6.Seminar Nasional Teknik Kimia Topi Tahun 2012

Browse

Recent Submissions

Now showing 1 - 20 of 28
  • Item
    STUDI KONVERSI PELEPAH NIPAH MENJADI BIO-OIL DENGAN KATALIS NATURAL ZEOLITE DEALUMINATED (NZA) PADA PROSES PYROLYSIS
    (2014-02-06) Fitra, Adrian; Bahri, Syaiful; Sunarno
    Bio-oil diproduksi dengan proses pyrolysis menggunakan biomassa dengan pemanasan, tanpa adanya kandungan oksigen. Penelitian ini mempelajari pengaruh variasi katalis terhadap yield bio-oil yang dihasilkan, mengetahui nilai densitas, viskositas, angka keasaman dan titik nyala dari bio-oil serta mengetahui komponen kimia pada bio-oil dengan metode GC-MS. Pyrolysis dilakukan dengan pelepah nipah sebanyak 50 gram beserta 500 ml silinap dengan variasi katalis NZA 0%, 1%, 2%, 3%, dan 4% b/b biomassa dengan kecepatan pengadukan 300 rpm dan suhu 320°C selama 120 menit. Yield yang terbesar diperoleh pada variasi katalis NZA 3% sebesar 43,4%. Sifat bio-oil yang diperoleh: densitas 1,048 gr/ml, viskositas 8,258 cSt, angka keasaman 87,52 gr NaOH/gr sampel, serta titik nyala 58 "C. Dan analisa GC-MS, komponen kimia yang dominan pada bio-oil adalah acetic acid (40,90%); methanol (9,60%); methyl ester (2,30%); phenol (32,88%); 2-furancarboxaldehyde (8,98%)
  • Item
    Variasi Komposisi Pelarut Metanol-Air Pada Ekstraksi Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb)
    (2013-05-17) Sri Irianty, Rozanna; Verawati, Riris
    Mutu hasil pengolahan gambir (Uncaria gambir Roxb) didasarkan dari kandungan taninnya. Gambir yang ada di pasaran dianalisa kadar taninnya menggunakan spektrofotometer Visible dengan metode Folin-Ciocalteu ternyata kadar tanin rata-rata hanya 37,25%. Tanin bersifat polar, untuk menghasilkan ekstrak gambir dengan kandungan ttanin dalam jumlah besar maka ekstraksi dilakukan menggunakan pelarut polar. Pelarut yang digunakan pada penelitian ini adalah pelarut metanol-air. Penelitian dilakukan dengan variasi komposisi pelarut metanol-air (v/v) dari 1:1, 1:2, dan 1:4, jumlah pelarut 200ml, 10 gram daun gambir, dan waktu ekstraksi 8 jam. Hasil analisa rendemen ekstrak gambir terbesar pada komposisi pelarut 1:2, yaitu sebesar 56%, sedangkan kadar tanin terbesar pada komposisi pelarut 1:4, yaitu sebesar 86,9%.
  • Item
    Pengaruh Waktu Reaksi dan Komposisi Katalis Zeolit Alam Pada Pembuatan Plastisizer Isobutil Stearat
    (2013-05-17) Jerry; Nirwana; Irdoni; Qaulan, Salamun
    Produksi plastisizer dari minyak nabati sampai saat ini masih sangat terbatas, untuk itu perlu mengembangkan plastisizer berbasiskan minyak nabati. Plastisizer minyak nabati dapat disintesis secara esterifikasi menggunakan katalis asam. Kebanyakan reaksi esterifikasi menggunakan katalis homogen asam seperti H2SO4, HNO3 dan HCl yang sulit untuk dipisahkan dari produk. Alternatif katalis yang dapat digunakan untuk reaksi esterifikasi adalah zeolit alam, yang telah terbukti efektif untuk reaksi esterifikasi dan merupakan katalis heterogen yang mudah dipisahkan dari produk hasil reaksi. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengsintesis plastisizer isobutil stearat secara esterifikasi menggunakan katalis zeolit alam yang teraktivasi menjadi H-Zeolit, dan mempelajari pengaruh waktu reaksi dan komposisi katalis, Variasi komposisi katalis Zeolit Alam yang digunakan 5, 10 dan 15% berat berbasis berat asam stearat dan waktu reaksi 180, 240, 300 dan 360 menit, dengan variabel tetapnya adalah temperatur 1000C , perbandingan molar asam stearat terhadap isobutanol 1:6 dan kecepatan pengadukan 175 rpm. Dari uji hasil esterifikasi memperlihatkan bahwa komposisi katalis dan waktu reaksi berpengaruh pada saat kesetimbangan reaksi belum tercapai . Kondisi operasi optimal yang diperoleh pada komposisi katalis 10% dan waktu reaksi 300 menit dengan konversi reaksi 60,26% mol. Karakteristik plastisizer yang didapatkan memenuhi standar plastisizer komersil, dengan nilai viskositas 3207,19 M.Pa.s dan specific gravity sebesar 0,828.
  • Item
    Metode Perlakuan Awal Terhadap Limbah Pelepah Sawit Sebagai Bahan Baku Pembuatan Nitrosellulosa
    (2013-05-17) Padil; Khairat; Yulia Zulfieni, Willa
    Pelepah sawit merupakan salah satu limbah padat yang dihasilkan di setiap perkebunan sawit, dimana pelepah sawit ini berpotensial untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku nitrosellulosa. Pelepah sawit memiliki beberapa komponen diantaranya adalah lignin, selulosa, hemiselulosa, dan holosellulosa. Dari hasil analisa yang dilakukan, pelepah sawit memiliki kandungan lignin 11,27%, kadar selulosa 28,55%, kadar hemiselulosa 23,94% dan kadar holoselulosa 58,055%. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemurnian sellulosa. Metode yang digunakan adalah pelepah sawit dengan ukuran tertentu dihidrolisa dan didelignifikasi menggunakan ekstrak abu Tandan Kosong Sawit (TKS). Kondisi proses yang optimum pada hidrolisis dan delignifikasi adalah temperatur 1000C, waktu 30 menit dan ratio padatan cairan 1:5 dengan kadar sellulosanya 86,12%.
  • Item
    Sintesis Zeolit 4A dari Fly Ash Sawit Dengan Variasi Waktu Pengadukan dan Waktu Pemanasan Gel
    (2013-05-17) Yelmida; Zahrina, Ida; Akbar, Fajril; Suchi, Adelia
    Saat ini, penggunaan mineral zeolit semakin meningkat dari industri kecil hingga industri besar. Kebanyakan industri lebih menyukai penggunaan zeolit sintetis dibandingkan dengan zeolit alam karena keaktifan, keselektifan dan kestabilannya yang lebih baik. Salah satu jenis zeolit sintetis adalah zeolit 4A yang dapat disintesis dari natrium silikat dan natrium aluminat. Sebagai sumber silika pada sintesis zeolit 4A dapat digunakan fly ash batu bara atau limbah padat industri sawit, yaitu abu dari hasil pembakaran sabut sawit. Pada penelitian ini, sebagai sumber silika untuk pembuatan natrium silikat yaitu fly ash yang berasal dari sisa pembakaran sabut dan cangkang di boiler. Sintesis zeolit 4A pada penelitian ini dilakukan dalam reaktor berpengaduk dengan perbandingan volume reaktan 60/40, kecepatan pengadukan 200 rpm, temperatur pemanasan gel 80 oC dan temperatur pengeringan 120oC. Sintesis dilakukan dengan memvariasikan waktu pengadukan (2, 3, 4 dan 5 jam) dan waktu pemanasan gel (6, 7, 8 dan 9 jam). Produk sintesis kemudian dianalisis secara kualitatif menggunakan spektroskopi inframerah dan difraksi sinar X. Berdasarkan hasil analisis spektroskopi inframerah dan difraksi sinar X, zeolit 4A terbentuk pada waktu pengadukan 3 jam dan waktu pemanasan gel 8 jam.
  • Item
    Sintesis Zeolit 4A Dari Fly Ash Sawit dengan Variasi Rasio Massa Reaktan (Fly Ash/NaOH) dan Kecepatan Pengadukan Gel
    (2013-05-17) Zahrina, Ida; Yelmida; Haryu Lestari, Ariesti
    Zeolit 4A adalah bahan yang paling banyak digunakan sebagai penukar ion. Zeolit ini disintesis dari natriun silikat dan natrium aluminat. Silika diperoleh dari fly ash batu bara atau abu sabut sawit. Pada penelitian ini, silika bersumber dari fly ash sawit. Sintesis dilakukan dengan menggunakan perbandingan volum 60/40, waktu pengadukan gel 3 jam, temperatur pemanasan gel 80oC dengan waktu pemanasan 8 jam, dan temperatur pengeringan 120oC. Variasi dilakukan pada rasio reaktan fly ash/NaOH 1/2, 1/2,5, 1/3, dan kecepatan pengadukan gel 100, 200, 300 rpm. Produk sintesis dikarakterisasi menggunakan spektroskopi infra merah dan difraksi sinar –x. Berdasarkan karakterisasi menggunakan spektroskopi infra merah zeolit 4A terbaik dihasilkan pada rasio reaktan fly ash/ NaOH 1/2,5 dan kecepatan pengadukan gel 200 rpm. Untuk memperkuat kebenaran terbentuknya zeolit 4A, karakterisasi dilanjutkan dengan menggunakan difraksi sinar–X. Dari karakterisasi tersebut, zeolit 4A teridentifikasi pada rasio reaktan fly ash/ NaOH = 1/2,5 dan kecepatan pengadukan gel 200 rpm.
  • Item
    Modifikasi Karet Alam menjadi Maleated Natural Rubber melalui Proses Grafting dengan Kadar Maleat Anhidrida dan Temperatur Bervariasi
    (2013-05-17) Wati, Rika; HS, Irdoni; Bahruddin
    Modifikasi karet alam menjadi Maleated Natural Rubber (MNR) merupakan salah satu bidang penelitian yang sedang dikembangkan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh kadar maleat anhidrida (MAH) dan temperatur pencampuran terhadap derajat grafting MAH pada pembuatan MNR. Kadar MAH divariasikan sebesar 6, 8, dan 10 phr (per hundred rubber) sedangkan temperatur divariasikan sebesar 135, 145 dan 155 oC. Proses modifikasi menggunakan internal mixer dengan kecepatan rotor 60 rpm selama 10 menit. Derajat grafting ditentukan dengan metode titrimetri dimana larutan MNR dalam xylene dititrasi menggunakan larutan MeOH sampai terjadi perubahan warna larutan dari coklat menjadi merah jingga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar MAH maka diperlukan temperatur pencampuran yang semakin tinggi untuk menghasilkan derajat grafting yang tinggi. Derajat grafting tertinggi diperoleh pada kadar MAH 8 phr dan temperatur pencampuran 155 oC dengan derajat grafting sebesar 3,593%.
  • Item
    Pengaruh Kondisi Proses Pencampuran Terhadap Sifat Mekanik Wood Plastic Composite Berbasis Batang Sawit
    (2013-05-17) Efrizal, Rico; Zulfansyah; Bahruddin
    Batang sawit merupakan salah satu limbah perkebunan yang cukup besar jumlahnya di Indonesia. Limbah ini dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan berbagai produk, seperti dijadikan sebagai bahan untuk pembuatan Wood Plastic Composite (WPC). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi operasi (suhu, kecepatan rotor, dan waktu pencampuran) yang optimal untuk proses produksi Wood Plastic Composite. Sebagai variabel penelitian adalah suhu sebesar 1700C, 1750C, dan 1800C; kecepatan rotor 60 dan 80 rpm; dan waktu pencampuran 10 dan 15 menit. Pembuatan sampel WPC menggunakan internal mixer pada nisbah serbuk batang sawit/Polypropilene 50/50; plasticizer parafin 2%; dan compatibilizer Maleic Anhydride Polypropilene (MAPP) 5%. Sifat mekanik yang diuji adalah tensile strength menggunakan standar JIS K 6781 dan tear strength menggunakan standar JIS K 6781 type B. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi pencampuran optimal diperoleh pada suhu 1700C, kecepatan rotor 80 rpm dan waktu pencampuran 15 menit, dimana tensile strength yang diperoleh adalah sebesar 24, 81 MPa dan tear strength sebesar 61,31 MPa.
  • Item
    Penumbuhan Nanopartikel Logam dengan Metode Kimia Basah untuk Meningkatkan Prestasi Superkapasitor Elektrokimia
    (2013-05-17) Iwantono; Lustania
    Nanopartikel logam (platinum-PtNs dan palladium-PdNs) telah berhasil ditumbuhkan di atas permukaan elektroda karbon dan pengumpul arus stainless steel. Penumbuhan PtNs dan PdNs dilakukan dengan metoda kimia basah. Karakterisasi pada PtNs dan PdNs dilakukan menggunakan FESEM, XRD untuk mengetahui morfologi dan struktur. Sedangkan untuk menguji prestasi sel superkapasitor elektrokimia dilakukan dengan menggunakan Impedan Spektroskopi Elektrokimia. Dari hasil karakterisasi diketahui bahwa PtNs dan PdNs dapat tumbuh merata pada seluruh permukaan elektroda karbon dan stainless steel dengan ukuran yang seragam. Hasil karakterisasi difraksi sinar-X menginformasikan bahwa unsur platinum pada nanopartikel yang telah ditumbuhkan menghasilkan dua puncak difraksi pada sudut 2θ = 40.247o dan 46.815o dengan orientasi bidang kristal hkl (111) dan (200). Sedangkan untuk nanopartikel palladium menghasilkan dua puncak pada 2θ = 40.225° dan 2θ = 46.713°. Hasil pengukuran impedansi spektroskopi elektrokimia pada sel superkapasitor mendapatkan nilai kapasitansi spesifik sebesar 8.81 F/gr dan 20.2 F/gr untuk elektroda karbon (tanpa dan dengan nanopartikel platinum) dan 10,22 F/gr (dengan nanopartikel palladium) pada konsentrasi larutan elektrolit H2SO4 1 M.
  • Item
    Hubungan Koefisien Perpindahan Massa Dengan Bilangan Reynolds Pada Adsorpsi Logam Cu Menggunakan Adsorben Abu Sekam Padi
    (2013-05-17) Heltina, Desi; Sunarno; Iwan Fermi, Muhammad; Julianti, Melda
    Logam Tembaga (Cu) merupakan salah satu jenis logam berat yang bersifat toksit, yang keberadaannya di lingkungan apabila melewati ambang batas yang ditentukan dapat menimbulkan pencemaran atau rusaknya lingkungan. Salah satu hal yang perlu dilakukan dalam pengendalian dan pemantauan dampak lingkungan akibat pencemaran logam Cu ini adalah dengan proses adsorpsi menggunakan abu sekam padi. Penelitian adsorpsi ini dapat memberikan kontribusi dalam penanganan limbah khususnya logam Cu.Beberapa hal yang dapat dipelajari dari proses adsorpsi salah satunya mempelajari koefisien perpindahan massa yang merupakan hal penting untuk data perancangan kolom adsorpsi logam Cu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan koefisien perpindahan massa terhadap variabel yang mempengaruhinya dengan bilangan Sherwood. Proses adsorpsi dilakukan dengan menggunakan adsorbat larutan logam Cu 9,988 ppm dan adsorben abu sekam padi dengan ukuran 40 mesh dan tinggi unggun 5 cm.. Variabel penelitian adalah variasi laju alir adsorbat sebesar 5,32 ml/s; 8,21 ml/s; 11,34 ml/s Larutan logam Cu keluaran kolom ditampung pada waktu tertentu, dan dianalisa dengan AAS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara koefisien perpindahan massa dengan variabel yang mempengaruhinya dalam bilangan Sherwood ditunjukkan pada persamaan Sh = 201,542 Re1.
  • Item
    Deteksi Kadar Logam Berat Pada Tanaman Palawija Yang Menggunakan Kompos Dari Limbah Padat (Effluent Sludge)
    (2013-05-17) Peratenta Sembiring, Maria; Armedi Pinem, Jhon
    Pabrik Pulp dan Paper menghasilkan total limbah sekitar sepertiga dari total produksi yang terjadi. Limbah yang dihasilkan berupa limbah padat dan cair. Salah satu limbah yang dihasilkan berupa sludge. Untuk menaikkan nilai ekonomis dari limbah sludge ini, maka limbah sludge ini diolah menjadi kompos. Kompos ini dinamakan kompos sludge. Kompos sludge ini kemudian diuji coba ke tanaman palawija. Tanaman palawija yang dipilih adalah selada dan kacang panjang. Alasan pemilihan kedua jenis tanaman ini adalah karena dari hasil survei kedua tanaman ini cukup digemari dan biasa disajikan mentah/langsung dimakan dalam bentuk lalapan. Kedua jenis tanaman ini juga dapat tumbuh dijenis iklim dan kondisi tanah yang tersedia diarea penelitian. Penelitian ini menggunakan analisa rancangan acak kelompok dengan menggunakan variabel berupa umur kompos (3 & 4 bulan), Jenis tanaman (selada & kacang panjang) dan kandungan logam berat yang dideteksi adalah Arsen (As), Cadmium (Cd), Cromium (Cr), Timbal (Pb) dan Merkuri (Hg) dengan menggunakan alat Inductively Coupel Plasma. Dari hasil penelitian terhadap kedua jenis tanaman palawija (selada & kacang panjang) maka diperoleh kadar yang masih dibawah dari jumlah yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional. Dengan demikian hasil panenan palawija yang menggunakan kompos sludge ini aman untuk dikonsumsi, dan kompos sludge ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pengganti pupuk kandang yang semakin sulit didapatkan.
  • Item
    Kesetimbangan Adsorpsi Logam Cu (Ii) Dengan Arang Aktif Cangkang Sawit Sisa Pembuatan Asap Cair
    (2013-05-17) Drastinawati; Khairat; Zulfikar
    Logam Tembaga Cu (II) masuk ke dalam perairan berdampak pada pencemaran lingkungan apabila kandungannya melebihi nilai ambang batas yang telah ditentukan. Arang cangkang kelapa sawit merupakan limbah dari pembuatan asap cair yang diaktivasi menggunakan uap air yang dapat berfungsi sebagai adsorben logam berat seperti logam Cu(II). Penelitian dilakukan untuk mendapatkan data dan model kesetimbangan adsorpsi logam Cu(II) dengan adsorben arang aktif cangkang sawit sisa pembuatan asap cair,. Penelitian diawali dengan pembuatan arang aktif cangkang sawit dengan cara pirolisis pada suhu 350oC selama 2 jam, kemudian arang aktif diaktivasi dengan cara memanaskan dengan menggunakan tube furnace pada suhu 800 oC selama 60 menit. Arang aktif cangkang sawit seberat 2 gr dimasukkan ke dalam 500 ml larutan Logam Cu dengan konsentrasi awal (Co) 20 ppm di dalam reaktor bath berpengaduk dengan kecepatan pengadukan 200 rpm pada suhu 27oC sampai mencapai waktu kesetimbangan. Dengan menggunakan AAS (Atomic Adsorption Spectrofotometri) didapatkan konsentrasi logam Cu yang tersisa dalam larutan (Ce), dan dapat ditentukan kapasitas penjerapan arang cangkang sawit saat kesetimbangan (Qe). Percobaan yang sama dilakukan pada suhu 35 oC dan 45 oC dengan variasi konsentrasi (25, 50 dan 75 ppm). Data untuk waktu kesetimbangan adsorpsi diperoleh pada 120 menit dan persen penjerapan rata-rata 91,231%. Mekanisme adsorpsi yang terjadi lebih didominasi oleh model isoterm Freundlich yang mewakili adsorpsi fisika dengan panas adsorpsi 9.039 kkal/moloK.
  • Item
    Pengaruh Laju Pembebanan Organik terhadap Produksi Biogas dari Limbah Cair Sagu Menggunakan Bioreaktor Hibrid Anaerob
    (2013-05-15) Yunitamel, Lusy; Ahmad, Adrianto; Zahrina, Ida
    Produksi sagu di Kabupaten Kepulauan Meranti dapat mencapai 450.000 ton pertahun. Peningkatan produksi pati sagu diikuti dengan peningkatan jumlah limbah cair sagu yang dihasilkan. Dalam memproduksi pati sagu dibutuhkan 20.000 liter air per ton sagu, yang mana 94% air tersebut akan menjadi limbah cair. Limbah cair tersebut mempunyai kadar COD yang tinggi yaitu sebesar 50.000 mg/L dan berpotensi untuk dikonversi menjadi biogas. Salah satu cara pengolahan limbah cair sagu tersebut menjadi biogas dengan menggunakan bioreaktor hibrid anaerob yang merupakan penggabungan antara sistem pertumbuhan tersuspensi dan sistem pertumbuhan melekat. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan laju pembebanan organik optimum dengan produksi biogas yang tinggi menggunakan bioreaktor hibrid anaerob bervolume kerja 10 L dan menggunakan media batu. Penelitian ini memvariasikan laju pembebanan organik yaitu 12,5; 16,7; 25 dan 50 kgCOD/m3hari dan dikondisikan pada suhu ruangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pembebanan organik berpengaruh terhadap produksi biogas. Produksi biogas optimum yaitu pada laju pembebanan organik 25 kgCOD/m3hari, biogas yang dihasilkan pada saat tunak yaitu pada hari ke 12 sebesar 41.600 ml.
  • Item
    Pengaruh Konsentrasi Starter Pada Pembuatan Kompos Dari Limbah Serat Buah Sawit dengan Teknologi Biofertilizer
    (2013-05-15) Shahila, Nila; Ahmad, Adrianto; Wisrayetti
    Limbah padat yang di hasilkan oleh industri kelapa sawit di Indonesia mencapai 15,20 juta ton limbah/ tahun. Salah satunya berupa limbah serat buah sawit, apabila tidak di kelola dengan baik akan mencemari lingkungan. Salah satu penanganan limbah tersebut dengan mengubahnya menjadi pupuk kompos. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh konsentrasi starter pada proses pengomposan dan mendapatkan rasio C/N optimum pada pembuatan kompos dengan teknologi biofertilizer. Biofertilizer merupakan salah satu teknologi yang memanfaaatkan mikroorganisme dalam proses pengomposan untuk meningkatkan kesuburan tanah dengan kandungan mikroorganisme berupa nutrisi. Penelitian berlangsung dalam 4 tahap. Tahap pertama adalah persiapan starter, tahap kedua adalah persiapan substrat berupa limbah padat serat buah sawit dengan ukuran 2cm, tahap ketiga adalah persiapan bioreaktor menggunakan 5 buah bioreaktor dan tahap keempat adalah proses pengomposan dengan variasi konsentrasi starter 0%, 10 %, 20%, 30% dan 40%. Selama proses pengomposan dilakukan pengukuran pH, temperatur, kadar air dan aerasi pada masing-masing bioreaktor dilakukan setiap 3 hari. Pengomposan dilakukan dengan proses aerob. Hasil penelitian menunjukkanbahwa, konsentrasi starter 0% diperoleh nitrogen sebesar 0.94, 10% sebesar 1.09, 20% sebesar 1.31, 30% sebesar 0.83, dan 40% sebesar 1.07. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, nilai optimum untuk kebutuhan nitrogen pada proses pengomposan terdapat pada konsentrasi starter 20% yang dapat mempercepat aktivitas mikroorganisme dengan nilai rasio C/N sebesar 10.45 pada hari ke 60 dengan konsentrasi starter 20% . Dengan demikian, nilai rasio C/N yang didapat sesuai dengan standar kualitas kompos SNI 19730-2004.
  • Item
    Efisiensi Penyisihan Chemical Oxygen Demand (COD) Limbah Cair Pabrik Sagu dan Produksi Biogas Menggunakan Bioreaktor Hibrid Anaerob Pada Kondisi Start Up
    (2013-05-15) Lestari, Azian; Ahmad, Adrianto; Zahrina, Ida
    Perkembangan industri pati sagu diikuti dengan peningkatan limbah cair sagu yang dihasilkan. Dalam memproduksi pati sagu dibutuhkan 20.000 liter air per ton sagu, yang mana 94% air tersebut akan menjadi limbah cair sagu. Limbah cair sagu ini memiliki nilai COD (Chemical Oxygen Demand) mencapai 100.000 mg/l. Kondisi ini akan berdampak negatif terhadap lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik. Salah satu cara menurunkan kandungan COD yaitu dengan menggunakan bioreaktor hibrid anaerob. Kondisi Start up merupakan salah satu kondisi yang penting dalam pengolahan limbah cair menggunakan bioreaktor hibrid anaerob, karena pada kondisi ini terjadi pengembangbiakan mikroorganisme untuk mencapai tunak. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian terhadap kondisi start up bioreaktor hibrid anaerob dengan mengamati paramter COD dan biogas yang dihasilkan. Penelitian ini dilakukan dengan laju alir 2 l/hari pada suhu ruang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi penyisihan COD yang terbesar diperoleh 92% dengan pH operasi 6,2 serta produksi biogas sebesar 14982 ml/hari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa start up bioreaktor hibrid anaerob berlangsung selama 57 hari.
  • Item
    Penyisihan Kandungan Padatan Limbah Cair Pabrik Sagu Dengan Bioreaktor Hibrid Anaerob Pada Kondisi Start-up
    (2013-05-15) Ul Fadhli, Taufiq; Ahmad, Adrianto; Yelmida
    Limbah cair sagu meningkat seiring dengan perkembangan industri sagu di Indonesia. Limbah cair sagu bersifat asam, berbau busuk dan memiliki konsentrasi padatan yang tinggi. Padatan adalah salah satu parameter dalam mengidentifikasi tingkat pencemaran suatu limbah cair. Padatan limbah cair pabrik sagu dapat berupa padatan organik dan anorganik. Padatan organik umumnya dapat didegradasi oleh mikroorganisme, sementara padatan anorganik sulit didegradasi oleh mikroorganisme. Oleh karena itu, limbah cair sagu ini perlu penanganan terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan air atau perairan. Penanganan padatan dari limbah cair pabrik sagu dapat dilakukan secara anaerob menggunakan bioreaktor hibrid anaerob bermedia batu. Keberhasilan bioreaktor ini dalam mengolah limbah cair tergantung pada strategi melakukan start-up bioreaktor. Penelitian ini bertujuan untuk menyisihkan dan mendapatkan tingkat penurunan kandungan padatan limbah cair sagu pada kondisi start-up. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses start-up bioreaktor hibrid anaerob berlangsung selama 57 hari dengan WTH 2 L/hari, kondisi operasi suhu ruang dan pH rata rata 6,0. Efisiensi penyisihan TS sebesar 63 %, TVS sebesar 43 %, TSS sebesar 60 % dan VSS sebesar 61 %. Hal ini menunjukkan bahwa bioreaktor hibrid anaerob bermedia batu baik dalam menyisihkan kandungan padatan limbah cair pabrik sagu.
  • Item
    Fabrication of porous alumina-hydroxyapatite composites via protein foaming-consolidation method: Effect of sintering temperature
    (2013-05-15) Fadli, Ahmad; Komalasari
    In this study, porous alumina-hydroxyapatite (HA) composite bodies were designed for the use in bone implant via protein foaming-consolidation method and the effect of sintering temperature was investigated. Commercial HA powder was used as a bioactive ceramic. Alumina and HA powders were mixed with yolk at an adjusted mass ratio to make slurry. The slurries were cast into cylindrical shaped molds and then dried for foaming and consolidation process. Subsequently, the dried bodies were burned at 600°C for 1 h, followed by sintering at temperatures of 1200, 1350, 1400 and 1550°C for 2 h, respectively. The results show that the sintered bodies were porous with pore size in the range of 20-250 μm and porosity of 42 – 45 %. Increasing sintering temperature from 1200 to 1550°C improved compressive strength from 1 MPa to 8 MPa. TCP phase was found in sintered bodies.
  • Item
    Pembuatan Biodiesel Menggunakan Katalis Kalsium Asetat Yang Dikalsinasi
    (2013-05-14) Helza Yanti, Pepi; awaluddin, Amir; Sartika, Putri
    Meningkatnya kebutuhan akan bahan bakar yang tidak didukung dengan ketersediaan sumber daya menyebabkan terjadinya kelangkaan dan krisis energi. Maka untuk menanggulangi keterbatasan ini salah satunya adalah dengan menggunakan biodiesel sebagai sumber energi alternatif terbarukan yang berasal dari minyak nabati, yang ditransesterifikasi menggunakan metanol dengan bantuan katalis. Katalis merupakan suatu zat yang dapat mempercepat laju reaksi kimia. Katalis yang sering digunakan dalam produksi biodiesel adalah katalis basa dalam fasa homogen seperti KOH dan NaOH. Selain katalis homogen, katalis heterogen juga dapat digunakan dalam proses pembuatan biodiesel, karena katalis ini memiliki keunggulan dalam proses pemisahan katalis.Pada penelitian ini digunakan katalis CaO denganbeberapa variabel yang meliputi suhu kalsinasi katalis, suhu reaksi, waktu reaksi, konsentrasi katalis dan variasi mol metanol terhadap minyak yang berasal dari kalsinasi kalsium asetat dan minyak kelapa sebagai bahan baku. Hasil Penelitian menunjukkan jumlah biodiesel yang dihasilkan 77,186% dengan suhu kalsinasi optimum 9000C, suhu reaksi 70 0C, waktu reaksi 120 menit, rasio mol metanol terhadap minyak kelapa 6:1 dengan jumlah katalis CaO 1 % . Uji karakteristik diperoleh harga viskositas biodiesel 2,72 cSt, bilangan asam 0,282 mg KOH/gr, massa jenis 864,7 kg/m3, kandungan air 0,049%, titik nyala 1250C. Nilai tersebut tidak melebihi dari nilai yang telah ditetapkan oleh SNI biodiesel. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka kalsium oksida ini dapat digunakan sebagai katalis untuk menghasilkan biodiesel.
  • Item
    Pemanfaatan Energi Surya Fotovoltaik Sebagai Cadangan Energi Listrik di Laboratorium Rangkaian Listrik Fakultas Teknik Universitas Riau
    (2013-05-14) Nurhalim
    Panel surya dirancang secara paralel agar menghasilkan arus yang besar dan tingkat tegangan keluaran yang sesuai dengan tegangan masukan regulator. Panel surya yang disusun menghasilkan sebuah modul surya dengan kapasitas 320 Wp dan arus 18,52 A. Pengujian modul surya beban nol menghasilkan tegangan keluaran maksimum 19,58 VDC dan tegangan minimun 18,01 VDC. Pengujian modul surya berbeban untuk pengisian bank beterai menghasilkan tegangan minimum 18,29 VDC, tingkat tegangan ini sangat sesuai sebagai masukan tegangan regulator.
  • Item
    Catalytic Cracking Cangkang Sawit Menjadi Bio-Oil dengan Katalis Ni/Zsm-5 dalam Reaktor Slurry
    (2013-05-14) Sunarno; Bahri, Syaiful; Iwan Fermi, Muhammad; Widiyanto, Rahman
    Indonesia merupakan produsen sawit terbesar di dunia dengan luas perkebunan sawit 9,7 juta hektar dengan total produksi 19,8 juta ton pada tahun 2010. Produksi sawit Indonesia yang tinggi menyebabkan penumpukan limbah padat sawit yang menjadi ancaman pencemaran lingkungan. Salah satu limbah padat dari sawit adalah cangkang sawit. Limbah cangkang sawit dihasilkan sekitar 6-7% dari tandan buah segar. Dalam cangkang sawit tersusun atas senyawa lignin(21%), selulosa(40%) dan hemiselulosa(24%). Senyawa tersebut dapat dicracking menjadi bio oil sebagai alternative energi terbaharukan. Pada penelitian ini proses catalytic cracking cangkang sawit dengan menggunakan katalis Ni/ZSM-5 dan thermo-oi sebagai media pemanas. Tujuan penelitian ini adalah menentukan kondisi optimum catalytic cracking cangkang sawit dengan katalis Ni/ZSM-5 dan mengkarakterisasi bio-oil yang dihasilkan. Variabel yang dipelajari suhu operasi (290, 300, 310 dan 3200C) dan rasio katalis/biomass (1,2,3 dan 4%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa yield bio-oil optimum pada suhu 3100C rasio katalis NiZSM-5/Biomass 3% adalah 58,7%. Hasil karakterisasi bio-oil secara fisika diperoleh densitas 0,981 gr/ml, viskositas 12,98 cSt, angka keasaman 80,3 grNaOH/gr sampel, titik nyala 520C dan nilai kalor 43,31 MJ/Kg. Hasil analisa GC-MS menunjukkan komponen utama dala