LRP-Fisheries and Marine
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing LRP-Fisheries and Marine by Title
Now showing 1 - 20 of 163
Results Per Page
Sort Options
Item ALTERNATIF TEKNIK OPERASI BUBU YANG RAMAH LINGKUNGAN Dl PERAIRAN SENAYANG KABUPATEN KEPULAUAN RIAU(2015-02-26) ARTHUR, BROWNPenelitian ini dilakukan di perairan Kecamatan Senayang Kabupaten Kepulauan Riau, Propinsi Riau bertepatan pada musim Barat 1 s/d 20 September 2003. ujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui posisi bubu mana yang terbaik memberikan hasil tangkapan, memahami tingkah laku dan interaksi ikan-ikan karang terhadap gerakan-gerakan arus di perairan, mendapatkan informasi tentang keadaan habitat daerah ruaya ikan-ikan karangt yang merupakan tujuan penangkapan bubu tersebut. Tentunya penelitian ini dapat memberikan manfaat atau faedah sebagai rujukan bagi nelayan atau masyarakat lain yang membutuhkannya baik untuk tujuan optimalisasi ahasil tangkapan maup[un untuk perlindungan lingkungan sesuai konsep rrespmible fishing dengan teknologi yang sustainable pula dan pada gilirannya akan berdampak positp terhadap pendapatan para nelayan dan untuk menghindari pengrusakan terhadap ekosistem terumbu karang.Item ALTERNATIF TEKNIK OPERASI BUBU YANG RAMAH LINGKUNGAN Dl PERAIRAN SENAYANG KABUPATEN KEPULAUAN RIAU(2012-12-05) BROWM, ARTHURPenelitian ini dilakukan di perairan Kecamatan Senayang Kabupaten Kepulauan Riau, Propinsi Riau bertepatan pada musim Barat 1 s/d 20 September 2003. ujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui posisi bubu mana yang terbaik memberikan hasil tangkapan, memahami tingkah laku dan interaksi ikan-ikan karang terhadap gerakan-gerakan arus di perairan, mendapatkan informasi tentang keadaan habitat daerah ruaya ikan-ikan karangt yang merupakan tujuan penangkapan bubu tersebut. Tentunya penelitian ini dapat memberikan manfaat atau faedah sebagai rujukan bagi nelayan atau masyarakat lain yang membutuhkaimya baik untuk tujuan optimalisasi ahasil tangkapan maup[un untuk perlindungan lingkungan sesuai konsep xrespmihle fishing dengan teknologi yang sustainable pula dan pada gilirannya akan berdampak positp terhadap pendapatan para nelayan dan untuk menghindari pengrusakan terhadap ekosistem terumbu karang. Penelitian ini menggunakan metoda eksperimen di lapangan dan pengambilan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung hasil tangkapan dan terhadap parameter lingkungan. Penelitian ini dilakukan pada habitat terumbu karang. percobaan, seluruh percobaan dilaksanakan di lapangan. Pengamatan dilakukan sebanyak 5 kali (lima kali pengulangan menggunakan empat unit Bubu karang berukuran 1,5 m, lebar 0,^ m dan tinggi 0,5 m dengan ukuran mata 4 cm. Penentuan lokasi percobaan mengacu kepada lokasi penangkapan yang biasa dijadikan areal penangkapan oleh nelayan bubu karang setempat. Pemasangan dan pengangkatan alat tangkap bubu dilakukan pada waktu air mulai bergerak surut, hal ini dilakukan untuk memudahkan peneliti secara teknis dalam pemasangan dan pengangkatan bubu karang tersebut, karena tindakan pemasangan dilakukan dengan cara menyelam dan meletakkan bubu karang tersebut di lantai perairan.Item Analisis Bakteri Pengurai Serasah Daun Mangrove Kawasan Hutan Mangrove Stasiun Kelautan Dumai(2015-07-03) FeliatraPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah bakteri pada tiga perlakuan yang diamati yaitu pada daun segar, daun baru gugur dan dan sudahmembusuk. Pengambilan sample dilakukan pada bulan Oktober 2000 pada stasiun Kelautan Dumai. Hasil Penelitian menunjukkan terjadi peningkatan jumlah bakteri pengurai pada daun serasa mangrove (10 8), daun yang gugur (104) dibandingkan pada daun yang masih segar (102). Dari hasil penelitian ditemukan sepuluh isolat bakteri yang mampu menguraikan daun mangrove yaitu Naseria, Pleisiomonas, Yersinia, corynebacterium, bacillus, Staphylococcus, Acinetobacter, Proteus, Marinococcus dan Planococcus.Item Analisis Degradasi Sumberdaya Perairan Selat Rupat Pantai Timur Sumatera Berdasarkan Aspek Sedimentasi Sebagai Dasar Dalam Perencanaan Pembangunan Dan Pengelolaan Wilayah Pesisir Kota Dumai Provinsi Riau(2014-11-09) Rifardi; Syahrul, MSTujuan dari penelitian ini untuk menjelaskan dan menguraikan hubungan antara proses sedimentasi dengan kondisi lingkungan perairan Selat Rupat Bagian Timur khususnya degradasi sumberdaya perairan berdasarkan data aspek-aspek sedimentologi dan parameter oseanografi. Semua data berasal dari hasil analisis sampel sedimen yang diambil menggunakan grab sampler, sediment trap, van dorn sampler dan pengukuran parameter oseanografi dari perairan bagian timur Selat Rupat. Pengambilan sedimen dasar perairan dilakukan pada 30 (tiga puluh) stasiun sampling perairan bagian timur Selat Rupat, dengan menggunakan eckman grab sampler pada bulan Juni-Juli 2013. Sempel tersebut digunakan untuk analisis mekanikal dengan metoda pengayakan dan pipet, dan analisis cluster dilakukan berdasarkan data proporsi populasi dan parameter sedimen. Populasi pasir digunakan untuk mengindentifikasi material penyusun sedimen dan dihitung proporsinya dengan cara membandingkan jumlah setiap jenis butiran dengan total butiran. Sampel sedimen terakumulasi diambil menggunakan sediment trap yang dipasang pada muara sungai (Dumai dan Mesjid) selama 10 hari. Sedimen tersuspensi diambil menggunakan van dorn sampler yang diturunkan secara vertikal dari atas kapal penelitian. Parameter oseanografi diukur pada setiap stasiun sampling meliputi kecerahan, salinitas, suhu, pH, kecepatan arus dan kedalaman. Berdasarkan hubungan kecendrungan sebaran karakteristik sedimen permukaan dengan parameter oseanografi, perairan bagian timur Selat Rupat dibedakan menjadi tiga daerah yaitu: 1) daerah yang memanjang dari barat menuju timur berbatasan dengan pantai pulau Sumatera, dipengaruhi oleh lemahnya arus menyusur pantai dan pemasukan sedimen poorly sorted dari Sungai Dumai dan Mesjid, daerah ini mengalami degradasi sumberdaya perairan tinggi; 2) daerah pertengahan yang memanjang dari barat menuju timur terletak antara pantai pulau Sumatera dan pantai pulau Rupat, merupakan daerah pertemuan massa air yang berasal dari pantai Sumatera dan massa air dari pantai pulau Rupat, dan mengalami degradasi sumberdaya perairan sedang ; dan 3) daerah yang memanjang dari barat menuju timur berbatasan dengan pantai pulau Rupat, dipengaruhi oleh arus menyusur pantai yang agak kuat, dan degradasi sumberdaya perairannya rendah.Item Analisis Ekonomi Altematif Pengelolaan Ekosistem Mangrove di Kecamatan Bintan Timur, Kabupaten Bintan(2012-12-06) Sofyani, TincePenelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi dan jenis pemanfaatan ekosistem mangrove oleh masyarakat di Kecamatan Bintan Timur, menganalisis nilai ekosomi dari ekosistem mangrove serta menganalisis altematif pemanfaatan strategis untuk ekosistem mangrove di Kecamatan Bintan Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2007 . Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda survei. Data penelitian bersumber dari 58 responden yang berada di wilayah pesisir Kclurahan Gunung Lengkuas dan Desa Kelong (dcsa contoh), Kecamatan Bintan Timur. Analisis yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian adalah pendugaan flingsi permintaan terhadap ekosistem mangrove, analisis keuntungan maksunum, analisis manfaat biaya, dan multi criteria analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas hutan bakau (mangrove) yang terdapat di Kecamatan Bintan Timur 4.459,29 ha , terdiri dari : tambak seluas 2 ha, izin HPHH untuk panglong arang 1.100 ha dan hutan mangrove seluas 3.357,29 ha. Ekosistem mangrove dimanfaatkan oleh masyarakat bempa pemanfaatan dari hasil penangkapan kepiting dan hasil dari produksi tambak udang, kayu bakau untuk diolah jadi arang dan kayu bakar. Tingkat kepuasaan (utility) terbesar dari ekosistem mangrove di Kecamatan Bintan Timur diperoleh dari hasil penangkapan kepiting yaitu Rp 13.647.959 dan surplus konsumen sebesar Rp 27.780.612 per hektar per tahun iii Nilai manfaat langsung optimal yang paling besar adalah dari jenis pemanfaatan tambak udang yaitu Rp 64.259.987 per ha , akan tetapi keuntungan optimal tambak adalah yang terendah yaitu Rp (424.829) per ha. Keuntungan optimal tertinggi diperoleh dari jenis pemanfaatan arang bakau sebesar Rp 360.732 per hektar per tahun. Nilai manfaat langsung aktual yang tertinggi diperoleh dari jenis pemanfaatan arang bakau Rp 725.818.000 dengan keuntungan Rp 329.818.000 dengan luas lahan 1.100 ha. Keuntungan aktual yang paling rendah diperoleh dari jenis pemanfaatan tambak udang Rp (18.315.175) dengan luas tambak 2 ha.Item ANALISIS HEMATOLOGI SEBAGAI PENENTU STATUS KESEHATAN IKAN AIR TAWAR DI PEKANBARU(2013-02-13) Lukistyowati, lesjePenelitian dengan judul ANALISA HEMATOLOGI SEBAGAI PENENTU STATUS KESEHATAN IKAN AIR TAWAR DI PEKANBARU sudah dilakukan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau pada bulan Februari - November 2007. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk rnengetahui kondisi hematologi dari kan-ikan air tawar yang umum dipelihara di Pekanbaru dalam kondisi sehat. Ikan diambil dari 10 lokasi yaitu Palas, Rumbai, Kulim, Panam, Jalan Delima, Cipta Karya, dirgantara, Jalan Melati, Tibun serta Bangkinang. Pada setiap lokasi, setiap jenis ikan yang ditemukan diambil 3 ekor dengan ukuran konsumsi. Adapun jenis-jenis ikan yang diamati adalah gurami (Osphronemus gouramy), lele dumbo (Glorias garipenius) , nila Oreochromis niloticus), mas (Cyprinus carpio), patin (Pangasius hypopthalmus), bawal Air tawar (Colossoma macropomum) dan baung (Macrones sp). Analisa hematologi dilakukan sesuai dengan petunjuk dari Anderson dan Siwicki (1994). Bila dibandingkan dengan nilai parameter yang dikemukakan oleh Bond (1977), ikan di pekanbaru ini memiliki kadar hematokrit dan jumlah leukosit yang wajar/ sesuai. tetapi kadar leukokrit dan jumlah leukosit dalam setiap mililiter darah jauh lebih tinggi daripada yang dikemukakan oleh Bond. Tingginya kadar leukokrit dan jumlah leukosit ini kemungkinan terjadi karena karena ikan-ikan tersebut hidup di area yang relatif hangat (di daerah tropis yang lebih hangat daripada ikan-ikan di daerah sub tropis seperti yang diteliti Bond) dan merupakan tempat yang mendukung perkembangan nikroorganisme pathogen. Hal ini mungkin merupalcan suatu bentuk adaptasi ikan untuk tetap bertahan hidup di lingkungannya.Item Analisis Isi Lambung Ikan Kasau (Lobo cheilos schwanefelcK) dari Perairan Sungai Siak, Provinsi Riau.(2013-02-09) Efizon, DeniPelaksanaan penelitian ini dilakukan dari bulan Juli - Oktober di sungai Siak dan laboratorium Biologi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Univcr sitas Riau dengan tujuan untuk mengetahui : konposisi jenis makanan yang dima kan ikan kasau (Lobocheilos schwanefeldi), kelompok makanan yang mendomina si isi lambung, komperatif jenis plankton yang terdapat dalam lambung yang men jadi makanan ikan kasau dengan plankton yang terdapat dalam perairan. Penelitian ini dilakukan secara metoda survei dan ikan spesimen diperoleh dari hasil tangkapan nelayan dengan alat tangkap jaring (gill-net). Pengambilan sampel di 3 lokasi di sepanjang aliran sungai Siak dilakukan di sekitar 1) Jemba tan Leighton, 2) kelurahan Tebing Tinggi Okura dan 3) Kelurahan Perawang. Spesimen diambil dengan interval waktu sebulan sekali dan pengambilan spesi men dilakukan secara sensus dan sampling. Komposisi jenis makanan yang terdapat pada lambung ikan kasau (L. schwa •nefeldi) dari sungai Siak selama masa penelitian terdiri dari kelas : Cyanophyceae, Chlorophyceae, Bacillariophyceae, Xanthophyceae, Rotifera dan Cladocera. Sehingga berdasarkan komposisi jenis makanan yang dimakan, maka ikan kasau tergolong sebagai-ikan ornnivore dan juga digolongkan sebagai ikan pemilih jenis makanan.Item Analisis Pemasaran Ikan Patin (Pangasius sutchi) Dari Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar ke Kota Rantau Prapat Propinsi Sumatera Utara(2013-01-08) Yulinda, EniPenelitian ini dilaksanakan pada pada bulan April 2008, bertempat di Kecamatan Kampar yaitu Desa Padang Mutung sebagai daerah produsen dan Kota Rantauprapat sebagai daerah konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui volume penjualan ikan Patin dari Kecamatan Kampar yang dikirim ke Kota Rantauprapat, mengetahui lembaga pemasaran yang terlibat, biaya pemasaran dan tingkat keuntungan yang diterima masing-masing lembaga pemasaran, serta mengetahui marketing margin dan efisiensi pemasaran. Metode penelitian yang digunakan adalah survey, data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari petani ikan Patin di Kecamatan Kampar, pedagang pengumpul Kecamatan Kampar yang melakukan pemasaran ikan Patin ke Kota Rantauprapat, pedagang pengumpul Rantauprapat, dan pedagang pengecer Rantauprapat. Untuk responden petani, teknik penentuan sampei dengan pendekatan Snowball sampling, sehingga diperoleh responden petani ikan Patin sebanyak 10 orang yang selalu menjual hasil panennya ke pedagang pengumpul (Bapak Zamri Moli). Sedangkan teknik penentuan sampei untuk responden pedagang pengumpul Kecamatan Kampar, pedagang pengumpul Rantauprapat dan pedagang pengecer Rantauprapat dilakukan secara semus.ViaiSi yang dikumpulkan diolah secara analisis deskriptl, Ikan Patin hasil produksi petani ditampung oleh pedagang pengumpul Kampar (Zamri Moli), selanjutnya dijual ke pedagang pengumpul Rantau Prapat. Volume penjualan ikan Patin yang dikirim ke Kota Rantauprapat sebanyak 6 ton/bulan ( ± 1 ,5 ton per trip) atau 9,68% dari total keseluruhan ikan Patin yang dikumpulkan pedagang pengumpul (Zamri Moli) per bulannya. Lembaga pemasaran yang perperan yaitu petani ikan Patin, pedagang pengumpul Kecamatan Kampar, pedagang pengumpul Rantau Prapat dan pedagang pengecer Rantauprapat. Keuntungan bersih yang diperoleh masing-masing lembaga pemasaran per bulannya untuk pedagang pengumpul Kecmatan Kampar adalah sebesar Rp. 2.306.000,-, pedagang pengumpul Rantau Prapat Rp.6.365.800,-,dan pedagang pengecer Rantau Prapat sebesar Rp. 1.661.900,-. Bila dilihat biaya per kg ikan yang dikeluarkan masing-masing lembaga, diperoleh biaya pengangkutan pedagang pengumpul Kampar untuk 1 kg ikan Patin Rp.980 dengan keuntungan bersih Rp.720, biaya pedagang pengumpul Rantauprapat untuk 1 kg ikan Rp.371 dengan keuntungan bersih per kg Rp.1.129, serta biaya 1 kg ikan yang dikeluarkan pedagang pengecer Rantauprapat Rp.433 dengan keuntungan bersih per kg Rp. 1.067,-. Nilai marketing margin pada tingkat pedagang pengumpul Kecamatan Kampra 15,45% dengan fisherman share 84,55%, nilai marketing margin di tingkat pedagang pengumpul Rantauprapat 25,6% dengan fisherman share 74,4%, dan nilai marketing margin di tingkat pedagang pengecer Rantauprapat 33,57% dengan fisherman share 66,43%. Bila dilihat nilai marketing margin dan fisherman share maka pemasaran ikan Patin dari Kecamatan Kampar pada masing-masing pedagang perantara sudah efisien. Begitu juga pemasaran ikan Patin dari Kecamatan Kampar ke konsumen akhir Rantauprapat sudah efisien karena nilai fisherman share lebih besar dari nilai marketing margin.Item Analisis Permintaan Rekreasi dan Strategi Pengembangan Wisata Bahari di Kawasan Wisata..Lagoi, Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten Bintan(2013-02-09) Sofyani, TinceAnalisis yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian adalah analisis potensi wisata, analisis preferensi wisatawan terhadap obyek wisata, analisis regresi, analisis permintaan wisata dengan pendeketan metode biaya perjalanan (Travel Cost Method) analisis SWOT. Hasil penilaian potensi Kawasan Wisata Lagoi yang dianalisis berdasarkan Penilaian dan Pengembangan Obyek Wisata Alam yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pariwisata (1998), Kawasan Wisata Lagoi dikategorikan baik dan layak untuk dikembangkan sebagai obyek wisata alam. Karakteristik pengunjung Kawasan Wisata Lagoi sebagai berikut : dari 40 wisatawan domestik yang diteliti, terdiri dari laki-laki sebanyak 72,50 % dan wanita sebanyak 27,50 %. Berdasarkan status perkawinan, 80 % dari wisatawan berstatus menikah, 20 % wisatawan belum menikah. Sebanyak 87,50 % berusia di bawah 50 tahun. Tingkat pendidikan wisatawan yang dominan adalah sarjana yaitu 47,50 %. Sebanyak 92,50 % wisatawan mempunyai pekerjaan, jenis pekerjaan yang dominan adalah bekerja pada perusahaan swasta (55 %). Sebanyak 50 % dari wisatawan mempunyai pendapatan lebih dari Rp 8.000.000 per bulan. Daerah asal wisatawan berasal dari Tanjung Pinang, Batam, Pekanbaru dan Jakarta, sebanyak 47,50% wisatawan berasal dari Jakarta.. Lama kunkungan wisatawan yang dominan di Kawasan Wisata Lagoi berkisar antara 1-2 hari (57,%) %). Preferensi wisatawan terhadap keindahan alam obyek wisata di Kawasan Wisata Lagoi adalah 85 % wisatawan menyatakan sangat indah. Preferensi wisatawan terhadap kenyamanan obyek wisata, sebanyak 90 % wisatawan menyatakan sangat nyaman.Item DAMPAK PERAIRAN LAUT DAN UDARA AKIBAT INDUSTRI KOTA DUMAI(2013-05-28) Nurdin, Syafril; Hamid, HamdiLaut merupakan Bahagian dari wilayah lautan yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya, yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek fungsionalnya. Dimana laut yang terbentang sepanjang pantai disebut dengan pesisir. Lebih lanjut yang dimaksud dengan pesisir adalah wilayah, sejauhmana daratan berpengaruh kearah laut dan sebaliknya sejauh mana laut berpengaruh kearah daratan.Baku mutu air (laut dan sungai) merupakan ukuran batas dan kadar atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air laut. Beberapa aktifitas banyak dilakukan d i kawasan pesisir salah satu diantaranya adalah aktifitas pelabuhan. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintah dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar koda sebagai transportasi.Item DAYA TARIK UMPAN TERHADAP UDANG GALAH SEBAGAI TARGET PENANGKAPAN JALA DI DESA LALANG KECAMATAN SUNGAI APIT(2013-02-09) BROWN, ARTHURPenelitian ini telah dilaksanakan dari bulan juni sampai dengan Desember 2009 yang dilaksanakan di lapangan atau dengan experiment fishing. Adapun tujuan dari pelaksanaan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh umpan dedak dan tepung ikan terhadap hasil tangkapan udang galah dengan menggunakan alat tangkap jala (cast net) di Perairan Desa Teluk Mesjid Kecamatan Sungai Apit Kabupaten Siak, Propinsi Riau . Data dianalisis dengan uji-t dan analisis deskriftif . Perairan Teluk Mesjid merupakan daerah yang perairannya dipengaruhi oleh pasang surut. Daerah ini dilalui oleh aliran massa air Sungai Siak yang lebarnya antara 80-120 meter dengan kedalaman berkisar antara 1,5-25 meter. Salinitas 7 - 9 °/oo masih dalam batas toleransi udang. Udang galah yang tertangkap berukuran kecil tergolong udang galah muda. suhu perairan 28-30°C, kecerahan perairan 0,5-0,8 cm, kecepatan arus rata-rata 0.29 m/dt,kedalaman tempat operasi 1,8-2,2 m. Secara umum ukuran udang yang tertangkap selama penelitian ini adalah berukuran kecil atau masih tergolong udang sangat muda berkisar dengan bobot tubuh 20-70 gram tiap ekornya. Dari hasil wawancara dengan nelayan terungkap bahwa biasanya nelayan melakukan penangkapan yaitu bulan Februari hingga Mei, sebab menurut mereka bahwa pada bulan-bulan tersebut ukuran udang yang tertangkap sudah cukup besar. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa Hasil uji-t antara perlakxian Ul dan perlakuan U2 didapatkan hasil thitung sebesar 1,867 dan nilai tersebut lebih rendah dari ttabei(o,05) 1,981. Dengan kata lain bahwa hasil tangkapan antara kedua perlakuan tersebut tidak berbeda nyata. Demikian juga hasil uji-t antara perlakuan Ul dan perlakuan U3 diperoleh hasil t hitung 0,795 dan nilai tersebut lebih rendah dari ttabei (1J65), kedua jenis umpan ini juga tidak berbeda nyata. Sebaliknya hasil uji-t antara perlakuan U2 dan perlakuan U3 didapatkan tuning sebesar 1,549 dimana nilai ini lebih tinggi dari ttabei(o,05) 0,331, hal ini menunjukkan bahwa jenis umpan U2 dan U3 berpengaruh nyata pada hasil tangkapan udang galah.Item Distribusi Spasial Konsentrasi Kloroi'il-a Menggunakan Citra Satelit A(2013-02-09) UsmanMetode Desk analysis di gunakan pengolahan dan analisa data. Pertanyaan mendasar yang berkaitan dengan penelitian ini adalah bagaiman sebaran klorofil-a pada perairan pantai di Sumatera. Apakah nilai konsentrasi klorofil-a pada perairan pantai Timur dan Barat pulau Sumatera sama? Mengingat pantai mempakan muara bagi semua sungai untuk meluahkan 'konstrituen' yang di bawanya, dan konstituen tersebut memberikan pengaruh terhadap konsentrasi klorofil-a yang di ukur. Untuk menjawab pertanyaan mendasar dalam perumusan masalah, rnaka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi klorofil-a di perairan pantai Pulau Sumatera pada angin musim basah yaitu bulan Januari hingga Mei 2009. Data Citra AQUA MODIS yang di kumpulkan berasal dari situs Ocean Color NASA pada talian , data yang di kumpulkan adalah data sebaran klorofil-a selama lima bulan pada tahun 2009 di mulai dari Bulan Januari hingga Mei. Data citra AQUA MODIS merupakan tingkatan ke tiga (level 3) dengan resolusi spasial 9 m. untuk memperoleh sebaran nilai digital klorofil-a maka di lakukan teknik konverksi nilai 16 bit menjadi sebaran klorofil-a. Selanjutnya dibuat garis transek yang membentan pada ke dua sisi pantai Pulau Sumatera guna mendapatkan profil distribusi klorofil-a. Dari garis transek profil distribusi konsentrasi kloroiil-a di perairan pantai Timur Pulau Sumatera, nilai puncak konsentrasi klorofil bulan Januari, Februari dan Maret berada pada kisaran 9 mg/m3, 22,5 mg/ni3, dan 20 mg/m3. Nilai tersebut termasuk ke dalam kelas muatan suspense tinggi (lebih besar dari 2 mg/m3). Tingginya nilai konsentrasi tersebut di akibatkan oleh banyak kandungan hara yang di alirkan sungai-sungai yang bermuara kc pantai Timur Sumatera. Bulan April dan Mei di perairan pantai Timur Pulau Sumatera terjadi penurunan nilai konsentrasi klorofil-a dari 20 mg/m3 menjadi 5 mg/m3 untuk bulan April dan 9 mg/m3 untuk bulan Mei. Nilai puncak konsentrasi pada perairan Pantai Barat Pulau Sumatera memiliki nilai fluatuasi yang lebih besar dari pada nilai konsentrasi di Pantai Timur Pulau Sumatera. Jika di lihat dari tingkat perubahannya dengan menggunakan nilai standar deviasi maka perbedaan nilai puncak Pantai Barat Pulau Sumatera berada pada angkal,35 mg/m3 sedangkan pada Pantai Timur Pulau Sumatera berada pada angka 6,87 mg/m . Tidak seperti perairan Pantai Timur Pulau Sumatera, pada masa peralihan angin musim yaitu pada bulan April dan Mci, nilai konsentrasi klorofil-a tidak dapat dinyatakan turun atau naik, karena perbedaan nilai yang tidak begitu nyata (Gambar 12). Pada bulan April nilai konsentrasi klorofil-a berada pada angka 4,5 mg/m3 sedangkan pada bulan sebelumnya (Maret), nilai konsentrasi klorofil-a berada -5 fj pada angka 2,75 mg/m dan pada bulan Mei berada pada angka 2 mg/m .Item DISTRIBUSI, PREDASI DAN PERTUMBUHAN SEMAIAN (SEEDLING) Xylocarpus granatum dan Rizophora apiculata Dl EKOSISTEM MANGROVE STASlUN KELAUTAN DUMAI(2014-11-22) EFRIYELDI; JOKO, SAMIAJIPcnelitian ini dilakukan pada bulan Agustus - Deseniber 2005 di ekosistem mangrove Stasiun Kelautan Dumai. Untuk analisis fraksi, nitrat dan fosfat sedimen dilakukan di Laboratorium Pengelolaan Kualitas Air Faperika Universitas Riau. Tujuan penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui distribusi dan kelimpahan semaian X. ^ranaluni dan R. apiculala, 2) mengetahui predasi biji (seed) X. ^ranatum yang discmaikan dan 3) mengetahui kelulushidupan dan perturnbuhan biji/semaian X. granaium yang disemaikan di ekosistem mangrove Stasiun Kelautan Dumai. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei untuk pengamatan distribusi dan kelimpahan semaian, sedangkan metode percobaan untuk pengamatan predasi, kelulushidupan dan pertumbuhan biji/semaian X. granafum. Untuk mengetahui distribusi dan kelimpahan semaian zona intertidal dibagi atas tiga yaitu zona upper, middle dan lower, sedangkan pengamatan predasi ditetapkan tiga zona berdasarkan jarak masuk air dari sungai dan tingat keterendamannya. Predasi diamati pada hari ke 2, 4, 6, 8, 10, 18 dan setiap dua minggu sampai dua bulan penelitian. Kelulushidupan diamati pada hari ke 45 dan 60. Selain itu juga dilakukan pengukuran kualitas air dan tanah.Item DOMESIKASI IKAN TAPAH (Walalago leerii) PADA PADAT TEBAR BERBEDA YANG DIBERI PAKAN BOKASHI(2013-02-12) NurainiIkan uji yang di gunakan ikan tapah (Wallago leerii) sebanyak 50 ekor, panjang 25 - 50 cm/ ekor. Wadah penelitian akuarium (60 x 40 X 40) cm), yang diisi air 72 liter (tinggi air 30 cm) sebanyak 9 unit. Pakan yang diberikan adalah pellet bokashi. Metode penelitian adalah rancangan acak lengkap (RAL) satu faktor 3 taraf perlakuan, masing masing 3 ulangan. Perlakauan dalam penenlitian ini adalah PI: 2 ekor/ 72 liter air, P2 : 3 ekor/72 liter air dan P3 : 4 ekor/ 72 liter air. Penelitian di lakukan selama 45 hari. Hasil penelitian di peroleh bahwa pemberian pakan bokashi pada padat tebar berbeda memberi pengaruh nyata terhadap pertumbuhan bobot mutlak dan pertumbuhan bobot harian. Pertumbuhan bobot mutlak tertinggi di dapat pada perlakuan PI sebesar 22, 78 g. Pertumbuhan bobot harian tertinggi pada PI sebesar 0,41 g. Kelulus hidupan untuk P1,P2,P3, adalah 100 %. Parameter kualitas air yang diukur masih layak untuk kehidupan ikan yaitu: suhu 26 - 28 °C, pH 5-6, oksigen 5,8 - 6,2 mg/ liter dan NH3 sebesar 0,004-0,147 mg/liter.Item Domestikasi dan Teknologi Pembenihan Ikan Kelabau {Osteochilus kelabau Popta) dari perairan Sungai Kampar, Riau(2012-12-03) YURISMAN; MANDA PUTRA, RIDWANIkan kelabau (Osteochilus kelabau Popta) merupakan salah satu jenis ikan ekonomis penting dari 31 jenis ikan yang berhasil diidentifikasi dari perairan Sungai Kampar, Riau. Di Kabupaten Kampar ikan ini merupakan ikan yang sangat digemari oleh masyarakat karena memiliki ukuran yang besar (mencapai panjang 0,5 m dengan berat 15 kg. Selama ini penyediaan ikan kelabau hanya diperoleh dari hasil tangkapan di alam. Bila hal ini dibiarkan penemgkapan yang leluasa melebihi ekploitasi sumberdaya perairan maka akan mengganggu kelestariannya bahkan menyebabkan punahnya ikan tersebut. Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yakni tahap pertama bertujuan untuk menemukan teknologi domestikasi ikan kelabau yang mencakup teknik pemeliharaan calon induk dari alam ke wadah pemeliharaan dalam karamba, jenis dan dosis pakan yang tepat untuk merangsang pertumbuhan dan pematangan gonad. Pada tahap penelitian kedua bertujuan untuk mengetahui teknologi dalam pembenihan ikan kelabau yang mencakup penentuan dosis kombinasi ovaprim dan prostaglandin F2 a yang tepat dalam meningkatkan daya rangsang ovulasi dan kualitas telur induk ikan kelabau betina, meningkatkan volume semen dan kualitas spermatozoa induk ikan kelabau jantan serta penentuan teknologi pemeliharaan larva yang tepat hingga berukuran benih yang siap imtuk dibesarkan/dibudidayakan.Item Efek Jahe (Zingiber officinale roscoe) Sebagai Sumber Anti Oksidan Terhadap Mulu Ikan Patin (Pangasius hypoplhalmus) Asin Selama Penyimpanan Suhu Kamar(2013-01-07) Ma'amoen, Asna; Leksono, Tjipto; Amin, WaznaPenehtian tentang penggunaan jahe sebagai anti oksidan terhadap mutu ikan patin asin telah dilakukan dari tanggal 20 Oktober sampai dengan 30 Nopember 2007. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis dan mengevaluasi penggunaan ek.strak air jahe sebagai anti oksidan terhadap mutu ikan patin {Pangasius hypopthalmus) asin yang disimpan pada suhu kamar. Parameter yang diukur adalah uji mutu organoloptik (rupa, bau, ra.sa dan tekstur), kadar air, dan kadar peroksida. Rancangan penelitian yang digunakan vancangan acak kelompok (rak) satu faktor yang terdiri atas 5 taraf yaitu ekstrak air jahe dari rimpangjahe Ai (0,5 kg), A2 (1,0 kg), A3 (1,5 kg), A^ (2,0 kg) dan As (2,5 kg). Kelompok adalah lama penyimpanan Hi = 0 hari, H2 = 10 hari, H3 = 20 hari dan H4 = 30 hari. Hasil penelitian uji mutu organoleptik rupa ikan patin asin berkisar antara 6,24 - 8,04. Secara analisis variansi tidak terdapat perbedaan yang nyata antara perlakuan terhadap rupa ikan patin asin. Rupa ikan patin asin dapat diterima sampai hari ke 30. Nilai bau ikan patin asin berkisar antara 6,12 - 7,81 dan dapat diterima sampai hari ke 20, sedangkan pada hari ke 30 ni!ai bau tidak diterima karena dibawah nilai ambang batas 6,5. Namun demikian secara statistik nilai mutu organoleptik bau tidak bcrbcda nyata antara perlakuan. Nilai mutu organoleptik rasa ikan patin asin bcrkisar antara 6.45 - 8,24 dan dapat diterima sampai hari kc 30. Analisis variansi menunjukkan terdapat perbedaan yang sangal nyata pada tingkat kepercayaan 99% terhadap nilai mutu rasa. Perlakuan A i , A2 dan A3 berbeda sangat nyata dengan A4 dan As terhadap nilai rasa. Perlakuan terbaik adalah A | , A2 dan A3.Item EFEK PEMBERIAN VAKSIN Ichthyophthirius multifilns TERHADAP RESPONS IMUN IKAN JAMBAL SIAM Pangasius hypopthalamus PADA PEMELIHARAAN SUHU YANG BERBEDA(2013-02-07) Syawal, HenniPenelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi FKIP dan Fisiologi serta Imunologi FKH Institut Pertanian Bogor, mulai bulan Mei sampai pertengahan November 2009. Tujuan penelitian adalah untuk melihat respons fisiologis ikan yang diberi vaksin ich dan kemudian di pelihara pada wadah dengan suhu air yang berbeda. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap satu faktor, yang menjadi faktor perlakuan adalah suhu terdiri dari tiga taraf yaitu; 24°C, 28°C, 32°C, untuk mengurangi kekeliruan dilakukan ulangan tiga kali. Ikan uji diberi vaksin dengan cara perendaman selama 15 menit dengan dosis 3 ml/1, kemudian ikan uji dipelihara selama satu bulan. Peubah yang diukur adalah; 1) deteksi antibodi di mukus, 2) kadar glukosa dalam plasma, 3) kadar hematokrit, 4) kadar hemoglobin, 5) total eritrosit, 6) total leukosit, 7) jenis leukosit. Hasil yang didapat adalah pemberian vaksin ich secara perendaman selama 15 menit dengan dosis 3 ml/1 air dapat meningkatkan sintasan hidup ikan jambal siam hingga 100%, walaupun dipelihara pada suhu 24°C, 28°C, dan 32°C. Respons fisiologis ikan jambal siam yang dipelihara pada suhu 24°C, 28°C, dan 32°C secara statistik (p< 0,05) tidak menunjukkan pengaruh yang nyata untuk semua peubah yang diukur. Pada umumnya nilai peubah yang diukur mengalami peningkatan pada pengukuran kedua (hari ke-15 pascaimunisasi) dan kembali mendekati normal pada pengukuran ketiga (hari ke- 30 atau diakhir penelitian). Ikan mempunyai adaptasi yang tinggi setelah dua minggu pemeliharaan.Item EFESIENSI DAN EFEKTMTAS PEMAKAIAN ALAT DEHIDRATOR UNTUK PENGERINGAN DAN PENGASAPAN IKAN PATIN (Pangasius sp.)(2013-01-22) Leksono , Tjipto; Sukmiwati, Mery; DahliaPenelitian tentang efisiensi dan efektifitas pemakaian alat dehidrator untuk pengeringan dan pengasapan ikan Patin (Pangasius sp.) telah dilakukan oleh Ir. Tjipto Leksono, MPhil., dkk. pada bulan Mei hingga November 2007 di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan dan Laboratorium Mikrobiologi Pangan Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan Universitas Riau Pekanbaru. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh metode pemakaian dehidrator dengan tingkat efisiensi dan efektivitas yang tinggi, sehingga menghasilkan produk ikan Patin asap dengan penerimaan konsumen, mutu dan daya simpan tertinggi.Item Efisiensi dan Efektifitas Pemakaian Alat Dehidrator untuk Pengeringan dan Pengasapan Ikan Patin (Pangasius sp.)(2013-01-07) Leksono, Tjipto; Sukmiwati, Mery; DahliaPenelitian tentang efisiensi dan efektifitas pemakaian alat dehidrator untuk pengeringan dan pengasapan ikan Patin (Pangasius sp.) teiah dilakukan oleh Ir. Tjipto Leksono, MPhil., dkk. pada bulan Mei hingga November 2007 di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan dan Laboratorium Mikrobiologi Pangan Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan Universitas Riau F^ekanbaru. Tujuan penelitian ini adalah untuk mernperoieh metode pemakaian dehidrator dengan tingkat efisiensi dan efektivitas yang tinggi, sehingga menghasilkan produk ikan Patin asap dengan penerimaan konsumen, mutu dan daya simpan tertinggi.