LRP-Engineering
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing LRP-Engineering by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 109
Results Per Page
Sort Options
Item Catalytic Slurry Cracking Cangkang Sawit Menjadi Crude Biofuel Dengan Katalis Ni/ZSM-5 Dan NiMo/ZSM-5(2012-10-24) Sunarno; Bahri, Syaiful; Setia, Utama PancaZSM-5 merupakan zeolit sintetis yang banyak digunakan dalam industri terutama sebagai katalis. ZSM-5 ini dapat disintesis dari campuran silika dan alumina dengan komposisi dan kondisi operasi tertentu. Untuk meningkatkan aktivitas dan selektivitas katalis ZSM-5 perlu dimodifikasi menjadi Ni/ZSM-5 dan NiMo/ZSM-5. Tujuan penelitian adalah mensintesis Ni/ZSM5 dengan variabel suhu kalsinasi (400,500 dan 6000C) Si/Al(20, 25,30) dan mensintesis NiMo/ZSM-5 dengan variabel waktu kalsinasi (2,4 ,6 jam). Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu persiapan bahan baku, produksi ZSM-5, sintesis Ni/ZSM-5 dan NiMo/ZSM-5, analisis produk. Persiapan bahan baku meliputi produksi silika terpresipitasi dan pembuatan natrium aluminat. Produksi silika terpresipitasi dibuat dengan mencampur abu sawit dengan larutan NaOH pada suhu 105C, diaduk selama 4 jam. Setelah kondisi dingin dilakukan penyaringan . Filtrat ditambahkan HCl pekat sampai membentu gel dan dioven. Silika terpresipitasi ini dianalisa kadar silikanya yaitu 84,7%. Pembuatan natrium aluminat dilakukan dengan mencampur Al(OH)3 dan larutan NaOH. Endapan yang terbentuk dioven. Produksi ZSM – 5 dilakukan dengan melarutkan natrium aluminat dengan aquadest (suspensi 1). Silika terpresipitasi dicampur dengan aquadest (suspensi 2). Suspensi 1 dicampur dengan suspensi 2 (suspensi 3). Suspensi 3 ditambahkan NaOH sehingga diperoleh nisbah Na2O/Al2O3 7,4, diaduk selama 30 menit dan dimasukkan dalam autoclaf pada temperatur 1750C dan waktu 18 jam. Padatan yang terbentuk dicuci dengan aquadest dan dioven pada 110oC selama 6 jam. Sintesis Ni/ZSM dengan impregnasi nikel nitrat dengan ZSM-5 pada suhu 900C selama 6 jam. Selanjutnya dikalsinasi selama 4 jam pada suhu(400,500 dan 600) dilanjutkan oksidasi dan reduksi. Sedangkan sintesis NiMo/ZSM- 5 dilakukan dengan impregnasi senyawa molibdat dan nikel kedalam ZSM-5. Hasil impregnasi, padatan seterusnya dikalsinasi pada suhu 5000C dan waktu kalsinasi (2,4 dan 6 jam) dilanjutkan oksidasi dan reduksi. Produk dianalisis dengan BET dan diuji 4 kinerjanya pada pirolisis cangkang sawit. Pada sintesis Ni/ZSM-5 diperoleh luas permukaan terbesar pada suhu kalsinasi 5000C dengan luas permukaan 67,874 m2/g dan hasil uji kinerja diperoleh yield crude biofuel sebesar 42%. Pada sintesis NiMo/ZSM-5 diperoleh luas permukaan terbesar pada waktu kalsinasi 4 jam dengan luas permukaan 42,26 m2/g dan hasil uji kinerja diperoleh yield crude biofuel sebesar 55,2 %.Item Kajian Eksperimental Pengaruh Dinding Bata Tanpa Tulangan (URM) Dan Dinding Bata Bertulang (RM) Terhadap Perilaku Portal Beton Bertulang Akibat Beban Gempa(2012-10-24) Zulfikar, Djauhari; RidwanDinding bata sering digunakan sebagai partisi pemisah di bagian dalam atau penutup luar bangunan pada struktur portal beton bertulang maupun struktur portal baja, khususnya untuk bangunan rendah dan bertingkat sedang. Dinding pengisi tersebut dipasang apabila struktur utama selesai dikerjakan, yang pelaksanaannya bersamaan dengan pelaksanaan finishing bangunan. Oleh sebab itu, dalam perencanaannya dianggap sebagai komponen non-struktur, bahkan keberadaannya tidak menjadi permasalahan dalam pemodelan struktur asalkan intensitas beban yang timbul sudah diantisipasi terlebih dahulu (misal, dianggap sebagai beban merata). Akan tetapi riset-riset terkini menunjukkan bahwa meskipun dikategorikan sebagai komponen non-struktur tetapi mempunyai kecenderungan berinteraksi dengan portal yang ditempatinya terutama bila ada beban horizontal (akibat gempa). Interaksi yang timbul kadang menguntungkan kadang merugikan bagi kinerja portal utamanya dan hal tersebut menjadi perdebatan yang cukup lama. Kadang kala struktur portal terbuka yang direncanakan dapat berperilaku sebagai portal daktail saat gempa, akibat adanya dinding pengisi yang tidak merata dapat berubah menjadi struktur yang mempunyai mekanisme keruntuhan soft-storey yang berbahaya. Hasil survei Tim Laboratorium Struktur Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Riau terhadap peristiwa Gempa Padang tahun 2009, mengindikasikan bahwa banyak terjadi keruntuhan dengan tipe softstorey pada bangunan beton bertulang dengan dinding pengisi bata. Umumnya bagian atas gedung digunakan sebagai tempat tinggal sehingga menggunakan dinding bata sebagai partisi, sedangkan bagian bawah karena digunakan sebagai tempat usaha (toko) relatif sedikit dinding pengisinya. Kondisi tersebut menyebabkan bagian atas relatif lebih kaku dibandingkan bagian bawah sehingga ketika ada gempa struktur bagian bawah hancur total dan bagian atas jatuh menimpa secara utuh. Kejadian tersebut mengindikasikan, apabila ditinjau dari tampilan fisik geometri terlihat secara jelas bahwa dinding pengisi yang menutup portal akan berfungsi sebagai panel yang akan bekerja bersamaan dengan struktur yang efeknya memberi kekakuan yang besar. Struktur portal dengan dinding pengisi dapat dianggap lebih kaku dan lebih kuat. Meskipun hal tersebut telah dipahami cukup lama, tetapi dalam perencanaan secara umum efek dinding pengisi masih 2 diabaikan, karena perilakunya non-linier sehingga cukup sulit memprediksinya memakai metode elastis biasa.Item Pengembangan Model Pengembangan Peramalan Intrusi Air Laut di Estuari Menggunakan Pendekatan Softcomputing(2012-10-25) Suprayogi, Imam; Fatnanta, FerrySalah satu komponen penting pengelolaan sumberdaya air adalah wilayah estuari. Menurut Triatmodjo (1999) muara sungai dapat diartikan sebagai estuari, yaitu bagian dari sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut. Pasang surut adalah gerakan yang bersifat periodik dan menimbulkan debit aliran yang besar, sehingga gerakan air di estuari juga berubah-ubah secara periodik mengikuti irama pasang surut. Arus pasang surut mempengaruhi pergeseran salinitas dan kekeruhan (sedimen suspensi) di sepanjang estuari, yang bergerak ke hulu pada waktu air pasang dan ke hilir pada waktu surut. Aliran air laut ke estuari disertai dengan transpor massa garam. Proses masuknya air laut ke estuari dikenal dengan intrusi air laut. Jarak intrusi air laut sangat tergantung pada karakteristik estuari, pasang surut, dan debit sungai. Semakin besar tinggi pasang surut dan semakin kecil debit sungai semakin jauh intrusi air laut atau sebaliknya. Transpor garam di estuari terjadi secara konveksi dan difusi. Secara konveksi artinya garam terbawa (terangkut) bersama dengan aliran air (karena terpengaruh kecepatan aliran). Transpor secara difusi terjadi karena adanya turbulensi dan perbedaan kadar garam di suatu titik dengan titiktitik di sekitarnya, sehingga kadar garam akan menyebar ke titik konsentrasi yang lebih rendah. Kedua macam transpor yang terjadi secara bersamaan (konveksi dan difusi) disebut dengan dispersi.Item Pembuatan Termoplastik Elastomer Berbasis Karet Alam Dengan Bahan Isian Berbasis Limbah Padat Industri Sawit(2012-10-28) BahruddinSecara umum, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan sifat material TPE yang dibuat dari campuran plastik polipropilen dan karet alam menjadi standar komersial. Penelitian dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahun dengan fokus kajian pada peningkatan sifat TPE berbasis karet alam dengan memanfaatkan limbah padat pabrik sawit, yaitu sabut buah sawit dan fly ash (abu sawit), baik secara individual maupun sebagai filler campuran bersama filler carbon black komersial (hibrid); dan dengan memanfaatkan plastisizer nabati dari turunan minyak sawit maupun campuran plastisizer nabati-plastisizer petroleum komersial. Penelitian yang diusulkan ini bertujuan untuk meningkatkan sifat material TPE yang dibuat dari campuran plastik polipropilen dan karet alam menjadi standar komersial. Penelitian dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahun dengan fokus kajian pada peningkatan sifat TPE berbasis karet alam dengan memanfaatkan limbah padat pabrik sawit, yaitu sabut buah sawit dan fly ash (abu sawit), baik secara individual maupun sebagai filler campuran bersama filler carbon black komersial (hibrid); dan dengan memanfaatkan kompatibilizer yang dikembangkan dari bahan karet alam itu sendiri.Item Pengembangan Produksi Bioetanol Dari Reject Pulp Pabrik Pulp & Paper Dengan Proses Sakarifikasi & Ko- Fermentasi Serentak(2012-10-30) Chairul; Amriani Zul, Said,; Rezeki Muria, SriReject pulp merupakan limbah padat dari industri pulp dan paper yang belum banyak dimanfaatkan menjadi produk bernilai tambah. Reject pulp memiliki 95,51% holoselulosa, sedangkan holoselulosa dapat dimanfaatkan untuk memproduksi bioetanol. Pada penelitian ini dilakukan konversi reject pulp menjadi bioetanol menggunakan proses Sakarifikasi dan Ko-Fermentasi Serentak (SKFS) menggunakan bioreaktor 5 L. Proses sakarifikasi menggunakan enzim selulase, selobiose dan xilanase serta proses fermentasi menggunakan dua jenis yeast yaitu Saccharomyces cerevisiae dan Pichia stipitis. Penambahkan yeast Pichia stipitis selama proses akan meningkatkan perolehan kuantitas etanol. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan waktu optimum SKFS dan membandingkan penggunaan enzim selulase, selobiose dan xilanase pada proses SKFS menggunakan yeast Saccharomyces cerevisiae dan Pichia stipitis. Waktu SKFS yang digunakan yaitu 6, 12, 24, 48, 72 dan 96 jam serta penggunaan enzim selulase, selobiose dan xilanase pada kondisi optimum pH 5. Waktu tercepat proses SKFS yang didapat selama 48 jam dengan menggunakan 3 jenis enzim. Konsentrasi etanol tertinggi didapat pada proses SKFS menggunakan enzim selulase dengan konsentrasi mencapai 10,97 gr/L pada waktu SKFS 72 jam. Hasil penelitian yang didapatkan menunjukkan bahwa semakin banyak penggunaan enzim maka waktu untuk mencapai konsentrasi etanol maksimum semakin cepat.Item PEMANFAATAN PANAS BUANG DENGAN MEMODIFIKASI PERANGKAT PENGKONDISIAN UDARA MENJADI MESIN REFRIGERASI SIKLUS KOMPRESI UAP HIBRIDA(2012-12-02) Martin, Awaludin; Aziz, Azridjal; Riiialdy G, YogieUntuk mendapatkan efek pendinginan dinimah tinggal, gedung-gedung perkantoran, gedung-gedung komersil dan industri selalu menggunakan sebuah mesin refrigerasi yang dikenal sebagai perangkat pengkondisian udara (Air Conditioning). Pada perangkat pengkondisian udara tersebut di satu sisi sejumlah energi dibutuhkan untuk menghasilkan efek pendinginan dan pada sisi yang lain panas dibuang oleh sistem kelingkungan tanpa termanfaatkan. Dalam upaya peningkatan efisiensi penggunaan energi, maka diperlukan penelitian yang mempelajari panas buang pada perangkat pengkondisian udara, sehingga efek pemahasan tersebut dapat digunakan sebagai pengganti pemanas (heater). Penelitian yang dilakukan mulai dari perancangan alat uji, pembuatan dan instalasi alat uji serta pengujian alat uji. Perancangan evaporator bertujuan untuk mendapatkan dimensi evaporator yang dibutuhkan alat uji. Dari hasil perancangan didapatkan temperatur permukaan pipa, Ts = 4,625''C, Luas permukaan total pipa = 0.506083 Panjang total pipa = 16,966 m, Susunan pipa yang digimakan adalah tipe bertingkat dengan 31 belokan dan 32 laluan Perancangan kondensor bertujuan untuk mendapatkan dimensi kondensor yang dibutuhkan alat uji. Dari hasil perancangan didapatkan Temperatur permukaan pipa, Ts = 40,08"C, Luas permukaan total pipa = 0.826121m^ Panjang total pipa = 27.6943m, Susunan pipa yang digunakan adalah tipe bertingkat dengan 41 belokan dan 42 laluan. Kompresor yang digunakan adalah kompresor jenis hermetik dengan daya 1 HP. Dari data pengujian yang dilakxikan dapat disimpulkan bahwa, semakin lambat laju aliran massa air pengisi baik pada evaporator maupun kondensor akan meningkatkan kapasitas pendinginan dan kapasitas pemanasan. Laju aliran massa air pengisi juga berpengaruh terhadap Koefisien performansi dan efektifitas alat uji. Semakin lambat laju aliran massa air pengisi maka nilai koefisien performansi dan efektifitas alat uji akan semakin meningkat.Item Penerapan Spouted-Bed dengan Keberadaan Partikel Pendukung dalam Pembuatan Natrium Silikat (Na2Si03) dari Abu Sabut SaW\{ Limbah Industri Minyak Sawit(2012-12-02) Saputra, Edy; Setia Utama, Panca; Sunarnokegitan dalam proses industri tampaknya tidak terlepas dari sisa produksi baik itu industri pertanian maupun industri kimia lainnya. secara umum buangan atau sisa produksi tersebut bisa dinamakan limbah. limbah industri ad berbagai macam, misalnya limbah padat, cair dan gas. limbah padat pertanian ( bimassa) yang banyak di provinsi riau salah satunya adalah sabut sawit sisa dari industri dari kelapa sawit yang belum d manfaatkan secara optimal. sabut sawit, yang pada hakekatnya hanya limbah, ternyata merupakan sumber silika/ karbon yang cukup tinggi.Item ADSORPSi Xxi DENGAN KAOLIN : TINJAUAN ASPEK THERMODEVAMIKA(2012-12-02) FADLI, AHMADThe raw kaolin itself was a good adsorhen . Zinc (II) would adsorb on kaolin from sincalang's deposit. Kaolin crushed and screened until the size solid approxiamettly 200 I 240 mesh. Kaolin suspension prepared by rinsed witjh I M NaOH for approximately 12 hours. The solid included to Zn (II) solutions and determined AA (Atomic Adsorption Spectrometer). Samples were withdrawn every 15 minutes. The variables studied with temperature in the range 30 50 "C and concentration tO 60 ppm. The adsorpstion data analysed by the hrendlich, Langmuir and Brunauet Emmet - Teller (BET) proposed models by regret ionlinear method. Based on the result the freundlich model was suitable model to describe the equilibrium.From this model it was obtained that the value of constant equilibrnim K 2,6503 with temperature 30"C, Enthalphi \H -0,9865 kcal mole ,I''ree energy (iibb \(7 - 4,9007 kcal mole and luitropy \S 12,91H kcal molItem Pengolahan Limbah Padat Abu Industri Sawit dengan Proses Isolasi dan Reduksi Menjadi Logam Silikon (Si) Grade Industri (Industrial Grade Silicone)(2012-12-04) Saputra, EdySelama ini pemanfaatan limbah padat berupa cangkang dan sabut sawit iianya bersifai pemanfaatan fisis, yaitu sebagai bahan penyerap (absorben) (Purwaningsiii dkk, 2000) ataupun bahan pengisi {ftUer) aspal beton, pada industri bata, genteng dan lain sebagainya (Pratomo, 2001, 1997; Sapitri, 1998). Pemanfaatan secara kimia dengan mengambil unsur silikon belum dilakukan. Pada umumnya sebagai sumber silikon saat ini dipakai bahan gaiian kwar^a dan pasir silika (Hence and West, 1992), SiOi dalam kedua jen's bahan baku ini berbentuk kristalin sehingga memerlukan energi proses yang Icbili besar (Sumardi dkk, 1998). Sedangkan Si02 pada abu cangkang dan sabut sawit berbentuk amorphous yang lebih reaktif (mudah bereaksi) dan tidak membutuhkan energi proses yang besar. Pada umumnya data data penelitian yang ada berkaitan dengan proses sintesis/reduksi Si02 berasal dari pasir kwarsa (Hench and West, 1992) dan tanah radiolarian (diatomae) (Sumardi, 1999), sedangkan untuk abu sawit belum tersedia. Dengan demikiari data-data proses yang ada tidak dapat diaplikasikan sebagai data proses untuk pembuatan iogam silikon (Si) grade industri dari abu sawit untuk kepefluan industri kimia berbasis silikon. Pada penelitian ini telah dilakukan pemanfaatan abu sabut dan cangkang sawit untuk mendapatkan silika amorphous dan merrliliki kemumian yang tinggi. Diharapkan pada penelitian ini mendapatkan urutan proses yang tepat dan kondisi proses yang optimum dalam menghasiikan silika. Pada tahapan pertama dilakukan pencucian untuk memisahkan unsur kalium yang juga cukup berguna apabila digunakan untuk bahan pembuatan pupuk KCI dan KOH. Pada proses ini telah dipelajari beberapa variabel seperti suhu dan tingkatan (stdge) pencucian. Rentang suhu yang diambi yaitu 30-80 °C dan pencucian dalam 3 tingkatan dengan perbandingan nisbah tertentu. Hasil yang relatif cukup baik yaitu pencucian untuk sabut sawil dilakukan pada 3 stage dengan perbandingan abu dan air, 1:10. dan pada suhu 55 "C. Sedangkan unti;k cangkang sawit pencucian dilakukan pada 1 stage dengan perbandingan abu dan air, 1:30 dan pada suhu 30 °CItem Ekstraksi Senyawa Dioksin Dalam Limbah Air buangan Industri Pulp And Paper(2012-12-04) MARTUNUSDioksin adalah senyawa yang terdapat dalam air limbah buangan industri pulp dan kertas yang dapat membahayakan Iingkungan hidup dan kesehatan manusia karena bersifat racxui yang dapat mematikan (B3). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana proses ekstraksi dapat digunakan untuk memisahkan senyawa dioksin dalam limbah air buangan industri pulp and paper dengan melihat pengaruh perbandingan pelarut terhadap umpan (S/F), kecepatan pengadukan dan waktu ekstraksi terhadap hasil ekstraksi. Penelitian ini mengguneikan ekstraktor tangki berpengaduk dan soklet untuk memisahkan fasa ekstrak dan fasa rainat (mixer settler extractor). Sistem yang digunakan adalah (air + dioksin ) sebagai umpan (diluen) dan n-heksan sebagai pelarut. Pada penelitian ini dipelajari pengaruh S/F, waktu ekstraksi dan kecepatan pengadukan terhadap proses ekstraksi. Dari hasil penelitian menunjukan proses ekstraksi dan pelarut nheksan dapat digunakan untuk memisahkan senyawa dioksin dari air limbah buangan industri pulp and paper dengan kondisi operasi yang relatif baik pada 30°C dan 1 atm adalah : Perbandingan pelarut-umpan (S/F) = 0,6 Waktu ekstraksi = 40 menit Kecepatan pengadukan (N) = 350 rpm Pada kondisi ini jumlah dioksin yang dapat dipisahkan adalah 0,2309 gmol/ml untuk tiap 5 ml dioksin dalam 95 ml air limbah.Item Pemanfaatan Penukar Kation dari Batubara Lignit Sebagai Altematif Pengganti Resin Sintetis untuk Menghilangkan Kesadahan Air(2012-12-04) Sunarno; Setia Utama, Panca; Saputra, EdyAir sadah sangat merugikan industri yang memproduksi steam dan dalam rumah tangga. Salah satu proses untuk menghilangkan kesadahan adalah proses ion exchange dengan resin yang harganya relatif mahal. Dalam lignit terdapat gugus aktif, kuat dan lemah yang dapat dipakai sebagai adsorben. Untuk meningkatkan daya jerap lignit terhadap Ca^^ yang merupakan kation penyebab kesadahan maka lignit ini perlu disulfonasi. Sulfonasi lignit dengan larutan asam sulfat dilakukan dalam reaktor batch. Lignit sebelum disulfonasi dihancurkan dan diayak untuk memperoleh butiran - 40+60 mesh. Variabel yan dipelajari pada sulfonasi lignit adalah variasi konsentrasi asam sulfat pada kisaran 2-10 M, waktu sulfonasi pada kisaran 1-6 jam dan suhu sulfonasi pada kisaran 30 - 50°C. Untuk menguji daya jerap lignit yang tersulfonasi dilakukan dengan merendam 2 gram lignit dalam 250 ml larutan Ca^"^ 500 ppm selama 24 jam, kemudian dipisahkan. Filtrat hasil pemisahan dititrasi dengan EDTA untuk mengetahui konsentrasi Ca^^ sisa dalam larutan. Hasil penelitian menunjxikkan bahwa variabel konsentrasi asam sulfat diperoleh daya jerap yang paling besar adalah lignit yang disulfonasi dengan H2SO4 4 M. Untuk variabel waktu sulfonasi diperoleh hasil semakin lama sulfonasi akan terjadi peningkatan daya jerap lignit terhadap Ca^^. Sedangkan untuk variabel suhu diperoleh makin tinggi suhu sulfonasi maka makin tinggi daya jerap lignit terhadap Ca^^ Pada penelitian ini diperoleh kapasitas jerap tertinggi pada sulfonasi lignit dengan konsentrasi asam sulfat 4M, waktu sulfonasi 6 M dan suhu sulfonasi 50"C yaitu sebesar 103,89 mg Ca^^/gr lignit.Item Kinetika Kalsinasi Batu Gamping dalam Kalsinator Fluidisasi Pada Proses Pembuatan Kapur Tohor(CaO)(2012-12-04) Amri, Amun; Saputra, Edy; Setia Utama, PancaData dari Biro Pusat Stalistik menyebutkan Propinsi Riau memiliki potensi sumber daya alam batu gamping yang cukup besar, namun kenyataannya potensi itu belum diolah menjadi produk yang lebih bemilai. Salah satu produk turunan dari batu gamping yaug mempunyai nilai jual yang tinggi adalah kapur tohor. Penelitian ini berupaya mengungkap karakteristik proses dan produk kapur tohor yang dibuat dari batu gamping asal Propinsi Riau. Kaisinasi batu gamping dilakukan dalam furnace dengan panas terfluidisasi dalam kisi batuan dengan variable variasi suhu dan ukuran butir batu gamping. Kapur tohor yang lerbentuk di analisa kandungannya dengan cara volumetri dengan memhuat larutan Ca(OH)2. Tiirasi dilakukan pada larutan tersebui menggunakan 0,5 N H C l . Data massa produk CaO kemudian dikonvorsikan ke data CaCO3 tersisa, yang membentuk data kisietika berupa plot data CaCO3 tersisa VS waktu kaisinasi pada berbagai suhu dan ukuran butir. Analisa data kinetika menunjukkan bahwa konversi maksimum batu gamping menjadi kapur tohor sebesar 78%. Suhu dan waktu kaisinasi optimum yang diperoleh adalah pada suhu 90 C ' selama 1 jam kalsinasi.Item Pemanfaatan Teknologi Membran Untuk Pengolahan Air Gambut Menjadi Air Minum(2012-12-04) ARMEDI PINEM, JHON; FAUZISalah satu permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat di Provinsi Riau pada umumnya adalah kebutuhan air minum yang memenuhi standar kesehatan yang ada. Hal ini disebabkan karena lahan yang ada umumnya merupakan tanah gambut sehingga sumber air bakunya merupakan air gambut. Mengkonsumsi air hujan di beberapa daerah di Provinsi Riau bahkan merupakan hal yang sudah biasa dilakukan oleh masyarakat. Teknologi membran dengan UltraJSltrasi dan Reverse Osmosis diharapkan dapat menjadi solusi permasalahan tersebut. Selama ini air gambut sukar diolah menjadi air bersih karena tingkat keasaman dan tingginya kandungan zat organik. Penelitian pengolahan air gambut dengan metode konvensional kurang optimal terutama untuk menunmkan kandungan organik dan wama air gambut. Menurut Stevenson [1992], air gambut banyak mengandung humic acid (± 75%) dan fulvic acid (± 25). HMOT/C acid memiliki karakteristik menyerupai detergen. Dengan demikian maka humic acid terdiri atas dua bagian yaitu bagian hidrofil dan hidrofob. Selain itu, humic acid juga bersifat melarutkan bahan-bahan yang bersifat hidrofob sehingga materi membran yang digunakan harus merupakan materi hidrofil. Tanpa perlakuan awal, humic acid dapat menembus membran. Oleh karena itu perlu dilakukan perlakuan awal yang dapat mengubah humic acid menjadi garam sehingga sifat humic acid berubah dan dapat tertahan oleh membran. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pemanfaatan teknologi membran untuk pengolahan air gambut. Sampel air gambut berasal dari Riau. Lingkup Penelitian meliputi pembuatan alat baru skala laboratorium, mengetahui karakteristik air gambut Riau serta mengkaji kinerja membran yang dicerminkan dari kualitas permeat yang dihasilkan. Baku mutu yang digunakan adalah standar air minum berdasarkan SK Menkes No. 907 Tahun 2002. Penelitian ini bermanfaat untuk mendapatkan data awal proses/ kinerja membran dan basic design sehingga hasil penelitian dapat di scale up untuk penerapannya di daerah-daerah yang aimya bergambut khususnya di Provinsi Riau.Item Rekayasa Teknologi Membran Untuk Produksi Biodiesel(2013-01-09) SyarfiBiodisel dapat diproduksi dari minyak nabati seperti CPO atau CPO parit melalui proses esterifikasi transesterifikasi dan transesterifikasi. Untuk CPO mutu standar tranesterifikasi hanya dilakukan satu tahap, sedangkan untuk CPO mutu rendah mengandung asam lemak bebas tinggi tranesterifikasi dilakukan dua tahap, akibatnya konsumsi metanol menjadi dua kali lipat dan rendemen biodiesel menurun sebesar 20- 30%. Oleh karena itu untuk bahan baku CPO mutu rendah perlu treatment bahan baku untuk menurunkan kadar FFA < 5%, demikian juga kandungan gum tidak lebih dari 60 ppm. Kadar F FA dan Gum dalam bahan baku CPO parit dapat diturunkan dengan menggunakan teknologi membran. Telah dilakukan penelitian terhadap membran ultrafiltrasi untuk menurunkan kadar Gum dan FFA dengan modul Capillary dengan sistim aliran cross Flow yang beretujuan untuk mempelajari : Fluk terhadap waktu pada pada berbagai tekanan, pengaruh jenis bahan kimia terhadap pengembalian fluk; dan efektivitas konsentrasi bahan kimia terhadap fluk recovery dan Resintance Removal serta rejeksi. Penelitian dilakukan dengan memvariasikan: tekanan; konsentrasi bahan kimia pencuci, jenis bahan kimia masing pada tekanan 0,5; 1.; 1,5; dan 2 bar, konsentrasi 0; 0,5; dan 1 N , jenis bahan pencucian kimia NaOH dan HCL. Prosudur penelitian meliputi Pengukuran fluk mula-mula (JwO dengan aquades selama 20 menit. Pengukuran fluk treatment CPO parit selama 90 menit (Jw). Pengukuran fluk pada pembilasan pertama dengan aquadet selama 20 menit (Jww)- Pengukuran fluk pada pencucian kimia selama 20 menit(Jc). Pengukuran fluk pada pembilasan tahap kedua dengan aquades (Jwc)- Hasil penelitian menunjukkan: rejeksi FFA dan Phosphorous masing-masing mencapai 82% dan 44%; Fluk permeat tertinggi dicapai 3.5 L/Jam.m^ pada pencucian dengan NaOH i N dan tekanan operasimembran 2 bar; Fluk permeat Recovery (FR) tertinggi mencapai 55% pada pencucian dengan HCL 0,5 N dan tekanan operasi 2bar; Resistance Removal (RR) paling tinggi mencapai 82% pada tekanan 2 bar dan konsentrasi pencucian dengan NaOH 1 N ; Faktor konsentrasi larutan pencuci memberikan kontribusi terbesar yaitu mencapai 55,85%) untuk FR dan 48,51%) untuk RR dan diikuti oleh kombinasi tekanan konsentrasi mencapai 12,65%) untuk FR dan kombinasi jenis bahan pencuci dengan konsentrasi dengan kontribusi 20,62%).Item Pembuatan Silika Presipitasi {Industrial Grade Silica) Dari Fly Ash Sawit Limbah Padat Industri Minyak Sawit(2013-01-09) Saputra, EdyPada penelitian ini telah dilakukan pemanfaatan abu sawit untuk mendapatkan silica presipitasi/ Industrial grade silica (IGS) yang bersifat amorphous. Diharapkan pada penelitian ini akan didapat kondisi proses yang optimum dalam menghasilkan IGS. Sebelum dilakukan proses ekstraksi-reaktif, abu sawit dilakukan proses pemurnian sehingga didapat crude silica. Rangkain proses dilakukan dengan kondisi proses yang didapat pada tahun ke-I. IGS diperoleh dengan cara crude silica diekstraksi-reaksi dengan solven sodium hidroksida dengan suhu. Reaksi antara crude silica dan sodium hidroksida dilakukan dalam Reaktor Tangki Berpengaduk Bertekan (RTBB) diatas atmosper dilengkapi dengan digital temperature control. Proses ekstraksi-reaksi dipelajari dengan melakukan perubahan suhu (T) dan konsentrasi solven. Setiap waktu yang ditentukan sampel diambil. Hasil yang dikeluarkan dari RTBB masih berupa campuran produk dan reaktan disaring dan dilakukan analisa dengan mtnggMmkan Atomic Absorpsion Spectrometer (AAS). Dari variabel yang dipelajari proses ektaktif-reaktif konversi yang paling besar didapat pada suhu 160 °C dengan konversi 90 % dengan konsentrasi solven 0,28N dan waktu reaksi 6,5 jam. Sedangkan untuk variasi konstrasi yang dipelajari kondisi terbaik tidak begitu berbeda dengan konsentrasi yang digunakan pada variasi suhu.Item Pemanfaatan Sampah Plastik Bekas Kemasan Menjadi Bahan Bakar Alternatif dengan Metode Pelarutan Termal dalam Minyak Solar(2013-01-11) Zahrina, IdaKonsumsi plastik dunia untuk bahan kemasan mencapai 36% dan sekitar 48 juta ton total produksi plastik pada tahun 2003, dan cenderung meningkat pada tahun-tahun mendatang. Plastik kemasan merupakan plastik yang sifatnya pakai-buang, sehingga hampir seluruh sampah plastik terdiri dari jenis plastik ini. Polietilena (PE) dan polipropilena (PP) merupakan jenis plastik yang paling banyak digunakan sebagai plastik kemasan. Plastik yang banyak terdapat dalam sampah adalah plastik bekas kemasan dengan komposisi rata-rata mencapai 10% dari berat total sampah, dan didominasi oleh jenis plastik PE dan PP, yang mencapai 44%. Sampai dengan tahun 2003, sekitar 80% sampah plastik masih dibuang ke landfill, 13% diinsenerasi, dan hanya 7% yang didaur ulang. Polietilena dan polipropilena mcmpunyai nilai kalor sekitar 45 MJ/kg, lebih tinggi dan minyak bumi (crude oil) dan batubara yang masing-masing mempunyai nilai kalor 40 MJ/kg dan 20 MJ/kg. Oleh karena itu, penelitian-penelitian untuk memanfaatkan sampah plastik tersebut sebagai sumber energi banyak dilakukan, seperti yang dilakukan oleh Sakata Y., et al, tahun 1996; Chung S. H . , et al, tahun 2000; Murata K, et al, tahun 2002; dan Nishino J., et al. tahun 2004 . Umumnya para Peneliti tersebut menggunakan metoda degradasi katalitik pada suhu tinggi (lebih dari 400 °C) untuk mengubah plastik menjadi hidrokarbon cair yang berberat molekul rendah. Metode tersebut dapat digunakan untuk memproses sampah plastik campuran, namun masih memiliki beberapa kendala, seperti: suhu dekomposisi relatif tinggi, membutuhkan proses fraksinasi produk, perpindahan panas tidak merata, yield produk yang diinginkan rendah, menghasilkan char dan gas berlebihan, dan produk samping gas yang mudah terbakar.Item Keandalan Analisa Metode Mock (Studi Kasus: Waduk PLTA Koto Panjang)(2013-01-11) TrimaidjonMetode Mock dikembangkan berdasarkan atas daur hidrologi yang memperhitungkan volume air masuk berupa hujan, volume air keluar berupa infiltrasi, perkolasi dan evapotranspirasi, volume air yang melimpas dan yang disimpan dalam tanah. Pada prinsipnya, Metode Mock digunakan untuk menganalisa besarnya debit pada suatu daerah aliran sungai untuk durasi tertentu, misalnya debit tahunan, musiman, bulanan, tengah-bulanan atau sepuluh-harian. Data yang digunakan untuk memperkirakan debit ini adalah berupa data curah hujan, data klimatologi, luas dan penggunaan lahan dari cathment area . Penelitian ini disusun setelah melalui serangkaian kegiatan penelitian tentang Pemodelan Perhitungan Ketersediaan air dengan metode Mock. Penelitian ini pada dasarnya hanya pemodelan numerik saja, sedangkan data yang digunakan adalah data sekunder yang diambii di waduk PLTA Koto Panjang dengan Daerah pengaliran Sungai stasiun Pasar Kampar. Hasil dari simulasi tersebut sendiri mempunyai grafik dengan kecenderungan yang hampir sama antara debit terukur dan debit analisa, hanya besarannya yang berbeda. Hal tersebut dapat dilihat dari tingkat kesalahnnya yang berkisar antara 10 sampai dengan 30%, kecuali pada tahun 1994.Item Produksi Nitro - Selulosa Sebagai Bahan Baku Pembuatan Propelan yang Berbasis Limbah Padat Sawit(2013-01-11) Padil; YelmidaLimbah padat sawit, berupa Tandan Kosong Sawit, limbah batang sawit, limbah sabut sawit dan pelepah sawit mengandung selulosa 27,49 - 35,92 %, hemiselulosa 20 - 30% dan lignin 17,74% - 29,02 % . Komponen lignoselulosa limbah padat sawit tersebut dapat dikonversi menjadi nitro-selulosa, salah satu unsur utama dalam pembuatan propelan atau bahan peledak melalui proses hidrolisis dan nitrasi. Pada penelitian ini, telah dilakukan proses hidrolisis terhadap limbah padat sawit dengan memvariasikan temperature , lama waktu pemasakan dan nisbah cairan/padatan limbah sawit. Sebagai cairan pemasak pada proses hidrolisis digunakan ekstrak abu TKS dari hasil pembakaran tandan kosong sawit (TKS) dalam incenerator pada pabrik CPO. Kondisi yang terbaik dalam proses hidrolisis limbah padat sawit ini adalah temperatur 140°C, waktu pemasakan 150 menit dan nisbah cairan/padatan I: 4 dengan kandungan sellulosa alfa sebesar 53%, hemisellulosa 25% dan ligninnya adalali 7%.Item Pengaruh Kecepatan Pengadukan pada Proses Pembuatan Biodisel dari Minyak Jarak Pagar (Jatropha curca L) dengan Menggunakan Katalis Abu Tandan Sawit.(2013-01-11) IrdoniPenelitian ini mengenai pengaruh kecepatan pengadukan pada proses pembuatan biodiesel dari minyak jarak pagar {Jatropha Curcas Linneaus). Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan Alam dan Mineral Jurusan Teknik Kimia Universitas Riau. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh kecepatan pengadukan pada proses pembuatan biodiesel dari minyak jarak pagar dengan menggunakan katalis Abu Tandan Sawit (K2CO3) yang dipijarkan dengan suhu 600 °C. Metode pembuatan biodiesel melalui dua tahap proses yakni esterifikasi dan transesterifikasi dengan kecepatan pengadukan 100 rpm, 150 rpm, dan 200 rpm selama 1 jam tiap pengadukan. Karakteristik biodiesel dianalisis menurut Erliza Hambali, dkk, Gubitz, et al, Haas dan Mittelbach, dan Azam, et al. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biodiesel yang dihasilkan sesuai dengan standar mutu karakteristik biodiesel. Kecepatan pengadukan yang terbaik yakni 150 rpm karena memenuhi seluruh karakteristik biodiesel yaitu densitas 0,875 g/cm^ viskositas 0,11 cSt, kadar air 0,025 %b/b, bilangan asam 0,78 mg KOH/g minyak, kadar asam lemak bebas (ALB) 0,39 %, bilangan penyabunan 195,44 g KOH/g minyak, bilangan iod 87,71 g I2/IOO g minyak dan bilangan setana 54,49.