9.Seminar Nasional Teknik Sipil 2015
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing 9.Seminar Nasional Teknik Sipil 2015 by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 54
Results Per Page
Sort Options
Item Pengelolaan Sumber Daya Air Pada Lahan Gambut Yang Berkelanjutan(2016-03-07) Napitupulu, Sondang M; Mudiantoro, BagusLahan gambut di Indonesia mencapai 20,6 juta ha. Pertumbuhan penduduk yang tinggi, terbatasnya lahan mendorong terjadinya alih fungsi lahan gambut menjadi lahan pertanian, industri kertas, pengembangan bioenergi serta permukiman.Lahan gambut memiliki fungsi strategis, seperti fungsi hidrologis, penambat (sequester) karbon dan biodiversitas.Dampak penggunaan lahan gambutdapat berupa subsiden, meningkatnya kebakaran dan emisi gas rumah kaca. Lahan gambut menyimpan C jauh lebih tinggi dibanding tanah mineral.Di daerah tropis C yang disimpan tanah dan tanaman pada lahan gambut besarnya 10 kali C yang disimpan oleh tanah dan tanaman pada tanah mineral.Pengelolaan sumber daya air pada lahan gambut sangat penting, selain untuk penyerapan C, air pada lahan gambut berfungsi sebagai sumber air tawar (mencapai 8-13 kali volume gambut itu sendiri). Air faktor penting dalam proses pembentukan kubah gambut; dan drainase (walaupun tidak selalu) menjadi penyebab terjadinya subsidensi permukaan tanah. Disamping itu, gambut menjadi sangat rapuh setelah mengering (fragile) dan mudah terbakar, sehingga pengelolaan air di lahan gambut sangat penting.Pemanfaatan lahan gambut menimbulkan dampak positif dan negatif, yaitu memberikan keuntungan ekonomi, tetapi menimbulkan penyusutan keaneka ragaman hayati, kerusakan tata air, dan peningkatan emisi CO2.Pengelolaan lahan gambutharus mempertimbangkan aspek ekonomi,sosial dan lingkungan agar sumber daya alamdan lingkungannya berkesinambungan.Penggunaan lahan gambut menjadi budi daya seharusnya dilakukan pada lahan yang telah rusak(kedalaman <1m).Pembukaan lahan baru yang masih berbentuk hutan harus dilarang, karena sebaik apapun sistem yang digunakan akan tetap menimbulkan kerusakan pada lahan gambut serta lingkungan sekitarnya.Konsep pengelolaan berkelanjutan pada lahan gambut sebenarnya bukan merupakan istilah tepat, karena lahan gambut bersifat labil terutama karena adanya penurunan permukaan tanah (subsident) yang disebabkan oleh pemadatan (consolidation), tidak porous dan mengeluarka emisi CO2 selama proses penggunaan lahan pertanian dan perkebunan.Ditinjau dari aspek sosial dan perekonomian rakyat, sebaiknya pengelolaan lahan gambut melibatkan penduduk setempat dimana penduduk ikut memiliki hak pengelolaan (dengan luasan yang cukup untuk memberikan penghasiltan yang baik) sebagai mitra dibawah Perusahaan Inti sebagaipengelola perkebunan dan industri pengolahan hasil kebun. Perusahaan inti berkewajiban membangun infrastruktur pendukung yang ramah lingkungan, meningkatkan kapasitas masyarakat dalam mengelola lahan, membeli hasil kebun dengan harga yang wajar, serta menyediakan fasilitas penunjang lainnya (fasos dan fasum) serta meningkatkan pengetahuan dan awareness penduduk pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan agar usaha bersama mereka dapat sinambung hingga generasi yang mendatang.Item Perancangan Laboratorium Pada Campuran Asphalt Concrete-Binder Course (Ac-Bc) Dengan Menggunakan Aspal Pen 60/70 Dan Zeolit Alam Sebagai Filler(2016-03-07) Saleh, Alfian; Suparma, Latif BudiIndonesia memiliki kekayaan sumber alam yang tinggi, termasuk sumber mineral yang menjadi bahan baku perkerasan jalan. Pemanfaatan sumber alam berupa bahan baku perkerasan jalan masih belum banyak dikembangkan, terlebih kaitannya untuk mengatasi permasalahan kerusakan dini pada perkerasan jalan. Aspal Pen. 60/70 dan zeolit alam merupakan salah satu kekayaan alam yang bisa digunakan, namun penelitian terkait kedua bahan tersebut masih belum banyak dilakukan.Penggabungan kedua bahan dalam pengujian dilakukan dengan perancangan benda uji menggunakan 5 variasi kadar filler, yaitu variasi 1 (100% debu batu : 0% zeolit alam), variasi 2 (75% debu batu : 25% zeolit alam), variasi 3 (50% debu batu : 50% zeolit alam), variasi 4 (25% debu batu : 75% zeolit alam) dan variasi 5 (0% debu batu : 100% zeolit alam). Setelah diperoleh kadar aspal optimum setiap variasi kemudian dilakukan pengujian Marshall dengan lama perendaman 0,5 jam dan 24 jam,kemudian pengujian Indirect Tensile Strength.Hasil penelitian diperoleh kadar aspal optimum untuk variasi 1 sebesar 5,8%, variasi 2 sebesar 6,0%, variasi 3 sebesar 6,1%, variasi 4 sebesar 6,4% dan variasi 5 sebesar 6,5%. Nilai VMA, VITM, VFWA, stabilitas, flow, MQ, indeks stabilitas Marshall sisa dan rasio kuat tarik secara berurutan untuk variasi 1 sebesar 16,04%; 4,53%; 69,56,82%; 1229,05 kg; 3,80%; 323,43 kg/mm; 94,46%; 74,87%, variasi 2 sebesar 14,69%; 4,74%; 68,02%; 1348,40 kg; 4,27%; 316,03 kg/mm; 92,06%; 79,92%, variasi 3 sebesar 16,14%; 4,41%; 69,69%; 1364,69 kg; 3,93%; 346,95 kg/mm; 89,64%; 72,75%, variasi 4 sebesar 16,89%; 4,82%; 69,31%; 1304,30 kg; 4,03%; 326,07 kg/mm; 88,04%; 68,82% dan variasi 5 sebesar 16,42%; 5,18%; 64,55%;1248,64 kg; 4,5%; 277,48 kg/mm; 86,78%; 66,22%. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa campuran AC-BC yang menggunakan zeolit alam pada variasi 2 (75% debu batu + 25% zeolit alam) dan variasi 3 (50% debu batu + 50% zeolit alam) merupakan komposisi yang optimum dalam menggunakan zeolit alam sebagi filler.Item Pemetaan Kawasan Rentan Banjir Dalam Kota Pekanbaru Menggunakan Perangkat Sistem Informasi Geografis(2016-03-07) Nurdin; Suprayogi, ImamPada umumnya ada 2 (dua) penyebab utama terjadinya banjir di Kota Pekanbaru, pertama dikerenakan curah hujan yang tinggi didaerah hulu DAS Siak dan Kota Pekanbaru, sehingga daerah yang merupakan hamparan datar dan berelevasi rendah tidak dapat membawa air dengan cepat ke saluran pembuang yang sering menimbulkan bajir dadakan di jalan-jalan tertentu dan juga pada kawasan permukiman padat. Pemetaan daerah-daerah yang memiliki tingkat kerentanan banjir dapat dilakukan menggunakan perangkat GIS secara cepat mudah dan akurat terhadap parameter-parameter penyebab banjir yang dapat mempermudah penyajian informasi spasial khususnya yang terkait dengan penentuan tingkat kerentanan banjir dalam suatu wilayah. Metode yang dilakukan dalam pemetaan kawasan rentan banjir di Kota Pekanbaru menggunakan perangkat GIS dalam pengolahan dan pembuatan peta curah hujan, peta penggunaan lahan, peta ketinggian (kontur), peta kelerengan, dan peta satuan lahan. Analisa keruangan yang berhubungan dengan data vektor maupun raster melalui proses klaisfikasi/reklasifikasi serta overlay antar peta dalam bentuk luasan (poligon) maupun irisan, sedangan analisa atribut merupakan proses pemberian nilai harkat, bobot dan skor pada tiap kelas masing-masing parameter yang besarnya disesuaikan dengan pengaruh terjadinya banjir. Hasil yang didapat dari analisa secara keruangan dan atribut berupa Peta Kawasan Rentan Banjir dalam Kota Pekanbaru, terdiri dari tingkat kerentanan sangat rentan banjir seluas 123,336 km² (19,32), rawan dengan luas 429,655 km², Kurang Rawan 85,074 km², dan Tidak rawan hanya dengan luas 0,182 km³ tidak terlihat didalam peta karena persentasenya yang sangat kecil.Item Tinjauan Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (Smk3) (Studi Kasus: Pembangunan Gedung Telkomsel Pekanbaru)(2016-03-07) Taufik, Hendra; Trikomara, Rian; Efpridawati, NoraThe growth of economy in Pekanbaru is taking the private sector to participate in the development of Pekanbaru city. One of the example is the construction of Network Building of Pekanbaru. This project is an interesting project to observe due to the stature of Telkomsel as a giant company that has worked on the field of construction for over than 50 years and employing 100 works which are having high risk of work accident. Therefor it is necessary to conduct a research about the evaluation of SMK3 application on those project in accordance with PP N0.50 Tahun 2012 thus the work accident can be reduced to minimum. The method used in this research is quantitative method, Univariat analysis and qualitative descriptive. Questioner are distributed to 19 respondent for staffs and 108 respondent for workers. This research yields the results of evaluation for the level of success for SMK3 application at 77,01% which is classified in category two with the range of accomplishment at 60-84% meaning good achievement. As for the success level of SMK3 Audit result, the value is obtained at 84,34% and classified in good application with 24 minor incompatibility. The factors that affect the workers in the application of SMK3 is psychology factor and the condition of project environment.Item Kajian Perbandingan Kadar Aspal Hasil Ekstraksi Campuran Ac-Wc Gradasi Kasar Dengan Cairan Ekstraksi Menggunakan Bensin(2016-03-07) Soehardi, Fitridawati; Wiyono, Sugeng; Wanim, ArhanTujuan dari penelitian ini adalah perbandingan kadar aspal hasil ektraksi dan perbandingan kadar pori dan filler sebelum dan sesudah ektraksi, pada campuran Asphalt concrete-wearing coarse (AC-WC) bergradasi kasar sesuai dengan speksifikasi 2010 revisi 2. Metode yang digunakan pada penelitian ini dengan cara ektraksi menggunakan alat centrifuge extractor pada tiga benda uji yaitu benda uji yang berasal dari AMP, campuran aspal yg berasal dari belakang mesin Asphalt Finisher dan hasil pemadatan yang diambil menggunakan Coredrill dengan menggunakan pelarut bensin. Penelitian ini meliputi pengujian kadar aspal, analisa berat jenis dan penyerapan Air sebelum dan sesudah Ektraksi.Berdasarkan hasil penelitian Persentase hasil ekstraksi kadar aspal dari ke 6 benda uji dari masing-masing sampel didapat nilai ratarata yaitu dari AMP, finisher,dan coredrill adalah 5,51%, 5,46%, 5,34%. Dengan deviasi ratarata sebesar 0,12 % dari kadar aspal JMF 5,56%. Kadar pori setelah ektraksi mengalami penurunan dari nilai kadar pori JMF benda uji AMP, finisher,dan coredrill adalah 1,062%, 0,823%, 0,878%, dengan nilai rata – rata devisiasi sebesar 0,273 %. Dengan nilai rata-rata kadar pori untuk benda uji AMP, finisher,dan coredrill adalah 0.673%, 0,667%, 0,602% dengan nilai rata – rata devisiasi sebesar 0,273 %. Dan nilai filler setelah ektraksi mengalami peningkatan dari nilai filler pada JMF dengan nilai rata-rata deviasi sebesar 1,07 %. Berdasarkan hasil penelitian bahwa perbandingan kadar aspal hasil ekstraksi dengan menggunakan pelarut bensin, dapat disimpulkan bahwa kadar aspal (KA): KA JMF < KA AMP < KA Saat penghamparan < KA Hasil Core, Nilai kadar Pori (KP) hasil ekstraksi sebagai berikut: KP JMF < KP AMP < KP Saat penghamparan < KP Hasil Core, dan Kadar filler menjadi bertambah setelah di ekstraksi . Ini membuktikan bahwa aspal masih meresap kedalam pori, dan tidak semuanya terekstraksi secara sempurna. Berdasarkan kesimpulan diatas penulis menyarankan untuk menggunakan pelarut yang mempunyai oktan lebih tinggi.Item Analisa Kelayakan Investasi Proyek Pembangunan Perumahan Berlian Kuok Sejahtera(2016-03-07) Taufik, Hendra; Larici, RiaProject Housing development has growing fast in Pekanbaru. It is not only in the central city but also in the suburbs area. PT Tiga Berlian Sejahtera is developing housing project at Jl. Pekanbaru-Bangkinang, Rimbo Panjang, Kampar Regency. The objective of this research is Berlian Kuok sejahtera’s housing with 3 Ha area and 141 housing units will be marketed. This construction by using alternative is 30% equity and 70% loan. The purpose of this thesis is to determine investment feasibility of project housing development Berlian Kuok Sejahtera with indicator of investment feasibility using method Net Present Value (NVP), Benefit Cost Ratio (BCR), and Internal Rate of Return (IRR). Then, sensitivity level will be tested of investment, interest rate, benefit, and cost. From the financial terms, the return on investment with a period of 3 years can be fulfilled with a value of NPV Rp 2.141.123.359,44, IRR amount to 20,42%, and the BCR at 1,07. From the sensitivity analysis, housing development Berlian Kuok Sejahtera still feasible to limit investment costs increased to 11,32%, the interest rate increased to 63,38%, the sensitivity of benefit decreased 9,47% and sensitivity of cost increased by 136,34%.Item Ekstraksi Morfometri Daerah Aliran Sungai (Das) Di Wilayah Kota Pekanbaruuntuk Analisis Hidrograf Satuan Sintetik(2016-03-07) Nadia, Fatiha; Fauzi, Manyuk; Sandhyavitri, AriKajian karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS) di wilayah Provinsi Riau belum banyak diteliti. Kebutuhan akan informasi karakteristik DAS sangat penting guna analisis pengalihragaman hidrograf menjadi debit. Khusus untuk Sungai Siak yang mengalir di wilayah Kota Pekanbaru, memiliki beberapa sub DAS diantaranya sub DAS Sibam, sub DAS Air Hitam, sub DAS Senapelan, sub DAS Sail, sub DAS Tenayan, sub DAS Pendanau. Salah satu cara untuk menganalisis karakteristik sungai menggunakan data Digital Elevaltion Model (DEM). Data DEM dapat diolah menggunakan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG). Ketersediaan data DEM dan Sistem Informasi Geografis digunakan untuk ekstraksi morfometri DAS yang cepat, otomatis dan terintegrasi dengan data DAS lainnya. Data karakteristik DAS dapat digunakan untuk menghitung debit banjir dengan metode hidrograf satuan sintetik. Metode hidrograf satuan sintetik yang sering digunakan di Indonesia yaitu Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Gama I dan Nakayasu. Konsep unit hidrograf satuan dengan nilai kontrol volume/limpasan langsung (HDRO)1 mm digunakan untuk mengetahui metode HSS mana yang sesuai diterapkan pada suatu sub DAS. Pada studi kasus dapat dilihat metode HSS yang bisa diterapkan pada sub DAS Sibam 1,041, sub DAS Air Hitam 1,034, sub DAS Senapelan 1,045, sub DAS Sail 1,011, sub DAS Tenayan 1,019, sub DAS pendanau 1,032 dengan menggunakan metode Nakayasu dengan nilai volume error dibawah 5 % dan nilai HDRO 1 mmItem Kajian Nilai Banding Daya Dukung Tiang Pancang Dari Data Uji Cpt, Spt, Pda, Log Bor Dan Pile Driving Formula Di Lahan Gambut Pekanbaru(2016-03-07) Shalahuddin, MuhammadPerencanaan dan pelaksanaan suatu pondasi tiang pancang pada lahan gambut untuk bangunan dengan beban yang lebih besar memerlukan data tanah seperti data CPT, SPT, PDA, Log bor dan Pile driving formula atau data yang lainnya. Data-data ini dengan formulanya menghasilkan nilai daya dukung yang berbeda-beda, maka diperlukan evaluasi untuk membandingkan nilai daya dukung ijin (Qall) yang dihasilkan. Membandingkan nilai daya dukung ijin tiang pancang (Qall), dari data daya dukung ujung tiang (Qp) dan daya dukung gesekan kulit tiang (Qs) pada lokasi pengujian Pasar Cik Puan Pekanbaru. Daya dukung ijin rata-rata dari uji CPT 36,27 ton, dari uji SPT 33, 29 ton, dari uji PDA 33,15 ton, dari uji log bor 46,3 ton dan dari uji pile driving formula dengan data kalendring 46,5 ton. Hal ini menunjukkan bahwa nilai daya dukung ijin rata-rata dari uji CPT, SPT, PDA, log bor dan pile driving formula variatif dan tidak dapat menjadi data cross-check. Nilai daya dukung ijin tiang pancang dapat di-cross check dari data CPT, SPT dan PDA atau dari data Kalendering dan Log Bor karena perbedaan nilai daya dukung ijinnya tidak signifikan.Item Geopolimer Sebagai Material Infrastruktur Berkelanjutan Di Lingkungan Gambut(2016-03-07) Olivia, MonitaRawa gambut merupakan lingkungan tanah organik dengan kadar air tinggi, daya dukung rendah dan derajat keasaman tinggi. Struktur beton di lingkungan asam rentan mengalami kerusakan jangka panjang akibat asam-asam organik dan non-organik seperti asam humat dan asam sulfat dapat menyerang kalsium pada beton membentuk garam, meningkatkan porositas, menurunkan kekuatan beton, serta berpotensi mempercepat korosi tulangan pada beton. Ketahanan konstruksi di lingkungan asam, seperti tanah gambut, merupakan permasalahan infrastruktur dengan dampak signifikan karena material yang digunakan sebaiknya ekonomis dan memiliki durabilitas tinggi. Geopolimer dihasilkan dari proses geopolimerisasi bahan kaya silikat dan alumina, seperti abu terbang dan abu sawit, menggunakan larutan aktivator. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa material geopolimer memiliki sifat fisik dan mekanik yang sebanding dengan material berbasis semen OPC (Ordinary Portland Cement), serta tahan terhadap lingkungan agresif seperti suhu tinggi, lingkungan asam dan air laut. Tulisan ini mengkaji potensi geopolimer sebagai material untuk aplikasi infrastruktur di lingkungan asam rawa gambut. Material geopolimer memiliki ketahanan lebih tinggi terhadap lingkungan asam karena memiliki ikatan aluminosilikat yang stabil dan tidak mudah bereaksi langsung dengan senyawa asam di lingkungan gambut.Item Evaluasi Kekuatan Lateral Dinding Bata Dalam Struktur Rangka Beton Bertulang Dengan Studi Eksperimen Dan Model Numerik(2016-03-07) Erva, Januarahmad; Maidiawati; Tanjung, JafrilMakalah ini memuat hasil pengujian struktur dan analisis numerik untuk struktur rangka beton bertulang yang diisi dengan dinding bata terhadap beban lateral. Dalam penelitian ini diuji struktur rangka beton bertualang tanpa dinding bata dan dengan dinding bata yang merupakan model struktur dengan skala kecil dari struktur rangka yang umum pada gedung beton bertulang. Pengujian dilakukan secara push over dengan memberikan beban lateral secara monotonic. Hasil pengujian mendapatkan bahwa dinding bata memberikan konstribusi yang cukup siknifikan terhadap kekuatan lateral struktur rangka secara keseluruhan. Hasil pengujian struktur dibandingkan dengan hasil analisis numerik dengan pemodelan dinding. Dalam pemodelan, dinding bata dianalisis dengan model strut diagonal ekivalen dimana kekuatan lateral dinding bata dievaluasi berdasarkan lebar strut diagonal yang dinyatakan dalam fungsi tinggi kontak antara kolom dan dinding. Tinggi kontak antara kolom dan dinding dianalisis berdasarkan tegangan tekan yang terjadi pada daerah kontak antara dinding dan kolom. Sebagai hasilnya didapatkan kekuatan lateral dan daktilitas dinding bata hasil model yang cukup mendekati hasil eksperimen.Item Perbandingan Penggunaan Data Hujan Lapangan Dan Data Hujan Satelit Untuk Analisis Hujan-Aliran Menggunakan Model Ihacres(2016-03-07) Fadhli, Reza Ahmad; Sujatmoko, Bambang; Sutikno, SigitPenelitian ini menganalisis pemanfaatan data hujan satelit sebagai alternatif untuk pemodelan hidrologi. Keandalan data hujan satelit untuk pemodelan hidrologi dibandingkan dengan penggunaan data hujan lapangan. Pemodelan hujan-aliran yang digunakan adalah IHACRES dengan mengambil studi kasus di DAS Rokan, Provinsi Riau. Output model IHACRES dibandingkan dan dianalisis dengan output IFAS. Panjang data yang digunakan adalah empat tahun (2003 – 2006) dengan variasi panjang data skema 1 (tiga tahun kalibrasi), skema 2 (dua tahun kalibrasi) dan skema 3 (satu tahun kalibrasi). Hasil penelitian menunjukkan penggunaan data curah hujan satelit untuk pemodelan hujan-aliran IHACRES lebih baik, dibandingkan menggunakan data curah hujan lapangan berdasarkan evaluasi ketelitian model koefisien efisiensi (CE). Hal ini ditinjau dengan menilai parameter CE yang memiliki nilai lebih baik, sedangkan parameter R dan VE memiliki hasil yang relatif sama. Nilai CE data hujan lapangan skema 1, skema 2 dan skema 3 adalah 0,659; 0,715 dan 1,003. Nilai CE data hujan satelit 0,924 dan 0,875. Secara umum berdasarkan nilai CE dari parameter evaluasi ketelitian tahap simulasi, pemodelan hujan-aliran IFAS yang menggunakan data hujan satelit lebih andal dibandingkan pemodelan hujan-aliran IHACRES yang menggunakan data hujan lapangan dan satelit, dengan nilai CE pemodelan hujan-aliran IFAS 1,652.Item Pengendalian Bahaya Kebakaran Melalui Optimalisasi Tata Kelola Lahan Kawasan Perumahan Di Wilayah Perkotaan(2016-03-07) Setiani, YuliaTerjadinya bencana kebakaran di kota kota besar di Indonesia terutama dikawasan perumahan jumlahnya meningkat dengan cukup cepat. Kawasan perumahan yang tingkat kepadatan penduduknya tinggi dan jarak antar rumah yang cukup rapat, merupakan salah satu tempat yang sering mendapat bencana tersebut. Penataan lahan perumahan yang mendukung terhadap pengendalian bencana kebakaran dirasa sangat diperlukan. Penelitian ini akan mengkaji undang undang dan peraturan pemerintah lainnya serta standar nasional Indonesia yang terkait dengan pengelolaan kawasan perumahan dan bencana kebakaran. Perbandingan tata kelola lahan perumahan dengan negara lainnya juga ditampilkan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih jelas. Selanjutnya juga diberikan rekomendasi agar pengelolaan tata lahan perumahan dapat mendukung terhadap pengendalian bahaya kebakaran.Item Asesmen Potensi Recovery Energi Dari Sampah Perkotaan Di Tpa (Tempat Pemrosesan Akhir) Sampah Untuk Infrastruktur Persampahan Berkelanjutan(2016-03-07) Annisa, BismiPertambahan jumlah penduduk dan pola konsumsi masyarakat mengakibatkan bertambahnya volume, jenis, dan karakteristik sampah yang semakin beragam. Paradigma baru pengelolaan sampah, yakni memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan (misalnya untuk energi, kompos, pupuk ataupun bahan baku industri). Semakin meningkatnya debit sampah yang masuk ke TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) sampah menyebabkan kebutuhan akan lahan TPA semakin tinggi, namun pengadaan lahan untuk TPA yang baru banyak menghadapi rintangan karena sulitnya menemukan lokasi baru untuk TPA, biaya yang tinggi dan potensi menimbulkan masalah/dampak baru terhadap lingkungan hidup. Tujuan penelitian ini adalah melakukan asesmen pemulihan/recovery potensi energi dari sampah perkotaan di TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) sampah untuk pembangunan infrastruktur persampahan yang berkelanjutan. RDF (Refuse Derived Fuel) dikenal sebagai bahan bakar alternatif yang diproduksi dari fraksi sampah yang mudah terbakar dimana tersusun atas sampah plastik dan material lainnya seperti tekstil, kayu dan lain sebagainya. Metode yang dilakukan adalah pengukuran langsung di TPA sampah terhadap komposisi sampah sesuai SNI 19-3964-1994 dan karakteristik fisik sampah; pengujian sampel di laboratorium terhadap karakteristik kimia sampah, dan identifikasi potensi energi dari sampah untuk RDF. Berat jenis sampah TPA 220,44 kg/m3. Dominasi terbesar untuk: ukuran partikel sampah TPA adalah yang berukuran diameter > 50 mm sebesar 62,875%; komposisi sampah organik sebesar 65,75%; dan kadar air sampah organik sebesar 70,704%. Berdasarkan asesmen, sampah di TPA berpotensi untuk bahan baku RDF, yakni sebesar 27,619% sampah yang mudah terbakar dan 24,625% sampah organik (sampah kebun). Karakteristik sampah di Indonesia memiliki kadar air yang tinggi, maka dibutuhkan suatu pra-pengolahan untuk menurunkan kadar air tersebut serta adanya kontrol terhadap kualitas RDF. Dengan demikian, sampah perkotaan dapat diolah untuk pemulihan energi (recovery energy).Item Faktor Daktilitas Kurvatur Balok Beton Bertulang Mutu Normal (Pemanfaatan Open Source Response2000)(2016-03-07) Satiadi, Heru; Djauhari, Zulfikar; Suryanita, ReniPerilaku daktail suatu balok beton bertulang salah satunya dapat dilihat dari nilai daktilitas kurvatur. Parameter yang digunakan untuk menentukan nilai daktilitas kurvatur adalah momen dan kurvatur. Salah satu alat bantu yang memudahkan untuk menganalisis parameter tersebut adalah Response2000. Program Response2000 merupakan salah satu program yang dapat digunakan untuk menganalisis berbagai perilaku balok beton bertulang, salah satu output yang dapat dihasilkannya adalah kurva hubungan momen dan kurvatur. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji output dari Response2000 tersebut. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan pemodelan balok beton bertulangan tunggal tanpa sengkang, dengan pemberian variasi pada mutu beton, mutu baja tulangan longitudinal, dan diameter tulangan longitudinal. Model yang dianalisis berjumlah 12 model. Hasil kajian menunjukkan bahwa peningkatan mutu beton diikuti dengan meningkatnya daktilitas kurvatur. Sementara peningkatan mutu baja tulangan dan diameter tulangan longitudinal menyebabkan penurunan daktilitas kurvatur.Item Perbandingan Life Cycle Cost Antara Jembatan Rangka Baja Dengan Girder Beton(2016-03-07) Masrilayanti; Suraji, Akhmad; Ilham, AdeJembatan merupakan alat penghubung yang penting dalam jaringan transportasi jalan, yang berfungsi untuk menghindari gangguan/hambatan alam atau buatan manusia. Jembatan juga merupakan aset modal dalam perekonomian suatu wilayah, maka keberadaannya perlu mendapat perhatian agar kinerja serta umur layanannya sesuai dengan rencana awal konstruksi. Kota Padang memiliki 108 jembatan yang tersebar di seluruh kota Padang, 13 diantaranya jembatan gantung, 25 jembatan rangka baja, 12 jembatan leger INP, dan 58 jembatan beton. Dalam perencanaan dan pemeliharaan jembatan ini tentunya membutuhkan biaya yang tentunya tidak sedikit. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menganalisa biaya ekonomis sebuah bangunan/jembatan dengan mempertimbangkan biaya pengoperasian sepanjang umur hidup jembatan adalah metode life cycle cost (siklus daur hidup). Analisa biaya life cycle cost dilakukan pada Jembatan Kembar Andalas Simpang Haru karena mewakili jembatan rangka baja dan jembatan girder beton yang mendominasi jembatan di kota Padang, serta memiliki bentang yang sama. Berdasarkan serangkaian analisa life cycle cost diperoleh perbandingan biaya untuk jembatan rangka baja, biaya pengadaan jembatan 64.31%, biaya operasional dan perawatan 22.78%, biaya bongkaran 2.49%, dan nilai sisa mencapai 10.42% terhadap total biaya life cycle cost Rp 34,292,221,312.48, sedangkan untuk jembatan girder beton, biaya pengadaan jembatan mencapai 62.53%, biaya operasional dan perawatan27.20%, biaya bongkaran 5.45%, dan nilai sisa 4.82% dari total biaya life cycle cost Rp 27,621,106,884.03. Jika dibandingkan dengan analisa NPV, jembatan girder beton memiliki biaya yang lebih ekonomisItem Pengaruh Kemiringan Pondasi Tiang Terhadap Daya Dukung Tiang Tunggal Akibat Beban Vertikal(2016-03-07) Suryadi, Rudy; Nugroho, Soewignjo AgusPondasi tiang adalah suatu konstruksi sebagai penopang bangunan. Dalam beberapa konstruksi, pondasi tiang sengaja dimiringkan untuk menahan beban lateral yang cukup besar. Kecenderungan tiang miring dalam menopang beban vertikal juga perlu diperhatikan. Kajian berupa eksperimental laboratorium dilakukan dengan membuat model pondasi tiang diameter 2 cm. Model pondasi tiang dimiringkan sebesar ±0o, ±15o, dan ±30o. Kemudian dilakukan uji pembebanan pada masing-masing model pondasi tiang, dan dilakukan interpretasi data hasil uji dengan metode grafik p-y, Mazurkiewicz, dan Chin, serta membandingkan dengan hasil analisa formula empirik. Hasil pengujian dengan menggunakan interpretasi metode grafik p-y menunjukkan adanya kecenderungan berkurangnya daya dukung seiring bertambahnya kemiringan model pondasi tiang. Analisa dengan formula empirik juga menunjukkan bentuk kecenderungan yang sama. Namun pada metode Mazurkiewicz dan Chin tidak menunjukkan kecenderungan yang sama dengan analisa menggunakan formula empirik.Item Kajian Kadar Aspal Hasil Ekstraksi Penghamparan Campuran Ac-Wc Gradasi Kasar Dengan Job Mix Formula(2016-03-07) Anggraini, Muthia; Wiyono, Sugeng; Wanim, ArhanDengan dikeluarkan spesifikasi umum 2010 (revisi 2) Direktoral Jendral Bina Marga, dimana sistem pembayaran aspal dilakukan secara terpisah antara pembayaran aspal dengan pembayaran agregat. Kehilangan hasil ekstraksi kadar aspal menjadi permasalahan dilapangan bagi pihak pelaksana pekerjaan. Tujuan dari penelitian ini adalah: membandingkan kadar aspal hasil ekstraksi di AMP, saat penghamparan (di belakang asphalt finisher) dan setelah pemadatan lapangan dengan kadar aspal JMF, dan pengaruh filler terhadap kadar aspal hasil ekstraksi, membandingkan pengaruh penggunaan pertamax plus sebagai pelarut dalam ekstraksi kadar aspal, dibanding dengan menggunakan bensin pada agregat quarry yang sama. Metode yang digunakan dengan cara ekstraksi menggunakan alat centrifuge extractor dan pertamax plus sebagai pelarutnya. Berdasarkan hasil penelitian terjadi penurunan hasil ekstraksi dengan nilai di AMP 5,54%, di belakang finisher 5,47%, dari core 5,36% dengan kadar aspal JMF 5,56%, dengan deviasi di AMP -0,02%, di belakang finisher -0,09%, dan core -0,2%, tetapi masih memenuhi syarat spesifikasi 2010 revisi 2 yaitu ± 0,3%. Dan nilai filler setelah ekstraksi mengalami peningkatan dari nilai filler JMF dengan nilai rata-rata deviasi 1,35%. Dengan menggunakan pelarut pertamax plus lebih menghasilkan kadar aspal yang lebih banyak dari bensin, dimana kadar aspal rata-rata dengan pelarut bensin dari AMP 5,51%, di belakang finisher 5,46%, dari core 5,34%. Dengan deviasinya -0,03% pada AMP, -0,01% di belakang finisher, dan - 0,02% dari core. Dari pengujian perbandingan hasil ekstraksi dapat disimpulkan kadar aspal dari AMP lebih besar dari finisher, dan lebih besar dari core, dan kadar filler menjadi bertambah setelah ekstraksi. Ini membuktikan bahwa aspal masih meresap kedalam pori agegat. Dengan pelarut pertamax plus lebih banyak melarutkan aspal dibandingkan dengan bensin. Sehingga disarankan untuk menggunakan pelarut yang mengandung oktan yang lebih tinggi dari pertamax plus sebagai bahan ekstraksi.Item Model Penilaian Penawaran Terendah Yang Responsif Pada Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah Berbasis Teknologi Komputasi(2016-03-07) Alfian; Gussyafri, HajiSalah satu tahapan yang paling penting dalam proses pemilihan penyedia barang/jasa pemerintah adalah penetapan calon pemenang lelang. Perpres Nomor 54 Tahun 2010 menyatakan bahwa ULP mengusulkan penawar terendah yang responsif sebagai calon pemenang. Mengingat tidak adanya definisi dan rumusan yang jelas tentang maksud kata-kata “penawaran terendah yang responsif”, maka ketentuan tersebut memiliki peluang untuk diinterpretasikan secara berbeda menurut kepentingan pihak pengguna dan penyedia barang/jasa. Hasil penelitian tahun pertama (2014) menunjukkan bahwa penawaran harga pemenang lelang pada pemilihan pengadaan barang dan jasa pemerintah di Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Banten, Provinsi Sumatera Barat, dan Provinsi Riau sangat varaitif dan memiliki rentang diferensiasi harga antara 71% s/d 98% terhadap HPS. Hasil ini memperkuat dugaan bahwa penetapan pemenang lelang ditetapkan secara subjektif, tidak konsisten, dan tidak memiliki acuan yang baku. Dalam penelitian tahun kedua dikembangkan sebuah sistem dan model penilaian harga responsif berbasis komputasi dengan menggunakan koefisien penyeimbang c sebesar 0,01161 yang diperoleh dari hasil penelitian tahun pertama. Harga penawaran yang responsif diformulasikan dengan . Pemenang lelang ditetapkan yang memenuhi nilai terendah (Ci,min) pada kelas responsif . Berdasarkan uji coba terhadap kegiatan yang sudah dilelangkan menunjukkan bahwa penawaran harga pemenang lelang yang ditetapkan oleh sistem sangat konsisten dengan rentang diferensiasi antara 86,82% s/d 96,12% dan rata-rata 91,21% terhadap HPS.Item Kajian Potensi Limbah Kayu Industri Saw Mill Untuk Produk Panel Ringan Berongga Berbasis Teknologi Laminasi(2016-03-07) Fakhri; Yohanes; Riyawan, EkoKelangkaan bahan baku kayu saat ini telah berimplikasi terhadap harga kayu komerial yang semakin mahal, disisi lain, kebutuhan masyarakat akan kayu olahan semakin meningkat seiring pertumbuhan jumlah penduduk. Salah satu teknologi untuk mengoptimalkan sisa kayu gergajian yang berupa sisa potongan kayu sebagai produk papan blok (block board) yang lapisan inti (core) berongga. Bahan panel blok berongga sangat menguntungkan diaplikasikan sebagai komponen bangunan agar supaya mengurangi bobot berat sendiri elemen konstruksi, pemanfaatan bahan kayu sisa gergajian diharapkan akan dapat mengoptimalkan limbah kayu serta dapat mengurangi biaya produksi. hasil penelitian akan diperoleh efisiensi produksi dari segi biaya bahan baku serta optimalisasi pemanfaatan limbah kayu gergajian pada industri saw mill. Metode Penelitian terdiri dari survey potensi sisa kayu olahan saw mill, dan uji laboratorium meliputi uji sifat fisik dan mekanik produk panel standar SNI uji lentur statik kayu struktural. Hasil pengujian dibandingkan dengan berbagai spesifikasi teknis produk pembanding: produk panel yakni papan partikel (Standar JIS A5908-2003); komposit kayu plastik (WPC) Standar SNI 8154:2015; dan produk kayu lapis (plywood) standarSNI 01- 5008.7-1999. Hasil penelitian diperoleh Potensi limbah sisa olahan saw mill yang memproduksi palet kayu sangat potensial untuk diolah kembali menjadi produk bernilai ekonomis (dapat mencapai 20 M3 sisa potongan papan/balok kayu pendek tiap bulan. Perbandingan hasil panel ringan berongga yang dihasilkan lebih tinggi dari kuat lentur produk papan partikel dan WPC, namun lebih rendah dari kuat lentur produk kayu lapis. Kuat lentur panel ringan berongga berdasarkan kriteria PKKI 1961 termasuk kategori kelas kuat III untuk panel bentuk susunan batu bata, sedangkan untuk panel bentuk susunan segi tiga berada pada kisaran kayu kelas kuat III dan IV. Produk panel ringan berongga dapat menjadi bahan alternatif kayu panel dan kayu solid.Item Analisis Metode Intensitas Hujan Pada Stasiun Hujan Pasar Kampar Kabupaten Kampar(2016-03-07) Hendri, AndyBesarnya intensitas curah hujan ini sangat diperlukan untuk melakukan perhitungan debit banjir berdasarkan durasi metode rasional, yang mana tergantung dari lamanya suatu kejadian hujan. Nilai intensitas hujan yang sangat tinggi akan mempunyai efek samping yang sangat besar juga, misalnya akan berdampak terjadinya kelongsoran dan banjir. Analisis intensitas hujan untuk curah hujan jam-jaman di suatu DPS dapat dihitung dengan beberapa metode, antara lain metode Talbot, Sherman dan Ishiguro, sedangkan untuk data hujan harian intensitasnya dapat dihitung dengan menggunakan metode Metode Van Breen, Metode Bell- Tanimoto, Metode Hasper der Weduwen, dan Metode Mononobe. Penelitian ini dilakukan di stasiun hujan Pasar Kampar. Hasil pengukuran intensitas hujan dari alat pengukur otomatis di stasiun tersebut akan dibandingkan dengan hasil perhitungan intensitas hujan menggunakan metode Mononobe, Van Breen, Haspers Weduwen dan Bell Tanimoto. Uji perbandingannya dengan uji peak-weighted root mean square error. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode intensitas hujan yang sesuai dengan data curah hujan stasiun Pasar Kampar adalah metode Van Breen. Karena memiliki rata-rata error yang lebih kecil dibanding ketiga metode lainnya.
- «
- 1 (current)
- 2
- 3
- »