kurva l(V) diperoleh parameter - parameter modul fotovoltaik yaitu , Lpmax dan Vmax dimana nilai gradiennya ditentukan berdasarkan persamaan Wagner yaitu .sebesar - 7.084V/A (normal light) dan sebesar -21.618 V/A (dark current). Sementara arus dan tegangan maksimum diperoleh dari penentuan titik daya maksimum dari modul (Maximum Power Point). Hasil perhitungan tahanan internal .seri pada modul fotovoltaik silikon polikristal Hooray MCP-2 diperoleh nilai sebesar 1.41 Ohm. Nilai ini menjadi nilai parameter unjuk kerja fotovoltaik dan akan mengalami perubahan selama pengoperasianItem PENGARUH KETEBALAN ELEKTRODA TERHADAP NILAI KAPASITANSI SPESIFIK DAN "RETAINED RATIO" SERBUK GERGAJI KAYU KARET UNTUK PEMBUATAN SUPERKAPASITOR(2014-02-14) Yanuar; Iwantono; Taer, Erman; Andriani, RisaTelah dilakukan penelitian mengenai efek ketebalan dan "retained ratio" pada elektroda karbon dari serbuk gergaji kayu karet. Elektroda karet dibuat dalam bentuk pelet melaiui proses karbonisasi dan aktivasi fisika dengan gas CO2 pada temperatur konstan yaitu 800°C, dimana sampel dari serbuk gergaji dilakukan dengan proses awal yaitu pra-karbonisasi pada temperatur 280°C. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh pengukuran sifat fisik dan sifat elektrokimia. [i] pengukuran sifat fisik, meliputi: pengukuran persentase susut massa dari sampel pada tahap pra-karbonisasi yaitu sebesar 26,63%, densitas rata-rata pada proses karbonisasi dan aktivasi yaitu sebasar: 0,71 gr/cm' dan 0,68 gr/cm^dan luas permukaan BET yaitu sebesar: 390,79 cm^/gr. [ii] pengukuran sifat elektrokimia menggunakan metoda voltamogram siklis (CV), meliputi: pengukuran nilai kapasitansi spesifik tertinggi yaitu: 111,39 F/gr pada ketebalan 0,6 mm dan pengukuran nilai "retained ratio" tertinggi yaitu: 25,22% pada ketebalan 0,4 mm. Hasil ini menunjukkan bahwa sebuk gergaji kayu karet (SGKK) merupakan bahan yang memiliki potensi untuk dijadikan bahan dasar dalam pembuatan superkapasitor. Kata kunci : Serbuk gergaji kayu karet (SGKK), karbon aktif, Luas permukaan (BET), Kapasitansi spesifik dan Superkapasitor.Item STUDY ON UTILIZATION OF PALM OIL FLY ASH AS A FILLER FOR THERMOSET NATURAL RUBBER(2014-02-14) Bahruddin; Helwani, Zuchra; Saktiani, Lili; ; Yanuar; Satoso,RahmatPalm oil fly ash (POFA) as solid waste produced from crude palm oil industries consist of quite high of silica (more than 50% w/w). This study aimed to compare the properties and morphology of thermoset natural rubber (TNR) with POFA, silica, carbon black (CB), and mixture of POFA-CB fillers. The filler content used is 30 phr (per hundred rubbers). The process of making the compound was conducted by using a roll mill at room temperature and a maximum roll rotational speed of 20 rpm. Zinc oxide 5 phr, stearic acid 2 phr, mercaptodibenzothiazyldisulfide (MBTS) 0.6 phr, and Sulfur of 3 phr were used as curative agents. Trimethylquinone (TMQ) 1 phr was used as an antioxidant. Commercial minarex 2.5 phr was used as a plasticizer. Vulcanization process was carried out at a temperature of 150 °C and a pressure of 50 kg/cm^ using a hot press. Morphology was observed using a scanning electron microscope (SEM). Measurement of tensile properties was carried out using universal testing machine (UTM) according to ASTM D412-06a standard. The results indicated that the use of POFA as a filler could potentially produce TNR with quite good morphology, tensile properties and water absorption properties. A mixture of POFA-CB with a mass ratio of 50/50 (w/w) produced the thermoset with the value of 18.5 MPa of tensile strength, 1600% of elongation at break, and 1.2 MPa of elastic modulusItem KEANEKARAGAMAN BUAH RIAU: POTENSI DAN PROSPEKNYA(2014-03-04) FitmawatiKeanekaragaman genetik dan ketersediaan bahan genetik adalah penentu keberhasilan program pemuliaan tanaman buah. Provinsi Riau memiliki kekayaan jenis buah yang melimpah, tercatat sekurangnya 8 jenis tanaman buah dan puluhan kultivar tersebar di hutan-hutan dan di pertanaman rakyat. Namun, seiring dengan tingginya laju deforestasi yang terus berlangsung terutama 2 dekade terakhir, dikhawatirkan telah terjadi erosi genetika plasma nutfah tanaman buah yang ada. Sehingga, eksplorasi, inventarisasi, karakterisasi dan pemetaan pola distribusi jenis dan kultivar-kultivar buah guna penyelamatan sumberdaya genetiknya perlu dilakukan. Di sisi lain disepakatinya AFTA (Asian Free Trade Area) atau zona perdagangan bebas Asia tahun 2010 ini menjadi tantangan dan kesempatan bagi pengembangan buah-buahan asli Indonesia umumnya, dan Riau khususnya. Terbukanya pasar Asia, memungkinkan ditingkatkanya ekspor buah. Di lain pihak AFTA juga membuka kemungkinkan buah-buahan impor merajai pasaran buah lokal. Untuk itu, perlu dilakukan penguatan potensi buah daerah, dengan menyediakan data base potensi buah Riau guna mendukung pengembangan kultivar-kultivar buah unggul yang mampu bersaing dan diminati di dalam maupun luar negeri. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran keanekaragaman jenis buah, potensi dan prospeknya. Kekayaan buah andalan Riau diantaranya Durian (Durio zyibethinus), Manggis (Garcinia mangostana), Nenas (Ananas comossus), Pisang (Musa sp., Cempedak (Arthocarpus champeden), Rambutan (Nephelium lappaceium), Dendan (Lansium domesticum), dan Tampuih (Baccaura sp.). Potensi kekayaan hayati Riau terutama buah-buahan yang mampu beradaptasi di dataran rendah dan lahan basah cukup besar ditandai dengan dijumpai banyak kultivar buah unggul baik yang sudah dirilis maupun belum seperti durian Ome (asal Kab.Kampar), durian Tembaga (asal Kab. Bengkalis), durian Belimbing (Asal Kab. Indra Giri Hulu), manggis Bawang (Kab. Bengkalis), Cempedak Kesumbo (Kab. Kampar) dan lain sebagainya. Keunikan durian Riau adalah kemampuannya berbuah di luar musim, sehingga berpotensi mengisi kekosongan pasar dalam dan luar negeri. Demikian halnya produksi manggis di kabupaten Bengkalis yang juga berbuah di luar musimnya yang memungkinkan nilai ekonominya dapat ditingkatkan apabila jalur eksportnya dapat dirintis dan terbuka yang akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan petani di RiauItem KEANEKARAGAMAN GENETIK MANGGIS (Garcinia mangostana L.) PULAU BENGKALIS MENGGUNAKAN PENANDA ISSR(2014-03-04) Fitmawati; Wahibah, Ninik Nihayatul; Aryantri, RisaManggis (Garcinia mangostana L.) memiliki nilai ekonomi tinggi dan saat ini menempati urutan pertama ekspor buah segar Indonesia dengan penambahan volume sebesar 10,7% per tahun. Sampai saat ini permintaan pasar buah manggis tetap tinggi, sehingga masih berpeluang untuk dikembangkan. Karena itu perlu dilakukan eksplorasi kekayaan plasma nutfah manggis. penelitian keanekaragaman genetik manggis secara molekuler terhadap 13 aksesi kandidat tetua manggis unggul Bengkalis tersebut. Studi genetik tanaman dapat dilakukan melalui analisis genetik kandidat tetua manggis unggul Bengkalis akan dilakukan dengan menggunakan penanda molekuler yaitu ISSR (Restriction Fragment Length Polymorphisme). Amplifikasi DNA dengan 6 primer ISSR menghasilkan 49 pita DNA yang bervariasi (300-1125 pb) terdiri atas 28 pita polimorfik dan 21 pita monomorfik. Hasil penelitian ini menunjukan variabilitas genetik yang cukup tinggi berdasarkan analisis klaster yang membentuk 2 klaster utama dengan koefisien kemiripan berkisar 63-94% dan keanekaragaman genetik 6-37%. Analisis komponen utama berdasarkan pita DNA ISSR dan kombinasi data morfologi dengan molekuler menunjukkan Keanekaragaman yang tinggi 96% dan 90 % pada 49 dan 152 karakter.Item POLYEMBRIONY STUDY OF MANGOES (Mangifera indica L.) cv.ARUMANIS SEEDLING BASED ON MORPHOLOGY AND DNA MARKERS(2014-03-04) Fitmawati; NAIPOSPOS; WAHIBAHArumanis cultivar (Mangifera indica L.) is a polyembriony mango indigenous from Indonesia and is the best cultivar that owned by Indonesia at this time. The characteristics of this cultivar are sweet, soft fiber, low water content, scented fragrance and color of yellow-orange fruit flesh (idiotype), with quality standards that become favorite of international customers (Fitmawati et al. 2009). The major problem in conventional plant breeding mango are the small number of seedlings obtained, the complex nature of panicula flowers, long life cycle, the high heterozygosity pollinate plants and low success rates because of the nature of self-sterile. The result is an excessive loss of quality fruit, due to pushing interest rates to be able to produce fruit lend more difficult than the mango crop. Besides the high heterozygosity mango seedlings caused difficulty obtained a uniform zygotic. cv. Arumanis reproduce through polyembryoni mechanisms, their seeds develop with fertilization called zigotic embryo and the others without fertilization called apomixes (non-zygotic). Apomicts progenies may have the same genotype as their mother plant. This research was aimed to analyze morphology characteristics and the DNA pattern among mother and polyembryoni progenies (zygotic and non-zygotic) and the DNA pattern among progenies (zygotic and non-zygotic).Item GENETICS DIVERSITY IN MANGO (Mangifera) SPECIES WITH OFF-SEASON FRUITING IN PEKANBARU, RIAU-INDONESIA(2014-03-04) Fitmawati; Rohayati, Suci; Syahdan, HermanAcross the Riau Province, Indonesia, the mango (Mangifera) shows a wide agroecological diversity and varietal wealth which can be exploited for off-season production. Mango various species are adaptable for fruit production with diverse seasons in this area. In mango, off-season production is based on the genotype, environment and chemical interaction imposed on the mango trees. Thus there is an ample scope in that area to work out specific mango cultivars for off-season production. Therefore, the said study was conducted during August 2010 to August 2011 with the objectives to investigate and characterize the off-season mango cultivars with existing soil of Pekanbaru City, Riau Province, Indonesia using genetic diversity and field survey as selection criterion. The relevant morphological, agronomic and anatomic data were analyzed with NTSYS-pc 2.02i program. Three different Mangifera species M. indica (with 32 cultivars), M. sumatrana (one cultivar) and M. odorata (one cultivar) were included in the study. However, 11 cultivars belong to M. Indica viz; arumanis, golek, manalagi, bapang, apel merah gedong gincu, cowasji patel, surkha panditlawa, inayat pasand, atu-atu, jamuna were found with superior fruit characteristics and bearing. These cultivars produced fruits for long time period (February to October). Based on similarity matrix, mango of Pekanbaru City has genetic similarity value of 0.21 to 0.87. Lowest similarity value was noticed in cultivar manalagi found in tampan-8 and cultivar gedong gincu originated in payung sekaki-4. However, highest similarity value was observed in cultivar manalagi found in bukit raya-4 and bukit raya-6. Cluster analysis manifested that genetic diversity in mango of Pekanbaru City was 13-64% with similarity level of 36-87% and formed seven main groups at 38% but not grouped on the basis of local islands.Item GENETIC DIVERSITY OF INDONESIAN MANGOES (MANGIFERA INDICA L.) USING RAPD MARKERS(2014-03-04) Fitmawati; Hartana, Alex; Purwoko, Bambang SMango was introduced to the Caribbean in the XVIIIth century and became a popular garden tree. A regional programme for the inventory and conservation of fruit genetic resources undertaken in the French West Indies allowed the collection of 128 land races of mango in the Guadeloupe archipelago and in Martinique. Labelled accessions were selected according to local names, location and morphology. Microsatellite markers were developed for studying genetic diversity within this sample and within the germplasm bank maintained in Guadeloupe (Cirad) and for detecting duplicates. Nineteen microsatellite markers were selected and used to analyse a total of 307 accessions from India, South-East Asia, Florida, Africa and the Caribbean. Diversity was high within the sample with a total number of 140 alleles displayed. Results demonstrated the presence of duplicates in the germplasm bank and among the collected accessions, helping genetic resources management. Nevertheless, collecting efficiency was satisfactory with 73% of the material displaying distinct genetic profiles. Dissimilarities were calculated and a diversity representation was constructed using Neighbour Joining methodology. Accessions clustered in accordance with their geographical origin and their known history. The collected Caribbean accessions displayed a high variability, but shared some specific alleles and clustered together along with cultivars grown in Central (Mexico) and South America (Colombia) introduced from the South-East Asia, but also with cultivars from former French colonies in the Indian Ocean, indicating two introduction routes of mango to the French West IndiesItem PENGETAHUAN TUMBUHAN OBAT DUKUN SAKAI DESA SEBANGAR DURI TIGA BELAS DAN DESA KESUMBO AMPAI DURI KABUPATEN BENGKALIS(2014-03-05) Irawan, Yulisa Resti; Fitmawati; HermanIndonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dengan 13.466 pulau yang termasuk kedalam 33 provinsi dengan berbagai suku dan budaya. Keanekaragaman tumbuhan yang tinggi, berpadu dengan budaya etnik yang ada menghasilkan sistem pengetahuan dan budaya yang terkait dengan pemanfaatan tumbuhan yang ada. Budaya pengobatan dan penggunaan tumbuhan obat sudah berkembang lama dan diwariskan secara turun-temurun. Modernisasi menggerus tradisi dan pengetahuan pengobatan tradisional dan penggunaan tumbuhan obat di Suku Sakai Duri. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang pengetahuan tumbuhan obat secara tradisional di Suku Sakai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, wawancara dan survey langsung di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan ada 250 jenis tumbuhan obat yang digunakan oleh suku Sakai yang berasal dari Desa Sebangar dan Desa Kesumbo Ampai. Berdasarkan familinya kelompok Zingiberaceae lebih banyak digunakan di Sebagar, sedangkan Famili Annonaceae lebih banyak digunakan di Desa Kesumbo Ampai. Berdasarkan bagian tanaman yang digunakan daun merupakan organ yang paling bayak digunakan di kedua tempat, sedangkan berdasarkan habitus tumbuhan berhabitus pohon lebih umum digunakan di kedua tempat.Item KARAKTER MORFOLOGI DAN PERTUMBUHAN TIGA JENIS CACING TANAH LOKAL PEKANBARU PADA DUA MACAM MEDIA PERTUMBUHAN(2014-03-05) Roslim, Dewi Indriyani; Nastiti, Dini Septya; HermanAbstrakLimbah organik dari limbah rumah tangga, pertanian, perkebunan, dan peternakan sering menimbulkan masalah, karena mencemari lingkungan. Cacing tanah dapat menggunakan limbah organik tersebut sebagai media pertumbuhannya dan juga merombaknya menjadi pupuk kasting. Penelitian ini bertujuan menganalisis pertumbuhan tiga jenis cacing tanah yang ditemui di kota Pekanbaru pada dua media pertumbuhan. Tiga jenis cacing tanah yang diteliti adalah Amynthas aspergillum (Cacing Gila Bodoh), Perionyx sp1 (Cacing Merah), dan Perionyx sp2 (Cacing Susu). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Faktorial Lengkap. Masing-masing cacing tanah ditumbuhkan pada dua media, yaitu serasah dan campuran kotoran sapi+tanah, di dalam pot plastik. Medium tanpa cacing tanah digunakan sebagai kontrol. Hasil penelitian menunjukkan cacing tanah Amynthas aspergillum (Cacing Gila Bodoh), Perionyx sp1 (Cacing Merah), dan Perionyx sp2 (Cacing Susu) memiliki perbedaan karakter morfologi pada panjang tubuh, warna kulit, jumlah segmen, tipe prostomium, jumlah seta per segmen, warna dan posisi klitellum, posisi dan jumlah lubang jantan. Medium campuran kotoran sapi+tanah lebih cocok untuk pertumbuhan Perionyx sp2 (Cacing Susu), media serasah untuk pertumbuhan Amynthas aspergillum (Cacing Gila Bodoh), dan media kotoran sapi saja tanpa penambahan tanah untuk Perionyx sp1 (Cacing Merah).Item PEMULIAAN DAN CORAK PENURUNAN SIFAT WARNA TANAMAN ROSELLE(2014-03-05) Herman; Mokhtar, Ahmed MahirPenelitian ini bertujuan melakukan persilangan dan mengidentifikasi penurunan sifat warna pada tanaman roselle. Berdasarkan hasil penelitian roselle yang telah dilakukan pada 100.000 biji, hanya 25% biii benih yang dapat hidup dan menghasilkan 1 pokok progeni merah F1 (0,001%). Diduga tahaman ini termasuk jenis tanaman tetraploid.Item ANALISIS KEANEKARAGAMAN SAGU (Metroxylon sagu Rottb.) PADA TIGA TIPE HABITAT DI PULAU PADANG KEPULAUAN MERANTI(2014-03-05) Rahayu, Yeni; Fitmawati; HermanPulau Padang memiliki areal penanaman sagu (Metroxylon sagu Rottb.). Menurut pengetahuan masyarakat lokal terdapat tiga tipe habitat kebun sagu di Pulau Padang, yaitu Gambut, Kilang Manis, dan habitat bertanah liat. Produktifitas sagu berkorelasi dengan ketiga tipe habitat tersebut. Tujuan penelitian ini adalah mengungkap keanekaragaman sagu pada tiga tipe habitat di Pulau Padang dan menentukan tipe habitat yang mendukung produktifitas sagu yang tinggi, sebagai informasi dasar bagi upaya konservasi habitat sagu. Sebanyak 19 individu sagu telah dikoleksi dari tiga tipe habitat dan diamati karakter morfologi dan agronominya. Hasil karakterisasi ditemukan tiga tipe variasi sagu yaitu sagu duri, sagu sengke, dan sagu bemban. Analisis kluster menunjukan bahwa tanaman sagu mengelompok pada tiga kelompok utama berdasarkan asal habitat dan keberadaan durinya pada tingkat kesamaan 31-88%. Berdasarkan analisis komponen utama membagi tanaman sagu menjadi 5 kelompok, cenderung mengelompok juga berdasarkan asal habitat dan keberadaan duri dengan nilai akumulasi keragaman dua komponen utama 58%. Tipe habitat kilang manis direkomendasikan sebagai habitat sagu yang perlu dikonservasi di pulau PadangItem PENILAIAN PRODUKSI KACANG HIJAU (Phaseolus radiates) MELALUI PERLAKUAN KOLKHISIN DAN LAMA PERENDAMAN(2014-03-05) Herman; Fathurrahman; MaizarPenelitian ini adalah untuk mendapatkan perubahan fenotifik tanaman kacang hijau. Bertujuan untuk melihat perubahan-perubahan genetic akibat pemberian bahan kolkhisin sebagai bahan yang dapat mengubah jumlah kromosom. Uji perendaman benih kacang hijau dilakukan untuk mendapatkan proses imbibisi kolkhisin yang sesuai untuk mengubah kromosom. Benih direndam dalam larutan kolkhisin, setelah itu benih ditanam di plot-plot sesuai dengan perlakuan. Factor perlakuan pada penelitian ini ada dua, yaitu K0 (0%), K1 (0.1%), K2 (0.5%) dan K3 (1%). Sedangkan kedua adalah factor P (lama perendaman) terdiri empat factor yaitu P1 (5jam), P2 (10jam), P3 (15jam), P4 (20jam). Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah cabang, umur berbunga, jumlah polong dan berat 100 biji. Hasil dari perlakuan konsentrasi dan lama perendaman kolkhisin menunjukkan secara tunggal member hasil tertinggi terhadap umur berbunga pada perlakuan K2(31,25 hari), jumlah polong pada perlakuan K3 (68,55 polong) dan berat 100 biji pada perlakaun K3 (10.34 gram). Sedangkan pada factor P didapatkan hasil tertinggi terhadap tanaman pada perlakuan P1 (75,2 cm), jumlah cabang pada P1 (3,6 cabang), umur berbunga pada perlakuan P4 (31hari). Jumlah polong pada perlakuan P4 (58,80 polong) dan berat 100 biji pada perlakuan P4 (10,07 gram). Sementara itu perlakuan kombinasi hasil tertinggi diperolrh pada parameter tinggi tanaman perlakuan P1K0 (86,55 cm), jumlah cabang pada perlakuan P4K2 (4,22 buah). Umur berbunga pada perlakuan P2K3 (33,77 hari), jumlah polong pada perlakuan P4K3 (86,44 polong)dan berat 100 biji pada perlakuan P4K3 (16,94 gram. Berdasarkan hasil analisis statistic bahwa perlakuan kolkhisin dan lama perendaman benih memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan kacang hijau. Bahan kolkhisin diyakini telah merubah jumlah kromosom kacang hijau sehingga dapat meningkatkan produksinya. Pemberian perlakuan secara kombinasi yang terbaik adalah pada perlakuan P4K3. Perlakuan ini memungkinkanmasih dapat dikembangkan dengan penambahan persentase perlakuan larutan kolkhisin yang lebih tinggi untuk meningkatkan produksi jumlah polong dan berat bijinya.Item PEMBERIAN PUPUK KOMPOS PELEPAH KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS (ZEA MAYS. L)(2014-03-05) Nuzila, Okyarni; Herman; WahyudiPenilitian ini dilakukan untuk memilih varietas jagung manis yang cepat berbuah melalui pupuk organic pelepah sawit N 0,75%, P 0,47% dan K 0,80% dengan dosis pemberian 600 gr per tanaman. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman (cm), umur muncul berbunga betina (HST), umur panen (HST) dan berat berangkas kering (gr). Data dianalisis menggunakan ANOVA dan uji lanjut DMRT (Duncan Multy Test). Hasil analisis menunjukkan umur panen 65 hari dengan pupuk 600 gr pertanaman. Sebagian besar pada dosis 600 gr pertanaman juga mengeluarkan jumlah bunga betina 3 tongkol pertanaman. Begitu juga terhadap munculnya bunga betina dosis 600 gr pertanaman yang paling cepat yaitu 47 hari setelah tanam.